Eighteenth

44 6 0
                                    

"Enak ya,mie ayam nya" ucap Ata yang melahap semangkuk mie ayam dengan cukup rakus.

"Makanya sering main kesini,nanti aku beliin mie ayam setiap hari deh" ucap ku.

"Beneran ya,awas aja kalo nggak dibeliin,aku gelitikin kamu sampai pingsan" ancam Ata.

Bukannya takut aku malah tertawa melihat ekspresi Ata, wajah nya yang dibuat galak itu menurutku malah lucu, Ata memang baby face,jadi dengan ekspresi seperti itu ingin sekali aku mencubit pipinya atau malah mengigit pipi itu.

"Pulang yuk,nanti kesorean" ajak Ata yang sudah menghabiskan satu mangkuk mie ayam dan satu gelas lemon tea.

Aku menganggukkan kepala dan segera menghabiskan lemon tea milikku yang tinggal seperempat gelas.

"Ta,udah stop. Geli Ta" ucap ku yang disertai tawa.

Bagaimana aku tidak tertawa, Ata menggelitiku dari halaman depan sampai sekarang.

"Ta,siapa itu,lihat deh" ucap ku sambil menunjuk pagar.

Ata menoleh dan mencari-cari apa yang aku maksud. Aku yang berhasil mengerjai Ata langsung saja lari ke dalam rumah, sedikit aneh karena pintu rumah ku yang terbuka. Aku langsung masuk dan melepas sepatu dan kaus kaki ku cepat cepat.

"Retaa,ih awas ya" teriak Ata dari luar.

Aku segera berlari ke kamar ku yang berada di lantai dua, tapi saat menaiki tangga, aku menabrak sosok tubuh yang tingginya hampir sama dengan Mas Akbar, tangan kokoh dari tubuh itu langsung menangkap tubuh ku yang oleng.

Aku mengerjapkan mata berkali-kali ketika melihat siapa yang ku tabrak. Hening sempat hening beberapa saat,sampai aku yang sadar.

"Emm,Sorry kak nggak sengaja. Sorry" ucap ku.

"Iyaa,nggak papa kalo jalan ati-ati,bahaya ini ditangga" ucap laki-laki itu yang tak lain adalah Kak Fandi.

Aku kembali berjalan dengan jantung yang masih berdetak kencang, aku tak memikirkan lagi Ata yang masih dibawah, sepertinya ia masih menutup pagar.

"Kalo jalan di lihat" ucap seseorang yang suaranya sangat ku kenal.

Aku mendongakkan kepala ku,lalu memutar bola mata ku "ini juga liat kalo jalan"

"Liat gimana sih? Lo hampir aja nabrak gue! Lo modus,biar bisa gue tangkep waktu jatoh kayak lo  abang gue tadi?"

"Modus-modus,gue juga nggak pengen kali nabrak lo. Lagian gue tadi juga nggak tau kalo bakalan nabrak abang lo!"

Andhika menghela nafas panjang"Tobat gue debat sama lo" ucap Andhika lalu kembali menuruni tangga.

"Bilang aja lo kalah omongan sama gue. Wlekk" ucap ku lalu  menjulurkan lidah.

Andhika hanya geleng-geleng kepala.

Ya,sepertinya hari ini Mas Akbar, Kak Fandi,Andhika dan Kak Galih ada urusan lagi. Aku nggak boleh nge dumel tentang kegiatan mereka,toh juga kalo mereka lama nggak ada urusan bareng disini aku juga nyariin,yah nikmatin aja lah bisa liat wajah Kak Fandi yang punya senyum manis itu secara langsung. Aku yakin banyak cewek-cewek disana yang sangat ingin berada diposisiku saat Kak Fandi menangkap tubuhku yang hampir terjatuh, senyumnya bisa meleleh kan siapapun. Style nya nggak pernah berubah,ia selalu memakai topi, eitss apa jangan jangan Kak Fandi botak lagi, eh tapi enggak lah.

Andhika ya ia telah berhasil membuat peristiwa ditangga tadi nggak sempurna, karena dia yang mengajakku berdebat. Andhika masih tetap dengan rambut acak-acakan nya yang tambah panjang, aku sangat gemas untuk segera mencukur habis rambut itu,tapi hari ini ada yang sedikit aneh dengan Andhika,tumben dia mau ngalah kalo lagi debat. Nada omongan nya ketus walau sesekali datar, ia juga seperti menghindari kontak mata dengan ku,karena ketika berdebat tadi ia hanya sesekali menatap ku lalu mengalihkan pandangan nya ke objek lain. Andhika aneh.

"Nah,kena sekarang" ucapan itu membuat ku tersentak kaget. Ata kembali menggelitiki ku.

Aku sempat kaget "Ata udah Ta, ampun" ucap ku dengan nada memohon.

×××

Aku memakai sepatu berwarna abu-abu dan pink ke punyaan ku, disekolah ku memang ada aturan hari senin sampai kamis memakai sepatu hitam sementara hari jumat sabtu diperbolehkan memakai sepatu bebas.  Aku meneriaki Ata agar segera bersiap mengantarku, ayah sudah lebib dulu berangkat ke kantor.

"Dek, nih nitip sweater nya  Andhika ketinggalan" ucap Mas Akbar sambil menyerah kan sweater berwarna hitam itu.

Aku menganggukkan kepala paham lalu mencium punggung tangan Mas Akbar untuk berpamitan.

Mobil ini rasanya dipenuhi oleh bau parfum yang tidak biasa, di rumah sepertinya nggak ada yang memakai parfum seperti ini. Aku mengendus mendekati Ata.

"Apaan sih Ret"

Ucapan Ata membuatku mengentikan aksi aneh ku "parfum kamu baru?" Tanya ku.

"Enggak" jawab Ata yang masih memfokuskan pandangan nya pada jalan.

"Apa ya baunya,kaya parfum cowok..Tapi parfum nya Mas Akbar nggak gini baunya" ucap ku.

Pandangan ku menangkap sebuah pakaian yang sedang ku taruh di atas pahaku, aku mengangkat nya dan mencium aroma sweater hitam itu. Bau sweater itu langsung menusuk dihidungku.

"Gila ini anak,parfum satu botol dipakai semua apa? Wangi banget" gerutu ku.

Ata hanya tersenyum melihat ku.

Aku menaruh sweater itu di jok belakang, lalu mengambil sebotol susu strawberry di tas ku. Aku meminum susu itu dengan cukup rakus.

Sesampainya didepan gerbang sekolah aku langsung melepas seat belt ku dan tak lupa mengambil sweater Andhika di jok belakang.

"Aku sekolah dulu ya" pamit ku pada Ata.

Ata menarik tangan ku untuk masuk ke dalam mobil lagi "Kebiasaan. Sini dulu"

Ia kembali mencium keningku,kini lebih lama sekitar 5 detik.

Aku tersenyum lalu menunduk, blushing dipipiku sudah pasti muncul karena aku merasa pipiku panas.

Aku berjalan pelan melewati koridor kelas XII. Aku berjalan ke kelas Andhika. Sesampainya di depan pintu aku bertanya pada kakak kelas yang mengenakan bando biru.

"Permisi Kak, An.. eh Kak Andhika nya ada?" Tanya ku yang sedikit gugup. Aku hampir saja lupa tidak memberi embel-embel 'kak' pada Andhika.

Perempuan itu menatap ku "bentar ya aku cariin" ucap nya.

Aku mengangguk.

Aku merasa kurang PD berdiri di depan kelas ini, beberapa kakak kelas ada yang memberi senyum ada yang menatap sinis bahkan ada yang terang-terang sedang membahas ku.

"Bukan nya itu cewek yang kemarin dicium pacar nya di parkiran?"

"Iya ngapain nyariin Andhika?"

"Najis gue lihat nya. Centil banget itu bocah"

Ingin rasanya aku menghampiri 3 kakak kelas ku itu dan memaki-maki nya,tapi perempuan dengan bando biru itu kembali.

"Andhika nya nggak ada dek" ucap nya.

"Oh,yaudah kak makasih" ucap ku lalu pergi meninggalkan koridor kelas XII.

Aku ingin menitipkan sweater ini pada perempuan itu,tapi daripada nanti malah ribet aku menjadi mengurungkan niat ku untuk menitip kan sweater itu. Ku rasa aku tadi melihat Andhika,tapi ia seperti lebih memilih berkumpul dengan gerombolan teman-temannya dari pada menghampiriku. Aku tak salah lihat,aku juga melihat kakak kelas dengan bando biru itu sempat menghampiri Andhika sebelum ke arahku lagi dengan wajah kusut. Kenapa kesannya Andhika menghindar?

StrawberryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang