Pre-graduation

254 39 37
                                    

"I see your blue eyes every time I close mine.
You make it hard to see where I belong to.
When I'm not around you,
It's like I'm not with me.

But I never told you,
What I should have said.
No, I never told you.
I just held it in."

Colbie Caillat, I Never Told You

---

Didi

"Deaa! Gue kangen banget ya ampun!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Deaa! Gue kangen banget ya ampun!"

Prisca langsung menghambur ke pelukan ku begitu dia menginjakkan kaki di hall. Tiga bulan kami tidak bertemu. Tiga bulan setelah mengurus segala hal tetek-bengek perwisudaan akhirnya kami ke kampus lagi untuk gladi resik perhelatan wisuda yang akan dilaksanakan dua hari lagi.

Aku mempererat pelukan ku ke Prisca. Betapa aku merindukan sahabat ku ini yang baru pulang dari liburannya mengelilingi negara-negara di benua Eropa itu. Tidak ada yang bisa mengalahkan passion traveling-nya Prisca. Kemana pun akan dia tuju. Because she can, she's Prisca Annastasya anyway.

"Udah berapa lama sih kita nggak ketemu? Sepuluh tahun ya?"

Aku terbahak dengan pernyataan hiperbolis Prisca. "Lebay deh, baru juga tiga bulan."

Prisca melepas pelukannya. "Gue kangen banget, De. Gue kangen ke kampus. Eh, nice haircut, btw."

"Thank you. Kamu juga wajahnya berseri banget. Makin cantik. Gimana liburannya, seru?"

Prisca mengangguk. Sepuluh menit berikutnya kami habiskan dengan duduk di kursi besi hall, tempat yang biasa kami tempati semasa kuliah kemarin. Mendengarkan cerita seru Prisca mengagumi seluruh arsitektur gothic dan renaissans pada bangunan-bangunan di hampir seluruh negara yang dikunjunginya. Tour Gaudi di Barcelona yang menjadi tour favoritnya yang malah mengingatkan ku pada seseorang.

"Pokoknya aku harus ke Barcelona. Aku mau liat Sagrada Familia secara langsung. Di buku digambarinnya sebagus itu, Di."

Aku masih bisa mengingat jelas binar semangat di matanya waktu itu. Semangatnya menceritakan buku kesukaannya itu waktu kami terduduk di pelataran Batu Caves. Bahkan suaranya mengucapkan kalimat itu masih bisa terngiang jelas di telinga ku.

God I miss him so much yet I can't do anything about it.

"I brought you some presents from Europe. Tapi di mobil, ntar aja ya kita ngambilnya?"

Aku mengangguk, tersenyum ke Prisca. "Makasih loh udah inget sama aku waktu liburan." Aku memeluk Prisca lagi yang dibalasnya menepuk pundak ku pelan. "Kita mau jam berapa ke gelanggangnya?"

"Bentar lagi ya,"

"Kok nggak sekarang aja?"

"Ibas minta tungguin. Dia bareng Aga juga, katanya."







Catching FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang