Sesuai janji ku kemarin,aku akan bertemu dengan Oky di kantin dan sangat kebetulan sekali hari ini Clara tidak masuk. Aku berusaha untuk memaafkan Oky dan tentunya Clara,tapi entah mengapa sangat sulit bagi ku untuk hanya memberi maaf pada Clara. Sedalam itu kah rasa sakit yang Clara buat? Entah,aku yang merasakan tapi aku tak bisa menilai itu.
Aku menunggu laki-laki itu cukup lama di bangku kantin ini,aku sangat berharap ia tak ingkar janji lagi. Sesekali aku melirik jam yang melingkar di tangan kanan ku ya,aku tipe pemakai jam ditangan kanan.
"Sorry gue" laki laki itu duduk di bangku yang berhadapan dengan ku.
Aku sedikit tersentak dengan kedatangannya yang secara tiba-tiba,tapi aku segera memasang senyum ku "Nggak papa kok"
Oky tampak masih mengatur nafas nya "Langsung aja ya" Ia mencari posisi duduk ternyaman "Kemarin gue terpaksa belain Clara"
"Nggak papa kok gue ngerti"
"Kalo lo mikir gue waktu itu mutusin lo gara-gara Clara itu bener Ren" lirih Oky.
Peristiwa kecut itu kembali melintas difikiran ku,dan ternyata benar alasannya seperti dugaan ku.
"Kemarin gue nggak tega sebenernya lihat lo yang harus minta maaf ke Clara,tapi gimana lagi"
"Ky,udah ah gue udah maafin nggak usah dibahas lagi. Gue ngerti kok kalo cinta itu harus diperjuangin" Aku sedikit memaksakan untuk menarik dua sudut bibirku ke atas.
Oky menghembuskan nafas kasar "Lo salah,semakin lo perjuangin cinta,cinta itu bakal memperdaya lo dan buat lo jadi bego"
Aku mengangkat satu alis ku "Lo aja yang nggak bisa buka mata saat ketemu cinta" Aku memajukan tempat duduk ku "Perjuangin Clara Ky"
Oky menggeleng "Gak bisa"
"Kenapa?"
"Gue tau Clara sebenernya kek gimana,gue nggak suka sikap arogan dan manjanya"
Aku mengangguk paham mendengar jawaban Oky
"Bisa lo bantu gue?"
"Bantu buat nyadarin Clara"
Aku tertawa renyah "Gue rasa lo tau gimana sikap gue sama orang yang udah bikin gue sakit hati Ky" Aku tersenyum "Sorry soal Clara gue belum bisa bantu"
"Oke gue tau kok lo sakit hati" ucap Oky lalu mengangkat kelingking kanan nya"Jadi sahabatan lagi?"
Aku mengikutinya mengangkat kelingking kanan ku dan menautkan dengan kelingking kanan Oky "Sahabat"
×××
"Lo mau pindah rumah Dik?" Pertanyaan itu muncul begitu saja ketika aku mendapati mobil Andhika yang penuh dengan koper dan gitar dan microphone.
"Nanti mau bikin video cover lagi dirumah lo. Kali ini lebih niat pokoknya" jawab Andhika "Lo mau kan bantuin nge set tempat? Itu sih kalo abang gue udah deal"
Aku mengernyitkan dahi ku "Jadi masih gantung ini?"
Andhika mengangguk.
"Sekarang telfon abang lo,nge set tempat bakalan lama nggak bisa dadakan" pinta ku.
Andhika merogoh saku celana nya mengelurakan ponsel berwarna hitam dari dalam nya, sesekali pandangan nya kembali ke jalan. Kemudian Andhika mendekatkan ponsel itu ditelingannya. Cukup lama hingga ia mengeluarkan suara kembali.
"Halo mbak? Bilangin ke Bang Fandi suruh angkat telfon. Penting ini! Ya mbak,cepetan!" Andhika me lock ponsel nya lalu menarunya di dashboard.
"Lo punya kakak cewek?" Tanya ku yang sedikit bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry
Teen FictionRenata. Penyuka segala sesuatu tentang strawberry,tapi ia tak terlalu suka dengan buah nya, alasannya terkadang rasa buahnya masam. Terlalu anak-anak bukan? Yang paling ia suka adalah permen dan susu strawberry. Ia selalu bermimpi hidupnya berjalan...