Thirty Second

32 5 0
                                    

Setiap liburan pasti bawaan nya cepet banget, hari ini aku sudah menenteng tas ku yang berisikan baju baju ku. Aku mengantri untuk berpamitan pada nenek memang inilah tradisi di keluarga ku, setiap berpamitan selalu diberi petuah petuah baik untuk kedepannya,petuah yang kental akan adat jawa pastinya.

Aku melambaikan tangan untuk salam perpisahan, rasanya masih berat untuk meninggalkan desa ini, pepohonan yanh rindang membuat terik nya mentari tak akan terasa disini, udara yang segar dipagi hari sangatlah memanjakan paru paru. Siapapun pasti akan betah tinggal disini.

Wanita dengan rambut yang mulai memutih itu membalas lambaian tangan seluruh orang yang ada di dalam mobil. Menatap mobil hitam itu keluar dari pekarangan rumahnya.

Aku menutup jendela mobil lalu menyandarkan punggungku.

"Ibu boleh minta tolong nyalain radio nya?"

Ibu tak menjawab,langsung menyalakan radio itu. Satu lagu langsung memasuki indra pendengaran 4 orang yang ada di mobil ini.

Than you said

I want you forever

Even when we're not together

Scars on my body so I can take you wherever

Lagu itu,langsung terlintas begitu saja 3 wajah laki-laki dipikiranku. Entah mengapa aku menjadi mengingat 3 laki-laki itu. Terutama seorang yang selalu memakai topi itu. Ah apasi,ngapain mikir-mikir mereka.

"Jangan mikirin Fandi! Apalagi Andhika!" Ucap Mas Akbar yang mencolek bahu ku.

Aku menengok ke arah Mas Akbar "Apasi"

×××

Kling.

Fandi Alif has been added you as friend.

Kak Fandi? Nggak salah? Aku masih tak berkedip menatap notifikasi itu, tapi ada satu notifikasi lagi yang membuat ku semakin melayang tinggi.

Fandi Alif : add back

Aku pun menekan tombol "tambahkan teman" dipojok kiri atas room chat ku dengan Kak Fandi. Dari mana Kak Fandi dapat ID Line ku? Entah lah. Aku langsung menghempas kan tubuhku ke kasur. Rasanya pegal sekali setelah hampir seharian untuk perjalanan pulang. Yaa,jalanan tadi sangat macet karena sebentar lagi long weekend akan usai.

"Adek,cepet turun makanan nya udah siap"

Teriakan itu kembali membuatku membuka mata,memang sudah sedari tadi bau harum masakan itu masuk kedalam kamar ku ini. Aku segera turun dari kasur lalu keluar kamar. Perlahan ku tutuni tangga, aku tak terlalu terburu-buru karena aku masih melihat ayah yang asyik menonton tv dan Mas Akbar yang mengotak-atik laptopnya.

Aku duduk di salah satu kursi,belum ada niatan untuk mengambil nasi goreng yang sudah berada di hadapan ku. Aku mengambil ponsel ku yang ada di saku menyalakan layar ponselku. Ada satu notifikasi yang membuatku ingin berteriak sekeras-kerasnya.

Fandi Alif : Besok sekolah kan? Kita barengan.

Pesan itu kubaca berkali kali sesekali aku mengucek mataku untuk memastikan ini bukan khayalan ataupun pengaruh mataku yang sudah terlalu lelah. Pesan itu masih ada.

Kling.

Sekali lagi satu pesan masuk

Fandi Alif : elah, bales kali😪

Renata : iyaa

Entah hanya satu kalimat itu yang bisa ku gunakan untuk membalas.

"Hayoo ngapain senyum senyum. Lagi di chat Fandi?" Tanya Mas Akbar yang membuatku tersentak.

Aku menatap Mas Akbar yang sedang menunjukkan senyum jahilnya "Apasi Mas"

"Nggak usah nge fly. Yang nyuruh Fandi jemput kamu itu Mas"

Rasanya seperti telah dijatuhkan dari lantai 50. Aku kira memang Kak Fandi berinisiatif sendiri,taunya suruhan Mas Akbar. Kenapa gini sih?

"Aku nggak nge fly Mas!" Tegas ku lalu mulai mengambil nasi goreng dihadapanku.

Tak ada yang berbicara ataupun membuka pembicaraan saat makan. Semuanya sibuk dengan piring dihadapan masing masing. Mengingat ini sudah hampir larut malam dan besok semua rutinitas akan kembali berjalan. Aku membalikkan sendok dan garpu ku secara menyilang di atas piring lalu mengambil segelas air putih yang ada didekat ku, aku meneguk air itu sampai habis.

"Rena, kayaknya ayah ataupun ibu tetep nggak bisa jemput kamu setiap hari. Kamu dijemput Mas kamu nggak papa kan?" Ayah mulai membuka suara.

"Nggak papa kok Yah" Aku kembali menaruh gelas ku diatas meja "Gini aja Rena udah seneng banget"

Ayah tersenyum,sekilas aku melihat ibu juga tersenyum.

"Mas agak sibuk kayak nya minggu minggu ini. Naik taksi nggak papa kan dek?" Tanya Mas Akbar.

"Yaudah nggak papa" jawab ku.

Sebenarnya aku tidak suka naik kendaraan umum. Bukannya gimana-gimana aku masih suka takut dengan kejadian kejadian yang kurang mengenakkan ketika naik kendaraan umum.Yaa,Andhika benar aku nggak boleh egois,aku  harus berubah.

"Udah piringnya taruh aja di bak cuci. Kamu cepet tidur ya" Pinta ibu lembut.

Aku beranjak dari kursi ku "Iyaa Bu, Rena ke kamar dulu"

"Akbar juga"

×××

Perlahan ku buka mataku,karena ada cahaya yang masuk lewat jendela kamar. Aku mengucuk mataku untuk memperjalas pandangan kabur ku. Ku usap wajahku lalu melirik jam yang ada nakas.

05.57

Kok nggak ada yang bangunin sih? Aku sempat mengumpat beberapa kali karena menurutku ini sudah cukup siang,bisa jadi aku akan terlambat. Aku buru buru turun dari kasur ku. Tapi kepala ku terasa seperti dihantam oleh sesuatu dengan cukup keras sehingga membuatku kembali terduduk di atas kasur ku. Aku memejamkan mataku rapat rapat berusaha menahan sakit dikepala ku,nihil sakit yang ada dikepalaku semakin menjadi.

Aku mendengar suara ketukan pintu dikamar ku, ingin ku buka tapi karena sakit dikepala ku ini semakin menjadi membuatku mengurungkan niatku.

"Ren,buka pintu nya!"

Suara laki-laki itu terdengar samar-samar. Bibirku masih kelu untuk menjawab.

Krekk.

Pintu berwarna putih langsung saja terbuka, menampakkan sesosok tubub laki-laki dengan seragam SMA yang berada diambang pintu. Ia menatapku dengan tatapan panik.

"Lo mimisan. Ya ampun!" Andhika langsung mendekat ke arahku,mengambil sekotak tisu yang ada di nakas.

"Pagi-pagi lo udah mimisan. Jaga kesehatan mangkanya!" Omel Andhika.

Aku menyumbat lubang hidung ku dengan tisu "Ngapai lo disini?"

"Jemput lo"

"Gue belum siap siap" aku mendongakkan kepala lalu memencet pangkal hidung ku "Lo mau nunggu?"

"Gue tungguin, semuanya nyariin lo dibawah"

"Yaudah lo kebawah aja. Jangan bilang gue mimisan!"

Andhika bangkit dari duduk nya lalu beranjak keluar.

"Andhika"

"Hmm?"

"Sweater lo" aku menyerahkan sweater hitam yang sudah cukup lama bertengger di lemari pakaianku.

Andhika mengambil sweater nya lalu kembali berbalik keluar dari kamar ku ini.

"Rena berangkat" aku mencium punggung tangan ayah dan ibu secara bergantian.

Andhika juga melakukan hal yang sama "Andhika berangkat dulu Om,Tant"

Ayah dan Ibu hanya tersenyum.

Bisa dikata hari ini aku sedikit kecewa bagaimana tidak, Mas Akbar pagi tadi sudah langsung ke kampus. Pulangnnya pun aku harus bersama Andhika lagi. Tapi bukannya kemarin Kak Fandi yang nawarin tebengan? Entahlah,mungkin Kak Fandi juga sibuk.

StrawberryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang