―28;

393 64 35
                                    

—Minggu Kedua
Aga

"Morning, sleepyhead!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Morning, sleepyhead!"

Tadi pagi seperti biasa gue bangun dengan suara Rere yang memulai hari gue. Selama enam bulan ini gue sukses bangun pagi terus karena Rere dengan sabar dan rela membangunkan gue setiap pagi.

"Gila ya, telepon ke sepuluh loh baru bangun. Kamu bergadang ya kemaren? Baru masuk kuliah masa udah bergadang sih?"

Gue mengusap muka, mencoba mengumpulkan kesadaran untuk sekadar duduk dan benar-benar membuka mata. Gue mengingat-ingat apa yang gue lakukan kemarin malam sampai harus membuat Rere menelpon gue sepuluh kali pagi ini. Oh iya. Mas Arik ke rumah dan Anja ngajakin PES bertiga karena udah lama enggak main, dan berlanjut sampai jam empat subuh dan pada akhirnya gue nggak kuat dan memilih tidur.

"Kemaren Anja ngajakin PES sampai pagi. Sorry ya, Re. Kamu mesti nelpon berkali-kali."

Gue bisa mendengar Rere menghela napas. "It's okay. Untung aku orangnya baik hati dan penyabar ya bangunin kebo kayak kamu."

"Oh karena kamu baik hati nih? Bukan karena kamu sayang banget sama aku makanya rela nelpon berkali-kali?"

"Wow pagi-pagi ya bukannya langsung mandi malah lempar gombal dulu. Aku nggak perlu sarapan deh nih, udah kenyang duluan sama gombal kamu."

Gue tertawa. Setelahnya ada gelak Rere yang ikut terdengar. Kira-kira seperti inilah pagi gue dimulai. Telepon dari Rere, gue yang kebangun walau pun mata gue masih berat banget, ngobrol bentar sama Rere, semenit, dua menit, tiga menit sampai pernah waktu itu gue hampir telat masuk kelas PA gara-gara keasikan ngobrol sama Rere.

Hari gue selalu dimulai dengan suara Rere, dan diakhiri pula dengan gue mengantar Rere ke rumahnya, lalu setelahnya kita ngobrol lagi di telepon sampai akhirnya Rere ketiduran dan selalu alasannya, "your voice helps me fall asleep, kak."

It's funny, the way we need and kind of complement each other. Gue butuh suara dia untuk bangunin gue tiap pagi. Dia butuh suara gue untuk ngebantu dia tidur di malam hari. Gue bingung kenapa Rere menganggap suara gue seindah itu padahal ada orang yang selalu bilang suara gue cempreng?

The power of love kali ya? Asik.

"Mas, nggak tidur lagi kan?"

Gue langsung sadar. Kayaknya iya deh gue hampir ketiduran karena udah mikir ngalor ngidul aja pagi-pagi. "Nggak kok, tadi lagi ngumpulin nyawa aja."

"Jangan lama-lama ngumpulin nyawanya, udah jam setengah delapan nih soalnya."

Gue melirik jam dinding. Lah iya. Ada kelas Antropologi pagi ini. "Iya abis ini mandi. Tapi jangan ngintip loh."

"Maleeees. Gembil semuaaa."

"Hahahahah enak aja. Nanti aku jemput?"

"Nope. Aku nggak ada kelas hari ini. Mau di rumah aja nonton drama. Paling kalo ke kampus siang. itu pun kalo mood, hehe."

Catching FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang