Thirty Third

26 5 0
                                    

Laki-laki itu masih berfokus pada jalanan yang cukup ramai di depannya. Ia tampak terlihat gusar melihat macet yang semakin parah ini.

"Mau lo pelototin kek gimana macetnya nggak bakal reda" ucap ku yang mencoba memecah keheningan.

"hmm"

Aku memutar bola mataku lalu mengalihkan pandangan ku ke arah ponselku,membuka salah satu pesan yang belum kubaca.

Mas Akbar : yahh, yang jemput Andhika

Mas Akbar : ngga sesuai ekspetasi nih ye

Mas Akbar : emang Fandi nya ngga nawarin tebengan. Kemaren yg nge chat Andhika

Renata : apasi Mas

Apa iya yang ngirim pesan kemarin bukan Kak Fandi? Bisa kupastikan raut wajahku langsung berubah. Mood ku turun seketika. Aku langsung mengambil susu strawberry yang ada di tas ku dan segera meminumnya.

"Lo nggak punya handphone?" Pertanyaan konyol itu begitu saja keluar dari bibir ku. Entah setan apa yang mendorongku untuk melontar kan pertanyaan macam itu.

Andhika menatapku sebentar "Trus ini apa?" Andhika menunjuk ponsel berwarna gold yang ada di dashboard.

Aku menggaruk kepala belakang ku yang tidak gatal "Emm,siapa tau punya tetangga lo apa punya nya Abang lo"

"Khayal" desis nya.

"Kapan sih lo nggak cuek?" Lagi pertanyaan yang konyol keluar.

Andhika menatapku dengan pandangan yang sulit diartikan "Dan kapan sih lo manggil gue 'kak'?"

Aku terdiam sesaat, memang aku jarang bahkan tak pernah memanggil Andhika dengan embel-embel 'kak' rasanya aneh aja. Hey,aku pernah memanggilnya 'kak' ketika aku menanyakan keberadaannya pada teman sekelas nya dulu.

"Oke Kak Andhika"

"Gak usah. Geli gue denger nya" Andhika menarik salah satu sudut bibirnya,tersenyum miring.

"Tadi minta dipanggil Kak"

Andhika diam,kembali berfokus pada jalanan yang mulai lancar lagi. Tampak ia menjalankan mobil ini dengan kecepatan yang cukup kencang. Yaa,ku maklumi karena 15 menit lagi bel sekolah sudah pasti akan berbunyi,gerbang pun akan ditutup pada menit itu juga tak perduli dengan rengekan para murid-murid yang masih ada di luar pagar.

"Udah sampe" ucap Andhika yang membuatku mendongakkan kepala ku.

Aku segera turun dan melepas seat belt ku,tapi tangan ku serasa ditarik. Aku menengok ke belakang "Apa?"

"Katanya kakak lo,pulang nanti lo bareng gue"

Aku mengerutkan kening ku lalu kembali duduk "Kayaknya gue nanti pulang nya agak telat. Gue telfon lo aja,atau gue line" Aku meraih ponselnya yang masih berada di dashboard "Nih,gue kasih ID Line gue. Biar nggak repot harus pinjem abang lo dulu kalo mau nge hubungin gue" aku mulai mengetikkan ID Line ku.

Aku sedikit bingung karena aku sudah ditambahkan sebagai teman oleh Andhika "Kok udah ada?"

Andhika langsung menarik ponselnya "bukan urusan lo" Andhika tampak mengotak atik ponselnya "cek hape lo. Ada chat ya itu gue!"

Aku mengambil ponsel ku yang ada di dalam tas,lalu menyalakan layarnya. Dan benar ada satu pesan yang masuk aku membuka pesan itu.

Andhika Firmansyah : ini gue

Aku tersenyum lalu mememcet tombol tambahkan teman di bagian pojok kiri.

Renata : iya tau

×××

Hari ini kelas terasa sepi,hampir 10 anak absen hari ini beragam alasannya. Ada yang sakit, ada yang masih belum pulang dari liburan, ada yang bolos. Terasa sekali ketika pelajarang pagi tadi dimulai biasanya kelas akan riuh jika guru itu sedang mengajar dikelasku,tapi hari ini kelas ku anteng-anteng saja.

Aku mengedarkan pandangan ku untuk membantu Windi mendaftar anak yang tidak masuk. Kedua sekertaris dikelas ku juga tidak masuk,mereka sedang asyik menonton konser oppa oppa Korea. "Falco nggak masuk juga Win" Aku kembali mengedarkan pandangan ku menemukan bangku kosong yang letaknya di sebelah bangku Oky, bangku yang biasa ditempati seorang perempuan cantik dengan rambut sepunggungnya. Tapi sayang ia arogan dan bersikap seperti bos. "Clara juga" ucap ku lirih.

"Gilak semuanya. Pada kurang apa liburannya" Windi memasukkan bolpoin nya kedalam tas nya.

"Kantung mata lo aja masih keliatan Win. Liburan lo pasti juga kurang" aku menunjuk kantung mata Windi.

Windi menyengir lalu menggaruk tenguk nya "Baru kemaren sore gue pulang ya capek lah"

Aku tersenyum miring. Pusing dikepala ku memang sesekali terasa,tapi berusaha ku tahan. Aku sangat berharap jangan sampai aku mimisan disekolah.

"Ren,ke kantin yuk" ajak seorang laki-laki dari belakang.

Ia tampak menarik rambutnya kebelakang,lalu menyimpan tangan nya disaku celananya. Keren? Tidak sama sekali!

Aku terdiam sejenak mendengar ajakkan itu "Ajak aja Clara" Tiga kata itu begitu saja keluar dari bibirku.

"Clara nggak ada" ucapnnya santai.

Windi meletakkan kertas absensi itu ke mejanya lagi lalu maju selangkah "Eh Playboy Badak! Rena bukan boneka lo ya! Dia gak bisa lo ambil gitu aja saat cewek lo lagi gak ada terus lo buang lagi saat cewek lo dateng" Windi melipat kedua tangan nya didepan dada "Kurang puas gimana lo nyakitin Rena?"

Oky masih diam di posisinya belum bergerak "Gue nggak nyakitin dia"

Plakk

Tangan kanan ku begitu saja melesat ke pipi laki-laki itu. Aku segera menarik tangan Windi "Iya lo nggak pernah nyakitin gue!" Ucap ku dengan nada emosi.

Windi diam saja, mungkin ia sedikit terkejut dengan tamparan dadakan tadi. Ia terus mengikuti tarikan tanganku. Sebenarnya aku tak tau kemana langkah pasti kaki ku ini,aku hanya berjalan lurus melawati koridor kelas X hingga sampai ke sebuah halaman yang cukup luas tapi terlihat sepi itu. Aku duduk disalah satu bangku,melepaskan genggaman tangan ku pada tangan Windi. Aku menutup wajahku dengan kedua tangan ku.

"Jangan nangis Ren" ucap Windi pelan. Terasa sekali tangan nya sedang mengusap punggung ku.

Aku mengusap wajahku "Gue nggak nangis"

"Lo kenapa sih nampar Oky?"

"Nggak ngerti,tangan gue kayak digerakin setan"

"Aduh,setan nya itu baik banget sih,kenapa nggak nonjok aja sekalian? Gue muak liat wajah sok ganteng nya itu. Iya kalo ganteng nya setara Megantara gitu nggak papa. Ini mah dibawah mimi peri malah"

Aku terkekeh pelan mendengar omelan Windi "Jangan bawa-bawa Megan. Punya gue"

Windi menepuk jidatnya "Oh iya lupa gue kan udah punya Zayn Malik"

"Najis"

Kali ini Windi terkekeh "Akhirnya lo bisa senyum tanpa strawberry"

Aku menjitak kepalanya. Bukannya marah Windi hanya mengelus kepalannya yang telah ku jitak sambil tertawa tidak jelas. Aneh, tapi terkadang keanehan seseorang secara tidak langsung bisa membuat kita nyaman entah sadar atau tidak.

Aku melihat sekitar. Sekolah sudah sepi karena jam sudah menunjukan pukul 14.06 Yaa,hari ini aku ada kumpul ekstra kulikuler terlebih dahulu dan pembahasannya hari ini cukup banyak. Aku mengambil ponsel di saku ku lalu mencari salah satu kontak.

Renata : Mas Akbar yg ganteng,jemput Rena yaa

Hanya berjarak beberapa detik pesan ku langsung dibalas.

Mas Akbar : Adek Mas yang cerewet bareng Andhika aja yaa

Aku memutar bola mataku,belum sempat aku menyelesaikan balasan yang ku kirim kan ke Mas Akbar ada yang menepuk bahu ku dari belakang.





Omao, Rena kayaknya kena hipnotis..

Kayaknya sih preman sekolah yang dulu

StrawberryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang