Chanyeol pov.
Pagi ini adalah hari yang tidak aku sangka-sangka.
Ternyata hari cepat sekali berlalu, dan aku telah kehilangannya.
Seseorang yang ku sayangi, seseorang yang selalu menjagaku.
Seseorang yang mengurusku sejak kecil, sejak eomma tiada.
Appa, kenapa kau meninggalkanku juga? Wae, appa??
Aku sekarang tidak punya orang tua, aku sendirian.
Sendirian:'(
Sekarang tidak ada lagi yang memberiku nasihat, tidak ada lagi.
Rumahku sepi, sepi sekali.
Tiba-tiba ketika aku sedang merenungi semuanya di depan cermin, seseorang mengetuk pintu.
Youngie.
Dia berteriak-teriak dan mengetuk pintu didepan sana.
"Ah mianhae chagiya, aku membiarkanmu kelaparan didepan sana. Tapi aku juga gak mau kau ikut sedih."
Dia masih tidak henti-hentinya mengetuk pintu.
"Ah baiklah, ku rasa kau perlu tau. Aku harus menghapus air mata ini" gumamku lagi.
Aku beranjak dari depan cermin ke toilet untuk mencuci muka.
Tetap saja mataku ini terlihat sembab.
Paboya! Kau ini pria, kau tidak boleh terlihat lemah didepannya.
Aku menarik nafas dan menghembuskannya kembali, lalu membuka pintu perlahan.
Kulihat dibawah sana, di dinding samping pintu.
Anak itu sedang duduk memeluk kedua kakinya dan menyembunyikan wajahnya dengan tangannya itu.
Aku tersenyum melihatnya. Ternyata ia mencemaskanku:-)
Aku meraih tangannya dan ia melihat ke arahku dengan tatapan melas, sepertinya ia menangis.
Aku menggenggam tangannya dan menariknya untuk berdiri, ia tersenyum lalu berdiri.
"Oppaa..kau tidak apa? Ada apa dengan matamu? Kau menangis? Kau kenapa oppa? Jawab aku! Aku mencemaskanmu" itulah pertanyaan-pertanyaan yang ia keluarkan saat menatapku dengan penuh kecemasan.
"Aku tidak apa, kau kenapa menangis hm? Mian aku tidak membuatkanmu sarapan" ucapku dengan nada letih.
"Tidak bukan karna itu, aku takut. Sebenarnya oppa kenapa? Jawab jujur oppa?!" Tanyanya sambil menggenggam kedua tanganku.
"Ah baiklah,....ayahku meninggal. Dan aku akan pulang sekarang untuk ikut memakamkannya" ucapku dengan senyum miris.
Tidak kusangka air mataku terbendung.
Mendengar ucapanku gadis kecil itu...tidak dia bukan gadis kecil lagi, dia langsung memelukku dan menangis.
"Oppa kenapa kau tidak bilang, aku turut berduka. Kita harus kesana sekarang oppa...ayo kita berangkat" katanya sambil terisak dipelukanku.
"Kau tidak perlu ikut, kau ada janji dengannya kan? Pergilah, tidak perlu ikut denganku"
"Ani..ani..aku mau ikut denganmu, kau tau? Aku menyayangimu seperti saudara kandungku sendiri, aku harus ikut melihat paman untuk yang terakhir kalinya." Ucapnya dengan senyum tipisnya yang manis itu.
"Gomawo chagiya(thanks darling), sekarang bersiaplah. Jangan lupa kabari pria itu agar ia tak mencemaskanmu"
"Eoh, kalau gitu aku bersiap dulu ya" katanya dan segera beranjak pergi ke kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
COLD JIMIN FF •complete•
FanfictionHidupku menjadi seperti ini, seperti tinggal didalam dunia yang dipenuhi oleh masa lalu yang kelam. Masa lalu yang selalu menghantui hati dan pikiranku, bahkan aku sampai berfikir untuk tidak mau melanjutkan hidup ini. Dia, jimin. Pria yang ku kenal...