Thirty Sixth

32 5 0
                                    

Tidur ku terusik karena merasa ada sentuhan lembut di pipiku. Aku membuka mataku secara perlahan lalu memeganggi pipi ku.

"Udah sampe" kalimat itu selalu saja keluar dari mulut laki-laki dengan kulit kuning itu ketika sudah sampai pada tujuan.

Aku meraih tas ku "Lo nggak pengen ikut?" Tawar ku.

"Gue gak bisa milih bunga" jawab nya.

Aku menaikkan kedua alisku "Emang gue nyuruh lo buat milihin bunga? Gue bisa kali cari bunga sendiri" ucap ku.

Andhika tak menjawab,ia keluar dari mobil. Aku mengikuti nya lalu masuk ke dalam toko bunga itu.

Deratan bunga dengan warna-warna yang cantik dan juga harum semerbak. Beberapa orang terlihat tengah memilih bunga-bunga itu. Ada yang mendekatkan bunga itu ke hidungnya untuk menghirup aroma wangi bunga itu. Ada juga yang membantu pelayan untuk merangkai buket bunga nya. Aku berjalan kearah bunga anggrek. Melihat beberapa anggrek yang tertata rapi.

Aku mengedarkan pandangan ku untuk mencari petugas toko ini,aku melambaikkan tangan ku diudara "Mbak! Mau ini" aku menunjuk beberapa bunga anggrek.

Petugas itu menghampiri ku lalu mulai merangkai bunga yang telah kupilih menjadi sebuket bunga anggrek yang cantik,perpaduan beberapa warna nya amat cantik.

Setelah menyelesaikan administrasi aku kembali ke mobil dengan memeluk buket bunga itu. Aku meletakkan tas ku dijok belakang, sengaja ku letakkan buket bunga itu di atas pahaku.

"Andhika,gue minta lagi ya? Boleh kan?"

Andhika mengangguk.

"Jalan ini lurus aja nanti ada perempatan belok kiri terus aja lurus nanti ada gang disebelah kanan masuk" pinta ku.

Andhika kembali mengangguk.

Kembali teringat peristiwa dimana aku membawakan Ata sebuket bunga anggrek ini, kala itu ia benar-benar terlihat mulai membaik,tapi siapa sangka jika senyum nya itu bisa membuatku tertipu dengan kondisi nya yang sangat parah sehingga ia harus pergi meninggalkan kami semua.

"Gangnya sempit mobilnya nggak bisa masuk" ucap Andhika yang telah membuyarkan rangkaian peristiwa di ingatanku.

Aku mengerjap beberapa kali "Biasanya Mas Akbar bisa kok mobilnya dimasukkin" elak ku.

"Gue nggak ahli nyetir"

"Amatiran lo!"

"Kek bisa nyetir aja. Turun gih,mau kemana sih lo?"

"Jengguk saudara gue. Lo ikut nggak?"

Andhika mengerutkan keningnya seperti sedang memikirkan sesuatu "Boleh"

Aku dan Andhika turun dari mobil lalu berjalan memasuki gang yang katanya Andhika sempit tadi. Ya,mobil Andhika diparkirkan di depan halaman rumah orang. Aku terus berjalan,tapi aku menengok ke belakang saat tak lagi mendengar derap langkah di belakang ku.

"Ngapain berhenti?" Tanya ku.

Andhika masih menatap rumah masa depan yang ada dihadapannya "Saudara lo yang dulu itu kan?"

"Iyaa,ayo jalan lagi!" Pinta ku kemudian menarik pergelangan tangan Andhika.

Langkah kaki ku otomatis terhenti ketika didepan ku sudah ada makam dengan batu nisan bertuliskan Mahendra Nata Putra. Aku berjongkok dipinggir makam itu.

"Hai! Apa kabar?" Aku mengelus batu nisan itu. Kemudian menundukkan kepala ku untuk membacakan beberapa doa. Mata ku serasa memanas.

Aku meletakkan buket bunga anggrek ku di atas gundukan tanah itu dan kembali mengelus batu nisan itu.

"Ata,aku nggak sendiri kesini nya. Kamu kenal kan itu Andhika" Aku melirik Andhika sekilas. Ia tampak tersenyum canggung.

"Kamu ingetkan? Oya,dulukan aku pernah cerita kalo dia pindah. Ternyata dia cuma pindah kelas,terus dia juga ngajak kompromi temen nya buat bilang kalau dia nggak ada. Jahat ya Ta" Aku tersenyum membayangkan bagaimana ekspresi Ata ketika aku menceritakan keluh kesah ku padanya.

"Dia ini kadang baik,tapi banyak nyebelinnya"

"Apa sih lo" Andhika melotot kearah ku.

"Tuhkan aku dipelotot in. Oya Ta, kamu kangen nggak sama aku? Aku bawain kamu bunga loh. Gimana masih suka kan?"

Aku terus berbicara pada makam itu seolah itu adalah makhluk hidup yang bisa ku ajak bicara dan akan membalas setiap ucapanku. Aku sadar memang makam itu tak akan pernah menjawab ucapan ku tapi ku yakin Ata pasti sedang tersenyum melihat kearahku. Aku sungguh rindu dengan sosok itu.

"Aku kangen kamu Ta" ucap ku lirih,kini air mataku jatuh melewati pipiku.

"Setelah kamu pergi aku bingung mau cerita kemana" aku tetap berucap lirih seperti hanya aku dan Ata yang bisa mendengar.

Aku merasakan ada tangan yang mengelus punggung ku.

Aku masih terus menangis walaupun tak ada isakan. Uspan tangan itu semakin mengingatkan ku pada sosok Ata yang selalu menenangkan ku dengan cara itu.

"Jangan nangis. Jangan bikin saudara lo khawatir"

Aku menengok pada pemilik suara itu,lalu menghapus air mataku yang sudah jatuh ke pipiku.

Aku mendongakkan kepala ku sekilas,melihat langit yang perlahan menjadi gelap lalu menghembuskan nafas "Ata,aku pulang dulu ya. Mau hujan"

"Kapan kapan aku kesini lagi ya. Nanti keburu hujan aku alergi lagi kayak kemaren" aku tersenyum tipis mengingat kemarin aku kedinginan.

"Aku sayang kamu Ata" ucap ku lirih sambil mengelus batu nisan itu.

Aku bangkit dari posisi jongkok ku, Andhika juga melakukan hal yang sama. Aku mengibaskan rokku yang kotor.

"Yuk, entar lo sakit lagi!"

"Iya iya"

Bukannya semua orang di dunia ini menginginkan hidup yang sempurna? Hidup yang jauh dari kesedihan,semua pasti ingin hidup yang selalu dihadiri gelak tawa dan senyum. Tak lain halnya dengan ku, aku selalu berharap semua kisah dihidupku selalu manis tapi Tuhan selalu saja menghadirkan setitik asam disana waktu nya juga selalu mendadak yang terkadang membuatku tak siap menghadapi semua itu. Contohnya kepergian Ata,ya itu adalah peristiwa yang membuatku tak berkonsentrasi selama berhari-hari, aku juga tak berniat untuk menyentuh nasi.

Susu strawberry ini lah yang membuatku menginginkan hidup manis. Aku tak pernah sekali pun menemukan rasa masam di dalam nya. Begitupula dengan macam-macam olahan strawberry lainnya semuanya manis,hanya saja buah strawberry terkadang masih menyimpan rasa masam entah pada gigitan keberapa kita mendapatkan rasa masam itu.

Tak akan ada kata salah pada rencana Tuhan,semua nya sudah diatur. Hanya saja aku masih suka tak percaya dengan rencana itu, aku selalu minta rencana yang baik pada Tuhan. Ku tau masalah akan datang setiap harinya tapi untuk akhir-akhir ini kurasa hanya masalah kecil yang bisa membuatku lebih dewasa. Tanpa adanya Ata aku seperti kehilangan motivasi ku, Ata lah yang akan sangat sabar menanggapi ku. Memberikan kata-kata untuk menyuntikkan semangat padaku. Cara nya menenangkan ku sangat membuatku bertambah nyaman padanya. Ata begitu berpengaruh padaku,ia telah membuat dunia ku berporos padanya tapi hanya sesaat,lalu ia pergi mendatangkan sepi yang cukup membuatku mati rasa.

StrawberryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang