Twentieth

42 6 0
                                    

Sekarang kurasa semua nya mulai berjalan normal kembali, aku rasa sekarang cerita hidup ku cukup manis, semuanya selalu bahagia. Aku tak lagi memikirkan Oky, sekarang aku sudah dekat dengan Windi. Aku  juga melupakan sudah semua tentang Oky ataupun Andhika, aku berjanji aku tak akan menangisi kedua orang itu. Toh untuk apa juga aku menangisi mereka?

Aku menyesap susu strawberry ku, menatap langit sore yang perlahan-lahan warna nya berganti menjadi orange. Terlihat jelas burung-burung yang berterbangan. Di balkon ini sepi,hanya suara angin yang menggerakan daun. Ata yang terlihat serius membaca novel terjemahan milik ayah menjadi perhatian ku sekarang, laki-laki itu. Sesekali ia mengerutkan alis nya, dan tak jarang ia tersenyum kecil ketika membaca novel dengan ketebalan yang cukup membuat kaki bengkak jika buku itu jatuh mengenai kaki.

Senyum nya begitu manis, walaupun hanya senyum kecil tetapi sudah bisa mencetak bulan sabit kecil di pipi nya. Baru siang tadi ia membaca novel itu tapi sudah hampir seperempat halaman yang sudah dibaca nya.

"Asik ya Ta novel nya?" Tanya ku yang memecah keheningan.

Ata mengalihkan pandangan nya "iya bagus ceritanya" Jawab nya.

"Mata kamu merah Ta, stop dulu bacanya" cegah ku karena melihat mata Ata yang tampak sedikit merah.

Ata mengucek mata nya pelan "nggak papa,lagian kapan lagi aku bisa baca novel sebagus ini? Novelnya kan limited edition" elak nya sambil menunjukkan tulisan 'limited edition' yang ada dipojok buku.

"Nggak usah dipaksa kalo capek" ucap ku lalu kembali menyesap susu strawberry yang tinggal setengah itu.

Ata tak menjawab, ia kembali meneruskan membaca novel itu.

Ayah memang memiliki beberapa koleksi novel terjemahan, keluarga ku ini termasuk keluarga kutu buku, ada satu ruangan dirumah ini yang isinya bermacam-macam buku,mulai dari buku hadiah susu kemasan sampai buku-buku dengan bahasa madarin. Setau ku hanya Mas Akbar yang bisa bahasa mandarin,karena di SMA nya ia diberi materi bahasa Mandarin tapi buku bahasa mandarin itu tampak sudah usang,kertas nya sudah kuning kecoklatan bahkan beberapa halaman nya sudah terlepas, sampul depan nya yang berwarna merah hampir saja terlepas. Buku itu terlihat kurang perawatan dari buku buku lainnya.

Langit yang mulai gelap membuatku berniat untuk beranjak dari balkon kamarku ini dan masuk ke kamar ku.

"Ta, ayo masuk udah gelap" ajak ku lalu meneguk sisa susu strawberry ku.

"Yuk" ucap Ata lalu bangkit dari duduknya "aku dikamar kamu aja ya" ucap Ata.

Aku menganggukkan kepala ku tanda setuju dengan ucapan nya.

Ata langsung rebahan di kasur ku, lalu kembali membaca novel terjemahan itu. Aneh,biasanya dia akan mengomeli ku jika aku membaca sambil tiduran,tapi sekarang dia sendiri melakukan hal itu.

"Ata,ih baca jangan sambil tiduran" ucap ku.

Ata menatap ku lalu tersenyum "Lupa. Makasih udah di ingetin,besok-besok kamu jangan baca sambil tiduran ya" ucap nya.

Aku menganggukkan kepala ku. Lalu mencari ponselku dan membaca salah satu cerita di wattpad.

Setelah itu tak ada yang bicara, kita sudah berfokus pada kesibukan masing-masing.

×××

Kelas ku sudah ramai, hari ini seluruh kelas X, XI, XII harus menghias kelasnya karena akan diadakan lomba keindahan kelas. Di kelas ku sendiri sudah cukup banyak hiasan,hanya saja isi mading nya kurang. Windi mengkoordinasi semuanya, ia sibuk menempel tulisan di kertas manila untuk dibuat mading.

Aku yakin dengan kerja sama  yang kompak pasti bisa menghasilkan sesuatu yang bagus. Hanya ada beberapa anak yang tidak mau mebantu beragam alasannya, ada yang bilang capek, masih asik main game, dan yang paling bikin geregetan katanya udah pernah hias kelas. Aduh,semua orang juga udah pernah hias kelas mbak,bilang aja mau nge rumpi nggak jelas. Windi yang menurutku kurang tegas hanya bisa menggeleng kepala mendengar jawaban itu.

StrawberryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang