―5;

668 111 38
                                    

―Minggu kelima belas

Didi

Kepalaku benar-benar blank

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kepalaku benar-benar blank. Sejak sejam yang lalu aku hanya duduk termangu di kursi dorong studio sambil memijat kepala. Aku masih shock, rasanya otakku belum bisa menerima apa yang telah terjadi.

Sudah jam setengah tujuh dan aku masih di kampus dengan Prisca yang langsung menghampiriku ketika aku turun dari rooftop. Tangannya masih mengelus pelan lenganku. Mencoba menenangkan walau sebenarnya sampai sekarang pun hatiku masih tidak tenang.

Sampai sekarang aku masih tidak mengerti, kenapa Aga tiba-tiba mengutarakan perasaannya kepadaku. Di rooftop, di bawah langit sore yang perlahan menggelap, dia menggenggam tanganku dan bilang, 'aku sayang kamu.' Aku bahkan belum melupakan tatapan mata Aga yang menatap lurus ke mataku, belum melupakan nada suaranya yang terdengar lirih, belum melupakan punggungnya yang perlahan meninggalkanku.

Mungkin aku terdengar tega saat menolak perasaan sahabatku sendiri, tapi itulah yang ku rasakan. Bahkan aku tidak punya perasaan khusus apapun ke Aga. It's true that I love him tapi sebagai seorang teman. Sebagai seorang sahabat.

Aku benar-benar tidak menyangka ini akan terjadi. Sebelumnya aku menganggap bahwa pertemanan antara dua orang perempuan dan laki-laki itu berbahaya itu adalah pernyataan bodoh. Dulu aku berpikir, kenapa sebuah jalinan pertemanan dianggap salah? Tapi kalau begini kejadiannya, mungkin aku bisa memahami. It's awkward and complicated at the same time.

Satu hal yang ku sesali adalah, it feels like Aga is running away from me. Belum lagi dengan keputusannya untuk menjauhiku dan tidak bertemu denganku lagi.

"Aku nggak mau jauh dari Aga, Pris." Suaraku mulai bergetar. Dari tadi kuusahakan untuk tidak menangis namun rasanya aku tidak kuat.

Prisca menghapus air mataku dengan jarinya. "Udah dong, De. Jangan nangis."

"Gimana aku nggak nangis, Pris? Kalau jelas-jelas dia bilang dia nggak mau ketemu aku lagi?"

"Iya, gue ngerti. Tapi lo juga harus ngertiin Aga, De. Dia pasti butuh waktu untuk memulihkan hatinya. Gue nggak nyalahin lo, tapi jelas banget kalau lo baru aja mematahkan hati Aga."

Aku terdiam. Membiarkan air mataku terus mengalir sambil mendengarkan perkataan Prisca.

"Give him some time, that's all he needs. Gue yakin Aga nggak bakalan ninggalin lo kalau dia beneran sayang sama lo, De."

Jika waktu yang memang kamu butuhkan, Ga, aku akan kasih sebanyak yang kamu mau. Semuanya asalkan kamu tidak pergi menjauh dari aku.

Aga

Aga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Catching FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang