Thirteenth

50 8 0
                                    

Karna tlah ku habiskan
Sisa cintaku hanya untukmu
Untuk mu..

Cut!

Aku melepas pelukan ku pada Andhika.

"Sip,bagus kalian berdua" ucap Kak Fandi.

"Ren,lo mimisan" ucap Andhika

Aku mengusap hidung ku,dan ternyata darah segar sudah mengalir cukup banyak. Baju putih Andhika terkena beberapa darah mimisan ku tepatnya di bahu kanan nya.

"Sorry Dik,baju lo kotor" ucap ku.

"Lo ini gimana sih Ren, mimisan lo banyak kayak gitu,lo masih sempet minta maaf" ucap Andhika dengan nada sedikit tinggi.

Mas Akbar, Kak Fandi, dan Kak Galih langsung menghampiriku, Mas Akbar terus mengelap darah yang mengalir dari lubang hidung ku, aku sudah berusaha memencet hidung bagian atas ku,tapi apa darah segar terus mengalir, kepala ku semakin terasa berat hingga tiba-tiba pandangan ku berubah menjadi gelap dan semakin gelap setelah itu aku tak mengingat lagi apa yang terjadi saat itu.

Pandangan kabur ku lama-lama berubah menjadi jelas. Aku mengerjapkan mata ku supaya pandangan ku semakin jelas.

"Lo udah sadar" ucap Andhika "Gue kan udah bilang jaga kesehatan bentar lagi ada ujian kenaikan. Udah gih minum obat"

Aku mengernyitkan dahi "Dik,gue baru aja sadar udah lo omelin kek gini, gue pingsan lagi lo mau tanggung jawab?" Tanya ku.

"Ya nggak gitu,udah sana lo minum obat" perintah Andhika.

"Mas Akbar mana?"

"Lagi diluar,nelfon orang tua lo"

"Ngapain sih!" Ucapku lirih.

Aku bangun dari tempat tidur ku, aku mengambil 1 butir obat yang dulunya berasa sangat pahit tapi sekarang sudah manis karena aku sudah terbiasa dengan rasa obat itu. Masih teringat terakhir kali aku meminum obat itu, aku begitu senang kala itu, tapi sekarang kenapa aku harus kembali bertemu dengan pil-pil itu? Apa hidupku akan bergantung lagi dengan obat-obatan itu? Entah, aku hanya bisa berdoa kepada Tuhan agar kesehatan ku bisa pulih lagi.

×××

"Lo lesu banget Ren? Sakit?" Tanya Oky yang memegang jidat lo.

Aku menepis tangan Oky "Kemarin gue mimisan" jawab ku.

"Sekarang lo udah nggak papa kan? Lo masih kuat kan?"

"Nggak usah alay Ky,gue baik-baik aja"

Hari ini aku mengikuti pelajaran seperti biasa,walau terkadang satu-dua penjelasan guru tak ku pahami karena rasa pusing yang tiba-tiba menyerangku. Aku berusaha untuk tetap terlihat baik-baik saja,aku tak mau membuat orang lain khawatir.

Bel istirahat berbunyi, aku segera ke kantin bersama Windi, aku mulai dekat dengan nya setelah mendengar segala curahan hati nya, aku kagum dengan cara nya menutupi kesedihannya dibalik topeng senyum nya. Fyi, masalah terakhir Windi adalah ia benar-benar merasa capek karena ia merasa jibek dengan sikap teman nya yang berbeda kelas, katanya teman nya itu suka ber prasangka buruk sama dia, terus temen nya itu nggak bisa menghargai pengorbanannya, padahal Windi rela sakit perut demi minun soda ke sukaan temennya. Tapi apa temennya itu nggak pernah merasa ber terima kasih sama Windi, dia terus aja bersikap semena-mena sama Windi, aku terhenyuh mendengarnya. Tapi hebat nya Windi bisa ngelakuin itu semua dan dia tetep mau temenan sama temennya itu. Salut sama Windi.

Aku menggandeng tangan nya ke kantin,tak sengaja aku berpapasan dengan Andhika, aku mengentikan langkahnya.

"Andhika!" Panggilku.

Andhika menoleh ke arah ku.

"Apa?"

"Makasih soal kemarin"

"Okee" ucap nya sambil mengacungkan jempol.

Baru beberapa langkah aku meneruskan jalan ku, Oky sudah berada di hadapan ku.

"Andhika siapa lo?" Tanya Oky.

"Bukan siapa-siapa. Dia adeknya temennya Mas Akbar" jawab ku.

"Gue nggak mau lihat lo sama cowok lain! Gue mau lo jadi pacar gue.." Oky menghembuskan nafas "lagi" ucap nya lirih.

Aku tak menyangka Oky melakukan hal itu di tempat ramai seperti ini, aku yakin banyak pasang mata melihat aku dan Oky.

"Apaan sih Ky" aku berusaha menganggap ini sebagai lelucon.

"Gue serius" ucap Oky "lo mau nggak jadi pacar gue?" Tanya nya.

Aku melirik ke arah Windi, Windi hanya mengangukkan kepalanya. Sungguh aku bingung harus apa, apa iya aku harus menerima? Atau menolak?

"Kalo gue jawab iya, apa lo bakal buat gue nangis lagi?" Tanya ku

"Gue bakal buat lo nggak nangis lagi" jawab nya.

"Yaudah" ucap ku.

Oky menaikkan satu alisnya "terus jawaban nya?"

"Lo nggak peka banget sih!"

Oky mengerutkan alisnya,lalu senyum nya mulai mengembang "seriously?"

"Lo kali yg nggak serius"

Oky berancang-ancang memeluk ku, aku segera mendorong tubuhnya "gak bisa Ky!"

"Ekhm...... Gue jadi nyamuk nih" ucap Windi.

"Ah,enggak kok lo tetep jadi temen gue!" Ucap ku lalu merangkul pundak Windi.

Mungkin ini saat nya aku memberikan Oky kesempatan kedua, aku juga sudah melihat banyak perubahan dari nya. Oky sudah tak seperti dulu, ia tak pernah lagi mendekati cewek-cewek diluar sana, sekarang ia juga jarang berkumpul dengan geng playboy nya, itu sih menurut pandangan ku dan aku berharap semuanya benar, Oky sudah berubah.

×××

Aku menatap bayangan tubuh ku di cermin, hari ini tubuhku dibalut oleh dress diatas lutut dengan warna biru muda yang terlihat sejuk dimata, lengan nya bermodel junkkids, rambut hitam sebahu ku di biarkan tergerai dengan ujung nya yang di keritingkan, riasan wajah ku juga tidak tebal, menampilkan riasan natural sehari-hari , di kedua kaki ku telah terpasang sepasang sepatu sneakers.

"Ayah,ibu Rena udah siap" ucap ku dengan sedikit berteriak.

"Iyaa,sebentar sayang" ucap ibu yang masih menuruni anak tangga.

"El,Win nanti kalo kelas kita nggak menang gimana? Lawan nya cantik-cantik, gue nggak PD sumpah,gue nervous banget hari ini" cerosos ku yang sesekali menggigit ujung jari ku.

Elma bangkit dari duduknya "anggap aja nggak ada yang lihat,terus kalo mau naik ke panggung tarik nafas dulu" ucap Elma.

Tepukkan tangan seseorang pada pundak ku membuatku menoleh ke arahnya "Ky?"

"Nggak usah nervous, ada aku kok" ucap Oky.

Aku hanya menganggukkan kepala.

"Kamu cantik hari ini,aku yakin laki-laki disana pasti rela bertekuk lutut di depan mu,demi bisa dapetin hati kamu" bisik Oky.

"Tapi aku maunya dibuatin candi,bukan bertekuk lutut didepan ku" ucap ku sambil mencubit pelan perut Oky.

Oky meringis kesakitan.

"Dek,ayo bentar lagi giliran kelas kalian" ucap seorang kakak kelas.

Jantung ku kembali berdegup kencang, keringat dingin langsung keluar begitu saja.

"Semangat Ren,tarik nafas dulu" ucap Windi dan Elma dari belakang.

Aku menarik nafas,berusaha mengatur lagi ritme detak jantung ku, aku menaiki panggung lalu melingkarkan tangan ku di tangan Oky, aku menampilkan senyum paling manis yang bisa ku buat. Lalu aku mulai menjelaskan apa maksud tema pakaian kami, aku melihat Mas Akbar dan Ayah yang tak henti-henti memotret ku. Setelah selesai aku kembali ke belakang panggung,sungguh sekarang aku sudah lega, walaupun detak jantung ku masih belum normal. Windi,Elma,Cika,Kinara dan beberapa lainnya menghampiri ku dan Oky,tampak wajah senang dari mereka semua. Kami pun akhirnya ber selfie-selfie ria.

StrawberryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang