Thirty Fifth

28 5 0
                                    

Sejak keluar dari kamar mandi, aku sudah bersin puluhan kali,hidungku memerah. Aku mengeringkan rambutku sembari mencari pakaian dilemari Mas Akbar. Aku menarik kaus putih dengan lengan pendek dan satu celana selutut. Setelah itu aku turun ke bawah.

"Kayak nya ke gedeaan deh Dik,tapi pakek aja daripada lo sakit" Aku menyodorkan pakaian itu.

"Nggak papa. Makasih" ucap Andhika lalu segera masuk kedalam kamar mandi. Ia terlihat sedikit berantakan, seluruh tubuhnya yang basah termasuk rambut berantakan itu. Ia sudah mencoba mengeringkan rambutnya itu dengan handuk yang sudah terlebib dahulu ku berikan.

Aku menyalakan televisi,mencari channel yang cukup menarik bagi ku. Berulang kali aku bersin-bersin dan tak jarang aku mengusap bahu ku untuk menghangatkan tubuhku. Telapak tangan ku memutih, aku sudah mematikan pendingin ruang tapi tetap sama saja tak ada efeknya.

Suara gigi ku yang beradu terdengar cukup keras hingga ke telinga laki-laki itu.

"Dingin banget ya?"

"Heeh"

Ia mengambil sweater hitam yang ada di dalam tasnya,lalu menyodorkan ke arah ku "Pakek gih"

Aku menggeleng "Enggak. Gue kekamar aja ya. Lo nggak papa kan sendiri?"

Andhika mengangguk. Tadi Mas Akbar menghubungi Andhika dan menanyakan keberadaan nya, Mas Akbar mencoba menghubungiku tapi ponselku tidak aktif. Mas Akbar melarang Andhika pulang karena hujan yang semakin deras dan petir yang beberapa kali menyambar.

Aku berdiri tapi tiba-tiba saja kepala ku terasa berat. Aku kembali duduk untuk meredakan pusing ku.

"Ren,jangan pingsan!"

Aku tak menjawab, masih memejamkan mataku rapat rapat.

"Yuk,gue anterin ke kamar lo" Andhika menuntunku ke kamar ku secara perlahan.

Aku segera merebahkan tubuhku ketika mendapati kasur empukku sudah didepan mata. Buru-buru ku tarik selimut sampai menutupu tubuhku,tapi rasa dingin itu masih terus menusuk kulitku.

"Dik,tolong matiin pendingin nya"

Andhika menatap sekilas pendingin ruangan di kamar ku "Udah mati Ren. Lo butuh selimut lagi?"

Aku menggelengkan kepalaku. Entah mengapa tubuhku menjadi lebih hangat.

"Lo kenapa sih nggak bilang kalo alergi dingin?"

Aku tersenyum melihat Andhika dengan raut wajah kesal "Gue suka main air jadi suka lupa diri"

Andhika memutar bola matanya "Pasti nanti gue kena semprot Kak Akbar sama Bang Fandi"

Aku terkekeh pelan.

"Gue heran kenapa semua suka belain lo ya?"

"Karena gue cantik"

Andhika mendorong lengan ku "Ke pede an lo"

Aku kembali terkekeh lalu mencoba untuk bangkit mengambil susu strawberry yang ada di laci nakas ku.

Andhika langsung tanggap "Mau ambil apa lo?"

"Susu strawberry" aku berusaha menarik laci itu.

Andhika menepis tangan ku lalu mengambilkan sebotol susu strawberry. Ia menyodorkan botol susu itu kearah ku "Heran deh,udah punya sendiri. Tapi masih beli susu"

Aku mengambil botol susu dengam warna pink itu lalu memukul pelan kepala Andhika "Omes! Keluar gih dari kamar gue"

"Gak. Gue jagain lo"

StrawberryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang