"Rena,belakangan ini saya lihat banyak anak laki-laki yang rambut nya sudah panjang dan beberapa ada yang di warnai. Kenapa Tim Disiplin tidak bertindak?" Tanya Bu Lilis.
"Jadi gini bu, kemarin itu kita baru saja menindak tegas anak perempuan yang rambutnya diwarna,atau pun digerai bagi yang berambut dibawah bahu. Kita masih berfokus pada masalah itu bu, karena menurut kita lebih banyak anak perempuan yang melanggar daripada anak laki-laki" jawab ku panjang lebar.
"Saya rasa anak perempuan sudah mulai disiplin, saya minta kamu dan Tim kamu segera menindak anak laki-laki yang melanggar itu. Bisa?"
"Bisa bu"
"Ya sudah kamu boleh keluar ruangan ini"
"Baik bu,terima kasih"
Aku bangkit dari duduk ku lalu berjalan keluar,aku menghembuskan nafas kasar, sudah banyak anak yang keluar dari Tim Dispilin karena mereka pun juga ikut melanggar,dan sekarang tinggal 2 orang, aku dan Yuna oh ya bukan nya Yuna pindah sekolah? Berarti tinggal aku? Apa? Aku sendiri harus menangani semua laki-laki yang melanggar peraturan sekolah? Aku nggak mungkin kerja sendiri, aku harus minta bantuan orang.
×××
Akhirnya setelah aku bingung mencari orang yang mau masuk ke Tim Disiplin, Windi langsung menyanggupi tawaran ku. Ia mau membantuku untuk menindaki murid yang melanggar peraturan sekolah.
"Ekhm.. rambutnya panjang tolong segera di potong!" Ucap ku pada seorang laki-laki dengan sweater putihnya.
Ia menghentikan langkah kaki nya,lalu mundur beberapa langkah dan menatap wajah ku "ogah" jawabnya santai.
"Eh,lo udah kelas dua belas. Lo harusnya bisa kasih contoh ke adek kelas lo!" Ucap ku yang mulai terpancing emosi.
"Gue bentar lagi lulus. Terserah gue mau gimana" ucap nya dengan ekspresi datar.
Aku memutar bola mataku, lalu mengeluarkan gunting dari saku rok ku "sini ikut gue!" Aku menarik paksa tangan nya.
"Ish! Lepasin!" Pintanya
Aku tak menggubris omongannya, aku menyuruh nya duduk di salah satu tempat duduk di depan koridor kelas X.
"Dik,gue tau lo kakak kelas gue,tapi ini peraturan sekolah gue harus motong rambut lo" ucap ku yang berancang ancang akan memotong rambut Andhika.
Andhika menepis tanganku yang memegangi rambut nya "Eitss, rambut gue panjang gini soalnya gue lagi Hoki dan menurut kepercayaan keluarga gue kalo lagi Hoki ngga boleh potong rambut, potong rambut itu sama aja kaya buang sial" jelas nya panjang.
Aku mengernyitkan dahi "serius? Tapi ini peraturan sekolah. Lo nggak rapi banget Dik"
"Pliss,jangan potong rambut gue" ucap Andhika memelas.
Aku tidak bisa dibodohi oleh tatapan melas nya itu. Aturan tetap saja aturan,tidak bisa diubah!
"Nggak bisa,tetep gue potong!"
"Lah,gue beliin susu strawberry deh"
Aku ingin itu,tapi kalau aku menerima tawarannya sama saja aku menerima sogokan nya. Oh tidak bisa, susunya jadi nggak berkah nanti.
"Enak aja,lo mau nyogok gue? Nggak bisa! Rambut lo tetep gue potong!"
Kami berdua sempat beradu mulut,hingga Windi datang dan melerai kami, aku bingung Windi kenapa bisa percaya dengan alasan Andhika? Segitu mudah kah ia di bohongi?
"Ren,lo mirip sama kakak yang tadi" ucap Windi.
"Idih amit amit. Mirip dari mana?" Tanya ku.
"Lo sama sama punya tahi lalat di ujung mata kiri"
Aku menghela nafas kasar. Lo orang ke 4 yang bilang gue mirip sama Andhika.
×××
Hari ini,aku sangat malas untuk keluar kamar. Aku memainkan games di laptop ku, ya setelah beberapa menit aku langsung bosan, aku mengambil ponsel ku lalu menyalakan layar nya tak ada notifikasi masuk tandanya Oky belum membalas pesan yang ku kirim kan beberapa jam yang lalu.
Aku menutup laptop ku, lalu aku mengempaskan tubuhku ke kasur, entah kenapa aku menjadi memikirkan Oky, beberapa hari ini Oky selalu membalas pesan-pesan ku dengan durasi yang lama, aku coba untuk menelfon nya tapi tidak diangkat,bahkas sesekali ia me-reject panggilan ku dan alasannya selalu 'sorry Ren aku sibuk' Sibuk apa sih Ky? Kalo emang dia sibuk kenapa dulu waktu awal-awal lo bales pesan gue paling lambat 10 menit? Oke mungkin dia punya kesibukan baru.
Lagu Rockabye yang tiba-tiba berdering di ponselku membuatku langsung mencari benda berbentuk pesegi panjang itu. Aku mengacak acak bantal ku, dan menemukan ponselku yang layar nya menyala dengan id caller 'Oky' aku langsung meletak kan ponsel di telinga ku.
"Halo?"
"Ren?"
Nada bicara Oky seperti serius
"Iya, kenapa Ky?"
"Gue.. mau ngomong"
"Ngomong apa Ky? Jangan buat gue penasaran!"
"Mmm.. Happy Aniv ya"
"Oh iya, happy aniv juga Ky"
"Oya,Ren gue mau ngomong satu lagi"
"Apa Ky?"
"Kita udahan ya"
3 kata itu bagaikan petir di sore hari ku ini, aku tak tau harus menjawab apa,rahang ku mengeras, tapi air mata ku tiba-tiba meleleh begitu saja. Apa aku nggak salah denger?
"Ky?serius!"
"Gue serius Ren. Sorry sebelumnya,gue nggak pengen pacaran dulu. Makasih ya selama ini. Lo jangan nangis. Bye"
Tut.
Sambungan telfon diputus secara sepihak, ponsel ku jatuh ke kasur, aku hanya diam,tapi air mata ku masih terus mengalir bahkan semakin deras. Aku tak mengerti harus berbuat apa. Oky dengan cara gentle nya memutuskan hubungan ini lewat telfon dan alasan nya yaa sangat klasik.
Aku benar benar merasa seperti orang bodoh,aku dengan mudah nya memberi kesempatan ke dua kepada orang yang sudah pernah menyakiti ku, dan kali ini lagi, dia melakukan nya lagi bahkan lebih sakit. Aku menekuk lutut ku dan membenam kan wajah ku disana, aku kembali menangis sejadi-jadi nya,bisa dikata aku menyesal telah memberi Oky kesempatan lagi, sebenarnya saat itu aku akan menolak nya tapi entah mulut ku mengiyakan semuanya, aku tau aku harus siap sakit lagi bila menerima Oky.
Sempat terbesit satu nama di fikiran ku. Clara. Ya,nama itu muncul begitu saja saat aku ragu dengan alasan Oky, apa mungkin ia kepincut dengan paras yang dimiliki Clara? Jika iya, aku sudah menduga itu semua semenjak Clara masuk di kelas ku. Aku tau Oky terpana melihatnya walaupun Oky berusaha menutupinya,mata Oky tak bisa berbohong, cara bicaranya pada Clara pun berbeda. Entahlah,aku tidak bisa berprasangka buruk terus seperti ini pada Clara, siapa tau Oky memang benar-benar tidak ingin berpacaran. Aku harus positive thinking pada Oky, walaupun rasanya alasan itu sangat tidak masuk akal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry
Teen FictionRenata. Penyuka segala sesuatu tentang strawberry,tapi ia tak terlalu suka dengan buah nya, alasannya terkadang rasa buahnya masam. Terlalu anak-anak bukan? Yang paling ia suka adalah permen dan susu strawberry. Ia selalu bermimpi hidupnya berjalan...