Twenty Thrid

28 5 0
                                    

Antrian mie ayam ini cukup panjang, bagaimana tidak ini adalah warung mie ayam baru dan langsung terkenal karena rasanya yang sangat memanjakan lidah, aku mengikat rambutku menjadi satu karena gerah. Karena atrian yang cukup panjang aku pun memanggil Mas Akbar yang sedang duduk sambil memainkan ponselnya. Aku memintanya untuk gantian mengantri,untung saja Mas Akbar lagi baik jadi ia mau mengantri mie ayam ini.

Aku keluar dari warung itu dan berjalan ke minimarket yang letak nya sekitar 10 meter dari sini. Aku sengaja ke minimarket itu untuk sekedar numpang AC, yaa benar-benar memalukan.

Aku masuk dan langsung disambut oleh petugas kasir yang ada di mininarket itu.

Aku berkeliling dimini market itu, mata ku menemukan berbagai susu dengan varian rasa yang berbeda, aku segera mengambil beberapa kotak susu strawberry dan susu vanilla. Susu vanilla nya buat Ata,karena ia sangat menyukai varian itu. Aku juga mengambil sekatung permen strawberry kesukaanku.

Setelah kurasa cukup,dan aku sudah tidak kepanasan lagi aku menuju ke kasir dan membayar belanjaan ku,cukup banyak totalnya karena ini termasuk belanja dadakan.

Aku kembali berjalan ke warung mie ayam, mencari keberadaan Mas Akbar. Tak ada orang dengan ciri-ciri seperti Mas Akbar disana. Aku mengalihkan pandangan ku keluar karena ada suara klakson mobil, orang yang ku cari sedari tadi memunculkan kepalanya lewat jendela mobil sambil terus menekan klakson mobil nya, aku segera menghampiri laki-laki itu.

"Cepet banget antrinya Mas,kayak nya tadi masih panjang?" tanya ku sambil meletakkan belanjaan ku ke jok belakang.

Mas Akbar memundurkan mobilnya "Yang punya temen aku,jadi ya cepet dapet bonus lagi" jawab nya.

"Lah,kenapa nggak bilang dari tadi? Ngerti gitu kan aku nggak perlu antri lama tadi"

"Tau aja pas kamu pergi tadi dek"

"Siapa yang punya?"

"Galih,ngerti nggak? Yang temen nya Fandi"

"Ohh,yang main gitar itu kan?"

"Heeh. Masih suka sama Fandi?" Mas Akbar menaik turunkan alisnya.

Aku meninju dengan cukup keras lengannya "Apaan sih Mas"

Mas Akbar tak menjawab ia menampilkan senyum jahilnya.

Sepertinya pipiku menjadi merah,karena aku merasa pipi ku panas. Yaa,memang dulu aku sedikit tertarik pada Kak Fandi, aku sangat nge fly saat ia menangkap ku yang hampir terjatuh waktu itu. Aku kagum dengan laki-laki itu,sosoknya sangat hangat dan ramah. Lah lah,ngapain sih jadi mikirin Kak Fandi.

Aku mengambil ponsel dari dalam tas ku, aku mencari sebuah kontak untuk ku hubungi.

Ibu.

Aku menekan gambar seperti telefon setelah mendapatkan kontak itu, aku menempelkan ponselku pada telinga.

Tak ada jawaban.

Ibu selalu sibuk. Menelfon ibu bagaikan menelfon kuis undian di TV,terlebih lagi jam kantor seperti ini. Aku mendengus kesal lalu mencoba mencari kontak lain.

Ayah.

Aku langsung menelfon ayah dan meletakkan ponselku ke telinga lagi. Akhirnya setelah beberapa saat ayah mengangkat telfon ku.

"Halo,ayah?"

"Iya,apa nak?"

"Ayah sibuk?"

"Emmm, sepuluh menit lagi ada meeting kenapa?"

"Oh..Ata pengen ayah,ibu,om andre, tante bela ke rumah sakit kumpul-kumpul lagi"

"Oh,yaudah kamu ngomong aja di grup keluarga,ayah sibuk nggak bisa ngehubungin satu satu"

"Iya yah,tapi bisa kan nanti kumpul bareng?"

"Ayah usahain ya"

"Makasih yah"

"Sama sama Ren"

Aku memutuskan sambungan telefon,lalu menghembuskan nafas kasar.

"Kenapa?" Tanya Mas Akbar

Aku hanya menggeleng kepala ku cepat.

Kenapa ibu ataupun ayah selalu sibuk? Kapan mereka seperti aku kecil dulu? Aku berusaha menahan air mataku dan mengetikkan sesuatu di ponselku.

Renata: Ata minta semuanya bisa kumpul-kumpul kayak dulu lagi.

Setelah itu aku me lock ponselku dan kembali memasukkan ke tas kecilku.

×××

Aku melangkah kan kaki ku ke ruang rawat Ata diikuti langkah panjang Mas Akbar.

"Reta kok lama sih" tanya Ata dengan wajah cemberut.

Aku memutar bola mata ku "Ata ih banyak protes,aku kan udah bilang mie ayam nya enak ya jelas banyak yang antri, ini aja udah pake kongkalikong sama temen nya Mas Akbar yang punya warungnya" jawabku.

"Iya iya,bercanda kali Ret. Makasih yaa udah dibeliin. Kamu baik deh" Ata mencubit pipi ku gemas.

Aku menuangkan 3 bungkus mie ayam tadi ke mangkuk,lalu memberikan satu mangkuk ke Mas Akbar,satu mangkuk untuk Ata dan satu lagi untuk aku sendiri.

Aku segera melahap mie ayam itu, Mas Akbar juga melahap nya dengan cukup rakus. Tak bisa dipungkiri rasa mie ayam ini sangat lezat. Aku menatap Ata bingung, ia hanya menatap mie ayam yang ada di meja sebelah bangsalnya,tak berniat untuk menyendok.

"Ata nggak dimakan mie ayam nya? Keburu dingin loh" Tanya ku.

"Tangan ku bengkak. Suapin" pinta nya.

"Ish ,Ata manja makan sendiri" tolakku.

"Suapin gih dek, kasian Ata nya" perintah Mas Akbar.

"Tangan aku bengak Ret,suapin" rengek Ata.

Aku meletakkan sendok mie ayam ku "yaudah aku suapain" ucap ku.

Aku tidak tega melihat wajah Ata yang begitu memelas.

Aku melangkahkan kaki ku mendekati Ata,mengambil semangkuk mie ayam yang mulai dingin itu dan mulai menyodorkan suapan pertama. Ata membuka mulutnya untuk menerima suapan itu, ia membulat kan mata nya ketika mie ayam itu telah masuk ke tenggorokannya.

"Sumpah ini enak banget. Besok kalo aku udah sembuh harus ke warungnya deh pokoknya" ucap Ata dengan mata berbinar.

Aku tersenyum "mangkanya cepet sembuh"

Ata membalas senyuman ku tak kalah manis, ia tampak mempesona kali ini.

"Oya,Ret mama papa sama orang tua kamu bisa kesini?" Tanya Ata.

Aku membeku mendengar pertanyaan itu.

"Ayah ku nggak janji,ibu dari tadi aku telfon nggak diangkat" jawab ku lirih.

"Orang tua ku bisa?" Tanya Ata.

"Entah" jawabku lalu menundukkan kepalaku.

"Yaudah nggak papa kok. Jangan sedih gitu dong" ucap Ata yang mengacak pelan rambut ku.

Kenapa ayah sama ibu se sibuk ini? Apa mereka lebih mementingkan pekerjaan dari pada permintaan Ata? Ya,Ata sudah dianggap anak sendiri oleh kedua orang tua ku.

Terkadang aku iri dengan teman-teman ku yang biasa diantar-jemput oleh kedua orangtua mereka, mereka tampak senang diantar orang tua, sementara aku hanya diantar kakak ku bahkan terkadang naik taksi. Aku rindu bisa makan malam dengan ibu dan ayah. Aku rindu membantu ayah membersihkan taman dan menata bunga disana. Kapan bisa lagi seperti itu?

"Kok bengong?" Tanya Ata.

Aku sedikit tersentak mendengar pertanyaan Ata "Eh.. eng..enggak kok" jawabku.

"Kenapa sih dek,dari tadi ngelamun? Ada masalah?" Tanya Mas Akbar.

Aku menggeleng.

Mas Akbar berjalan ke arah ku,mengelus punggung ku "kalo ada masalah cerita jangan ditutupin" ucap Mas Akbar.

"Cerita aja Ret" ucap Ata

Aku menghelas nafas ku lalu mulai menceritakan apa yang mengganjal pikiranku saat ini.

StrawberryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang