Hari ketiga setelah masuk sekolah, suasana sekolah cukup ramai karena pada tahun pelajaran kali ini sekolah ku menambah kan 2 kelas, memang hanya angka 2 tapi cukup membuat lapangan sempit ketika upacara. Aku berjalan menyusuri koridor kelas lama ku,yaps kelas 10 tak jarang satu dua anak baru menyapa atau hanya melempar senyum kearahku, aku membalas sapaan dan senyuman itu,yaa aku tak mau di cap sebagai kakak kelas sombong nantinya.
Sebenarnya aku tak berniat untuk melewati koridor ini,tapi untuk menuju ke arah parkiran aku harus melewati koridor ini. Setelah sampai di parkiran,ku edarkan pandangan ku untuk mencari orang yang tadi pagi ngotot untuk menjemputku. Tapi kedua bola mataku ini tak menangkap sosok yang kucari aku hanya mendapati mobil merahnya, aku mengeluarkan ponsel dari tas ku mencari salah satu kontak disana. Ku pencet tombol 'call' ketika sudah menemukan kontak bertuliskan 'Andhika' Tak ada jawaban.
Aku kembali melangkahkan kaki ku keluar dari parkiran. Kemana Andhika? Aku merasa Andhika masih berada di lingkungan sekolah tapi untuk tempat yang lebih tepatnya aku tak mengerti, aku berjalan ke sembarang tempat berharap menemukan nya. Seluruh koridor sudah ku lewati, kamar mandi, perpustakaan, ruang guru aku sudah kesana tapi tak ku dapati sosok yang 1,5 bulan terakhir ini menambah rasa dihidupku.
Satu lagi tempat yang belum ku datangi. Ya,taman belakang. Dulunya Andhika suka sekali tempat itu, aku mempercepat langkahku ke taman belakang. Dan ketika sudah sampai benar saja aku mendapati nya. Aku melihat punggung nya,ia hanya duduk sendiri,terdapat asap tipis disana. Aku melangkah kan kaki ku untuk mendekati Andhika.
"Andhika" panggilku.
Laki-laki itu mendongak, ia segera menjatuhkan sesuatu yang ada ditangan nya lalu dengan gerakan kilat ia menginjak benda itu. Aku mengenali bau ini dan perasaan ku mulai tak enak. Apakah Andhika seperti itu? Aku semakin penasaran, ku beranikan diri untuk bertanya.
"Lo ngerokok,Dik?"
Andhika hanya menggeleng lalu menarik tangan ku menjauh dari taman belakang, tarikan tangan Andhika cukup menyisakan rasa sakit di pergelangan tangan ku. Aku mengibaskan tangan ku yang ditarik paksa Andhika "lepas"
Langkah kaki Andhika cukup pelan, ia tampak terlihat kacau, ada apa dengan Andhika? Aku hanya mengekor pada Andhika,ia sama sekali tak menengok ke belakang. Aku sangat penasaran kenapa Andhika menjadi sediam dan se aneh ini?
Ingatan ku tiba-tiba saja terarah pada novel yang 2 hari lalu telah ku baca. Disitu menceritakan bahwa orang yang tiba-tiba diam dan melakukan hal di luar batas seperti ini sedang memiliki masalah yang berat dan mencoba untuk menutupinya.
Aku mencoba bertanya lagi pada Andhika "Andhika, lo punya masalah?"
Andhika menghentikan langkahnya, ia tak menoleh "nggak" jawab nya sembari menggelengkan kepalanya.
Andhika kembali melangkahkan kakinya,kini terasa lebih cepat tapi tetap saja rasa penasaran ku tetap belum hilang, Andhika seperti menyembunyikan sesuatu,ia pasti sedang ada masalah.
"Andhika plis stop! Lo ada masalah kan?" Tanya ku kini dengan nada sedikit tinggi.
Andhika masih tak menjawab,ia tetap berjalan menengok ke belakang pun tidak.
Aku mulai geregetan dengan sikap Andhika "Andhika! Lo dengerin gue nggak sih? Lo kalau punya masalah cerita,jangan diem kayak gini!"
Kedua telapak tangan nya otomatis mengepal,terdengar ia sempat mengerang.Ini menakutkan, percayalah. Andhika berbalik arah, tatapan nya sangat mengerikan bagiku ia tampak seperti macan yang akan siap menerkam mangsanya. Ia berjalan mendekat ke arah ku, kaki ku terasa bergetar aku mundur untuk menghindari Andhika, dan sial nya baru 5 langkah aku mundur punggung ku sudah menabrak tembok di koridor ini,Andhika masih belum berhenti ia semakin mendekat,jarak kami berdua sudah menipis. Aku menundukkan kepala ku,aku sangat takut Andhika berbuat aneh aneh terlebih lagi sekarang sekolah sudah sepi.
Dengan jari telunjuknya Andhika mendongakkan kepala ku, kini aku tak bisa berbuat apa apa rasanya tubuhku sudah tak memiliki energi untuk melawan. Andhika mulai mendekatkan wajah nya,ya ini yang ku takuti,baru saja tangan kanan ku berancang-ancang untuk mendorong mundur Andhika,tapi aku kalah cepat tangan Andhika segera meraih tangan kanan ku dan menguncinya. Sekarang aku tak tau harus bagaimana,wajah Andhika semakin dekat.
Sekarang bau rokok mulai tercium dari tubuh Andhika terutama bau nafas nya, terlebih jarak ku dan Andhika yang sudah nyaris habis ini,hidung kami berdua hampir bersentuhan. Aku bisa mencium bau rokok itu dan aku yakin 1000% tadi di taman belakang Andhika merokok dan satu lagi aku benci laki-laki perokok.
Dengan gerakan cukup cepat aku mendorong Andhika dengan tangan kiri ku. Andhika sudah mundur beberapa langkah. Kini saat nya aku yang mendekat,entah mengapa tangan kanan ku begitu saja menampar pipi Andhika.
"Jangan pernah deketin wajah lo atau pun coba-coba cium gue kalo bau nafas lo masih bau rokok!" Ucap ku dengan nada penekanan pada bau rokok.
Mata ku terasa panas, aku kecewa dengan Andhika yang sekarang. Andhika tampak mengacak rambutnya frustasi. Kemudian ia kembali berjalan kearah parkiran,aku hanya mengikuti nya. Aku cengeng,iya cengeng aku berusaha keras untuk menahan air mata yang sudah menggenang di kedua pucuk mataku.
Aku segera masuk ke dalam mobil Andhika kubanting pintu mobil Andhika cukup keras dan ku harap dia peka dengan kode ku ini, aku memasang seat belt lalu mengeluarkan ponselku. Aku tak berniat untuk memulai pembicaraan,aku masih kecewa pada Andhika.
Jalan yang macet membuat perjalanan lebih lama,terlebih lagi tak ada yang memulai pembicaraan radio yang ada di mobil pun tak dinyalakan, aku yakin siapa pun yang ada di dalam mobil ini akan bosan. Aku berusaha memejamkan mataku tapi tak bisa, kedua mataku terus berfokus pada benda persegi yang ada di tanganku.
Andhika menghembuskan nafasnya "Tadi ada cewek dateng ke rumah nyariin papa sama mama"
Aku menengokkan kepala ku melihat wajah Andhika dari samping "siapa?"
"Temen kuliah " Andhika tak menengok masih berfokus pada jalananan.
"Ngapain nemuin mama papa kamu?" Tanyaku.
Andhika menarik nafas panjang "Minta tanggung jawab,dia hamil" jawab Andhika.
Apa lagi ini? Kenapa Andhika tega seperti itu? Bibirku sudah kelu untuk berbicara, mataku semakin panas air mata dipucuk mataku sudah semakin menumpuk.
"Anak siapa?" Aku yakin kali ini suaraku terdengar bergetar
"Ya anak ku lah. Mana mungkin anaknya bang Fandi!"
Andhika memukul mukul kaca mobilnya "Kok diem sih?"
"La aku harus apa?" Kini air mata ku sudah menetes,pipi ku sudah mulai basah.
Hening,tak ada yang membuka pembicaraan. Aku memang sudah tak mengerti harus berbuat apa. Aku tak bisa berbohong aku sayang,aku masih sayang Andhika. Tapi kenapa Andhika bisa melakukan hal sebodoh itu? Kenapa dia menjadi laki-laki brengsek? Baru berapa lama hubungan ku ini?
"Mau masuk tol,ambilin dompet di belakang" pinta Andhika dengan nada ketus
Aku pun mencari di jok belakang, tapi aku tak menemukan benda yang dimaksud Andhika "dimana?" Tanya ku.
"Bawah jaket"
Aku mengangkat jaket biru Andhika,tapi aku tak menemukan dompet disana malah terdapat sebuket bunga yang sangat cantik.
"Gak ada dompet adanya bunga" ucap ku dengan nada ketus, bagaimana pun juga aku tetap kecewa pada Andhika yang berbubah menjadi cowok brengsek.
Dengan senyum mengembang Andhika menghentikan mobil nya lalu kembali meraih buket bunga itu "ya itu buat kamu sayang kok nggak peka sih"
Aku menatap Andhika berusaha memastikan semua tadi hanya prank.
Ia tampak menaikkan alisnya sambil tetap menyodorkan buket bunga itu "Ini buat kamu"
Aku memukul lengan Andhika "Bercanda nya jelek,nggak lucu! Jahat!"
Andhika menarikku kedalam pelukannya "iya tapi so sweet kan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry
Teen FictionRenata. Penyuka segala sesuatu tentang strawberry,tapi ia tak terlalu suka dengan buah nya, alasannya terkadang rasa buahnya masam. Terlalu anak-anak bukan? Yang paling ia suka adalah permen dan susu strawberry. Ia selalu bermimpi hidupnya berjalan...