Twenty Fourth

28 5 0
                                    

"Bu,Yah dateng ya nanti malem ke rumah sakit. Ata bener bener pengen kumpul. Om Andre sama Tante Bela nanti bisa dateng kok" pinta ku.

"Nanti ibu sama ayah bisa kok kamu jangan khawatir" ucap ibu sambil mengelus rambut ku yang sengaja ku gerai.

"Yaudah, Rena berangkat dulu ya" pamit ku lalu mencium punggung tangan ibu dan ayah.

Aku segera masuk ke mobil, Mas Akbar sudah sedari tadi menunggu ku di dalam mobil.

"Ata semalem kayak nya kecewa deh Mas" ucap ku sambil meminum susu strawberry yang ada di mobil.

"Kecewa soal nggak kumpul itu?" Tanya Mas Akbar.

Aku menganggukkan kepalaku.

"Tapi nanti semua bisa kumpul kan. Kamu nggak usah khawatir" ucap Mas Akbar.

Aku menghabiskan sebotol susu strawberry, lalu memasukkan sebotol susu strawberry ke dalam tasku.

"Aku ke sekolah dulu kak. Daa" pamit ku lalu mencium punggung tangan Mas Akbar.

"Sekolah yang pinter" ucapnya lalu mengelus rambut ku pelan.

×××

Aku berusaha mengerjakan 3 soal yang telah ditulis Bu Indah di papan tulis,memang soalnya hanya lima tapi jawabannya bisa 1 halaman buku per nomornya. Banyak yang mengeluh dengan soal itu, tapi tak berani mengucapkan keluhannya karena Bu Indah sendiri akan sangat marah bila muridnya mengeluh, terlebih lagi omelan Bu Indah itu super duper bikin ngantuk, panjang banget kalo ngomel ngomel bahkan lebih panjang dari ceramahnya Mama Dedeh. Pernah dulu Bu Indah ngomel ngomel selama 2 jam pelajaran karena salah satu temanku lupa membawa buku. Duh,bener bener bikin pusing.

"Ke kamar mandi yuk,5 menit lagi istirahat" ajak Windi.

"Enggak,bisa bisa kena semprot kita,kuping gue panas dengernya" tolakku.

"Tangan gue pegel. Sumpah,belum lagi PR nya disuruh ngerangkum" ucap Windi lirih.

"Hei! Kamu yang itu nomor 2 dari depan,ngapain bisik-bisik?" Sentak Bu Indah yang membuat ku dan Windi langsung kembali mengerjakan soal tadi.

"Emm..saya tanya cara bu ke Rena" ucap Windi yang sedikit gugup.

"Kerjakan sendiri, jangan kebiasaan nanya temen. Kamu besok itu UNBK nggak bisa kalo caranya kamu terus tanya temen. Mau jadi apa negara ini kalau semua generasi mudanya tukang nyontek?"

Kembali lagi,yaa Bu Indah ceramah lagi. Aku menghembuskan nafas kasar, untung saja bel istirahat segera berbunyi dan Bu Indah akan segera keluar dari kelas ini. Syukurlah.

"Lo bego banget sih Win, waktu istirahat kita jadi kepotong gara gara lo ngomong. Lo nggak kasihan sama temen lo yang lagi sakit? Hah?" Tanya Oky yang menggenggam tangan Clara.

Hari ini Clara terlihat berbeda,ia tampak pucat tak seperti biasanya. Sakit apa dia?

"Iyaa sorry" jawab Windi yang menunduk.

Aku tidak tega melihat Windi diperlakukan seperti itu, aku menghampiri ketiga orang itu.

"Nggak usah kasar sama cewek bisa nggak? Kalo emang sakit kenapa nggak ke UKS aja?" Tanya ku.

Oky tak menjawab,ia langsung menarik tangan Clara untuk keluar kelas. Memang setelah putus yang kedua kali itu hubunganku dengan Oky bisa dikatakan tidak baik-baik saja,justru semakin memanas. Oky sering bersikap manis kepada Clara di depan ku seolah olah itu disengaja untuk membuat ku panas. Aku terima saja seperti itu karena Oky bukan siapa-siapa ku. Yang masih membuatku kesal adalah cara Oky yang memutuskanku hanya lewat telfon,itu yang membuatku muak melihat wajahnya sampai sekarang. Banci.

"Udah,nggak usah dipikirin omongan orang kayak gitu" ucap ku sambil mengelus punggung Windi.

Windi mengusap wajah nya "gue emang bego ya Ren,gue udah nyadar kok"

"Huss, apa sih. Omongan nya Oky emang kayak gitu. Egonya tinggi, dia cuma mikirin Clara aja,dikira sini seneng di omeli guru kayak tadi? Enggak kan" ucap ku.

"Ke kantin yuk,lo nggak puasa kan?" Ajakku.

"Sorry gue puasa" tolak Windi.

"Oh,sorry. Itu kan lo lagi puasa,katanya orang puasa itu harus sabar,iyakan?" Tanya ku yang masih berusaha menghibur Windi.

Windi menganggukkan kepalanya.

Ku tau ia punya masalah lain sekarang. Karena tak mungkin bila ia sampai se melow ini karena ucapan Oky.

×××

"Mas,ke mini market dulu ya,mau beli susu vanilla buat Ata" pinta ku sambil memasang seat belt.

"Nggak ada waktu dek,Ata nyariin kamu" ucap Mas Akbar dengan nada bicara yang terlihat sendu.

"Ata baik baik aja kan Mas?" Tanya ku yang  langsung berfikiran negative.

"Nanti kamu juga tau dek" jawab Mas Akbar lirih.

Laki-laki itu mengemudikan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Aku semakin khawatir dengan kondisi Ata. Apa dia baik baik saja?

Mobil putih Mas Akbar sudah memasuki area parkir rumah sakit Ata,aku segera turun dan memasuki rumah sakit itu, melewati lobi rumah sakit dan langsung menaiki lift untuk ke ruangan Ata. Didalam lift aku sangat tidak tenang, aku menggigit kuku ku. Aku berdoa kepada Tuhan agar Ata baik-baik saja.

Aku langsung menghampiri ruang rawat inap Ata, didepan ruangan ada Om Andre, ayah dan ibu. Om Andre dan ayah nampak menenangkan ibu yang terlihat menangis,aku semakin berfikiran buruk tentang kondisi Ata.

"Ata baik-baik saja kan?" Tanya ku ketika berada di depan ruang rawat Ata.

Ayah menyuruhku masuk keruangan itu, disana ada sesosok wanita yang sedang duduk di samping bangsal Ata. Suara alat pendeteksi jantung kembali menggema diruangan ini.

"Tante" ucap ku lirih.

Wanita itu menengok dan mengisyaratkanku untuk duduk di dekat nya.

Ku lihat mata wanita yang usianya 5 tahun lebih muda dari ibu yang sembab,hidung nya merah tanda ia baru saja menangis.

Aku duduk di kursi itu lalu menggenggam tangan Ata.

"Ta bangun Ta,aku dateng" ucap ku lirih,air mataku keluar begitu saja.

"Tadi kondisi Ata nge drop, dia sempat nyariin kamu,tapi Tante bilang kalau kamu lagi sekolah" ucap Tante Bela yang masih ada dibelakang ku.

"Kenapa nggak ada yang ngasih kabar ke aku?" Tanya ku.

"Nggak ada yang mau buat kamu khawatir,sebentar lagi kamu UKK,kamu harua fokus dulu kesana. Tante nggak mau kamu mikirin Ata terus" jawab Tante Bela.

"Kalo Ata kayak gini apa aku bisa tetep fokus? Aku sayang sama Ata Tante,aku nggak mau kehilangan dia" ucap ku dengan tangisan yang semakin menjadi.

"Ta ku mohon bangun. Ada aku Ta, kamu jagan tidur terus"

"Ata bangun!"

"Bangun Ta bangun! Kamu jahat Ta kalau nggak bangun!"

"Bangun Ata!" Kini aku berteriak. Berharap Ata bisa terbangun dari tidur nya setelah mendengar teriakkan ku.

Tapi nihil, Ata masih tetap memejamkan matanya.

"Kenapa kamu tidur lagi Ata? Semuanya udah kumpul kayak gini. Bangun Ata" Lirih ku.

StrawberryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang