Twenty Sixth

29 5 0
                                    

Ata masih terbaring di dalam peti nya. Ia terlihat tertidur dengan nyaman. Ia sama sekali tak bergerak.

"Sayang kamu nggak cium Ata dulu?" Tanya Ibu yang menghampiri ku disudut ruangan.

Aku menghapus air mataku "Apa syarat nya nggak boleh nangis?" Tanya ku balik.

"Iya sayang,kamu pasti bisa kok nahan tangis" jawab ibu.

Aku bangkit dari duduk ku,lalu mengikuti ibu ke depan jenazah Ata.

Aku diam mematung melihat jenazah itu, aku bersusah payah menahan air mataku saat mulai mendekatkan bibirku ke kening orang dengan wajah pucat itu. Aku mencium kening Ata beberapa detik,persis seperti kebiasaannya ketika menenangkanku. Aku tak bisa berlama-lama air mataku ingin jatuh. Aku langsung berlari ke kamar tidur ku,membanting pintu sehingga suara nya cukup kencang.

Aku kembali menangis,ini salah ku. Iya,ini salahku,kalau saja aku nggak minta di jemput oleh Ata, dia nggak akan kayak gini. Dia bakalan baik-baik saja sekarang. Tapi Tuhan berkata lain, Tuhan sayang Ata, Tuhan tak mau melihat Ata kesakitan di rumah sakit itu. Tuhan memanggilnya secara mendadak,itu yang membuatku sedikit tidak rela dengan kepergian Ata,aku masih ingin bersama Ata.

Aku mendengar suara pintu yang terbuka tapi aku tak menengok ke arah pintu, aku masih membenamkan wajahku di antar kedua tangan ku.

"Dek, Nata mau dimakam kan. Kamu harus ikhlas dek" Ucap seseorang dengan suara yang sangat ku kenal.

Aku mendongakkan wajahku lalu menghembuskan nafas "Tapi aku mau Ata disini,aku nggak bisa ikhlas mas" ucap ku.

Mas Akbar mendekapku lalu mencium pucuk rambutku "Kalau Nata terus terusan dirumah sakit kasian dek,dia terus kesakitan. Kalo dia udah sama Tuhan pasti dia udah baik-baik aja. Kamu mau buat Nata khawatir? Kasian dia dek,kalau kamu nggak ikhlas. Ikhlas in Ata ya dek, percaya Nata pasti baik-baik di sisi Tuhan" ucap Mas Akbar.

Aku menangis mendengar ucapan Mas Akbar,benar aku harus meng ikhlas kan Ata disana, bersama Tuhan pasti dia akan baik-baik saja.

"Yuk,kita anterin Nata ke peristirahatannya. Oya,Mas bawain kamu susu strawberry, diminum dulu gih" Mas Akbar menyodorkan sebotol susu dengan warna merah muda.

Aku mengambil botol susu itu "makasih mas" ucap ku.

Mas Akbar hanya mengangguk, entah karena Mas Akbar laki-laki atau Mas Akbar yang sangat tegar,ia terlihat sangat kuat, bahkan aku tadi sempat melihat Mas Akbar yang menenangkan Om Andre.

Aku tak berani melihat jenazah Ata yang mulai dimasukkan kedalam liang kubur. Aku memeluk Mas Akbar dengan kuat,membenamkan wajah ku di dada bidang Mas Akbar. Aku kembali meneteskan air mataku.

"Sshhhss.. jangan nangis" ucap Mas Akbar.

Aku menghapus air mataku, perlahan lahan peti Ata sudah ditutupi oleh gundukan tanah, semuanya menundukkan kepala untuk mendoakan Ata. Setelah itu menaburkan bunga di atas tanah Ata dimakamkan. Setelah selesai,orang-orang langsung keluar dari pemakaman hanya tinggal aku,Tante Bela,ayah,ibu dan Om Andre disana. Mas Akbar tak ada disana.

"Ata,aku udah ikhlas kok kamu pergi. Kamu baik-baik ya disana. Aku bakalan inget terus omongan kamu. Aku sayang kamu Ata" ucap ku sambil mengelus batu nisan Ata.

Aku bangkit lalu menatap nanar gundukan tanah itu, aku berjalan ke arah kursi yang ada disitu, aku kembali menangis,kali ini bukan masalah aku belum ikhlas melepaskan Ata,hanya saja dadaku sesak ketika mengingat rangkaian peristiwa manis bersama Ata. Aku membenamkan wajahku di kedua telapak tanganku.

Kini aku benar benar telah kehilangan tatapan teduh dengan bola mata hazel itu,
Kini aku benar benar telah kehilangan dekapan hangat yang selalu membuatku nyaman,
Kini aku benar benar telah kehilangan kecupan manis yang selalu ada ditiap pagi ku,
Kini aku benar benar telah kehilangan senyuman manis yang akan membuat ku ikut tersenyum.
Aku benar benar kehilangan sosok pemilik semua itu. Ya,dia sudah pergi.
Tuhan,siapa yang bisa menggantikan sosok yang pastinya akan kurindukan itu?

"Jangan sedih terus, kasian saudara lo disana kalo lihat lo sedih" ucap seseorang yang tiba-tiba duduk disebelahku, aku tidak asing dengan suaranya.

Aku mendongakkan wajahku, lalu menghapus air mata ku menatap laki-laki yang ada disebelah ku "Ngapain lo kesini?" Tanya ku.

"Mau dugem" jawab nya.

Aku mengerutkan keningku "disini kan kuburan. Emang ada tempat dugem ?" Tanya ku.

Ia tersenyum "Lo kok lemot sih. Ya pastinya gue kesini mau ngelayat. Masa iya mau dugem,yang ada gue langsung diikutin sama setan yang disini"

"Nggak lucu bercandaan lo" aku meninju lengannya pelan.

"Tapi setidaknya udah buat lo senyum,nih tadi kakak lo ngasih susu strawberry buat lo" ia menyerahkan sebotol susu strawberry.

Bukan nya tadi Mas Akbar sudah memberiku sebotol susu strawberry sebelum kesini? Entahlah aku menerima saja susu strawberry ini.

"Thanks. Mas Akbar kemana?" Tanya ku.

"Lagi ditenangin abang gue sama Kak Galih" jawab Andhika.

"Mas Akbar nangis?" Tanya ku.

"Dia nggak sekuat yang lo lihat,dia nangis nggak berhenti,cuma nggak mau aja lo sama yang lainnya tau kalo dia sebenernya rapuh" jawabnya.

"Em..Ren"

"Apa?"

Andhika tak menjawab,ia langsung membawa ku ke pelukannya,ia mendekapku cukup erat, tapi entah aku tak ingin melepaskan pelukan ini. Aku merasa nyaman kali ini. Ini bukan modus,tapi aku selalu merasa tenang bila dipeluk orang.

"Sorry,gue ngilang" ucap Andhika lirih.

Aku masih diam,aku memejamkan mataku dipelukan Andhika,aku mencari ketenangan disini.

"Maafin gue ya" ucapnya.

Aku membuka mataku "Lo nggak usah minta maaf,lo nggak punya salah"

Aku sebenarnya sedikit bingung dengan sikap Andhika yang mudah berubah-ubah terkadang ia cuek,dingin tapi terkadang ia akan sangat manis. Labil?

Andhika melepas pelukannya "Sorry,gue meluk lo"

"Lo kenapa sih minta maaf terus? Eneg gue dengernya. Lo nggak punya salah" ucapku.

Andhika tersenyum kikuk lalu menggaruk tenguknya yang tidak gatal "gue anterin lo pulang ya. Mas Akbar minta gitu soalnya"

Aku mengangguk setuju lalu segera mengikuti langkah kaki Andhika menuju mobilnya. Setelah masuk ke mobil aku memasukkan susu strawberry yang belum habis tadi kedalam tasku. Karena mobil yang tak kunjung berjalan akupun bertanya pada Andhika.

"Kok nggak jalan?"

"Lo manja sih,mau nya dipake in terus seat belt nya" Andhika memasangkan seat belt untukku.

Aku menundukkan kepala malu.

Setelah mobil berjalan tak ada yang bicara, aku menatap kosong ke arah depan. Aku ingat biasanya Ata lah yang akan bersama ku di dalam mobil,ia akan mengantarku kemana saja. Ia selalu melontarkan lelucon atau menyanyikan lagu yang liriknya diplesetkan untuk mengisi kesunyian dimobil, tapi sayang nya Tuhan punya rencana lain. Ata tak akan selamanya bahkan tak akan lama mengantarku kemana saja. Hanya sesaat. Iya,ia datang dalam waktu singkat membuat hari hari ku kembali berwarna tetap setelah Oky memutuskanku. Dan sekarang aku tak akan mendapatkan lagi saudara seperti Itu,saudara sepupu yang sangat menyayangi ku lebih dari dia menyayangi dirinya sendiri.

Aku disini akan selalu menyayangi mu Ata.

StrawberryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang