―9;

565 93 62
                                    

―Minggu kedua belas

Aga

"Sibuk, Di?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sibuk, Di?"

Didi menoleh. Daritadi ia sibuk mengetik-ngetik sesuatu di laptopnya. "Lagi ngerjain statistika nih. Pusing Ga."

"Ooh. Punya aku udah dikerjain sama temen kelompok sih."

"Enak banget!" Didi manyun. Kemudian ia menurunkan bahunya dan melanjutkan tugasnya yang kalo gue liat di layar laptopnya, dia lagi ngerjain grafik chi square.

Diam-diam gue tersenyum sendiri. Sebulan dan gue udah bisa berada sedekat ini lagi dengan Didi. Gue bisa menatap wajah seriusnya lagi tanpa ada rindu yang menyesak di hati gue. Jari-jari gue bisa menusuk-nusuk pinggang Didi lagi hanya karena gue pengin ngisengin dia. Muka keselnya yang cute itu gue kangen banget.

Gue sangat bersyukur, walaupun yang sebenarnya gue inginkan nggak tercapai, tapi perlakuan Didi yang nggak berubah ke gue adalah hal yang bikin gue seneng banget. Didi tetap sama, nggak pernah awkward walaupun dia tau gue pernah menyatakan cinta gue ke dia. Ibas bener, Didi sebaik itu untuk meninggalkan gue.

"Di, Makan yuk?"

Didi menoleh lagi. Kali ini dia memutar badannya untuk menghadap gue. Dari mukanya gue udah tau sih jawabannya bakal...

"Duh, aku udah janjian makan."

Bener kan, gagal deh gue makan siang sama Didi. Gue menyandarkan punggung gue ke kursi kayu perpustakaan kecil di kampus gue ini. Kita berdua pengen ngadem, di studio nggak ada AC soalnya makanya kabur kesini. Katanya si Didi juga pengen nyari wifi.

"Makan sama Sheila sana." Kata Didi mengejek gue, kemudian dia tertawa kecil. Gue udah cerita ke Didi kalo gue sekarang lagi dideketin Sheila, dan gue nyesel banget udah cerita. Yang ada gue malah diledekin terus kayak gini.

Gue membekap mulut Didi dengan tangan gue. "Jangan sebut-sebut, ntar orangnya keselek."

"Duileh, nggak mau banget ya Sheila keselek ya?"

"Didi! Hahaha." Gue mencubit hidungnya. Kesel. Kenapa jadi gue yang diejek-ejek begini?

"Okay, okay. Sensi amat deh kalo aku udah bawa-bawa Sheila." Trus dia ngikik lagi. Ini ngerjain gue kapan abisnya nih?

Akhirnya Didi diem dan nggak menceritakan tentang Sheila lagi, ngeliat muka gue udah nggak enak kali ya? Gue inget pertama kali gue kasih tau tentang Sheila ke Didi, reaksi Didi yang lempeng banget itu masih terdengar lucu buat gue.

"Terima ajalah, Ga. Kali aja kamu bisa move on dari aku. HAHA."

Waktu itu gue terbengong sebentar lalu tertawa. Didi mungkin cewek terlempeng yang pernah gue temui. Bahkan dia bisa dengan mudahnya bilang begitu ke gue, padahal baru seminggu semenjak kami baikan lagi. Lagi-lagi si tolol Aga malah mengharapkan kalau Didi mungkin bisa agak sedih karena tau ada cewek yang deketin gue, eh ternyata. Retak juga ini hati gue.

Catching FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang