Twenty Nine

5.4K 278 0
                                    

Tak ada perjuangan yang sia sia, semua perjuangan itu pasti pas dengan hasilnya. Jika sia sia, maka perjuangan mu belum selesai.

------

"Gilang?"

"Ica?"

"Kalian saling kenal?" Tanya Vanya.

"Kita tetangga kok" ucap kak Ze.

Aku pun menoleh ke arah kak Ze dan mengernyitkan dahiku.

Kak Ze pun mengucapkan 'diem aja' tanpa suara.

Aku pun mengerti dan langsung duduk. Aku tak mau merusak momen ini hanya karena hal pribadiku.

Kami pun memesan makanan dan tak lama pesanan kami datang. Aku makan dengan rasa canggung yang menghampiriku.


Berbagai pertanyaan ingin ku lontarkan saat itu juga. Makanan ku pun hanya ku aduk aduk tak jelas, rasanya aku kehilangan selera makanku.

"De, makan" ucap kak Ze membuyarkan lamunanku.

"Gak laper kak" ucapku lemas.

"Sa, kok lo lemes gitu? Lo sakit? Yaampun kalo emang sakit lo pulang aja istirahat" ucap Vanya terlihat cemas.

"Engga kok Van, gue gak apa apa" ucapku.

"Ehmm Semuanya gue ke toilet dulu ya" ucap Gilang tiba tiba sambil membawa ponselnya.

Aku pun melirik ke arah kak Ze dan menatapnya lemas.

Ting!

Suara notification membuatku melirik ke arah ponselku.

GilangWardhana: Ikut gue ke toilet sekarang.

Aku pun mengernyitkan dahiku dan menaikkan alisku sebelah. Akhirnya aku pun menuruti Gilang dan meminta izin pada Vanya dan kak Ze.

Aku pun berjalan menuju toilet dan tak melihat adanya Gilang disana.

Tiba tiba ada sebuah tangan yang membekapku dan membawa ke suatu tempat.

Aku pun berusaha meronta dan melepaskan lengan tersebut dengan cara menggigit lengan itu.

"Aww! Tenang ini gue" ucap orang itu.

Aku berhasil melepaskan lengan tersebut dan menoleh ke orang tersebut.

"Gilang? Lo ngapain sih pake sok sok kaya mau nyulik gitu" ucapku kesal.

"Takut ketauan" ucap Gilang yang masih mengaduh karena lengannya aku gigit.

"Apa?" Ucapku ketus.

"Kok lo bisa kenal Adel?" Tanya Gilang.

"Adel? Oh maksud lo Vanya?"

Gilang hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Dia orang yang gue ceritain ke lo kemarin" ucapku datar.

"Dan lo? Lo pacarnya Vanya?" Lanjutku.

"Ehm... bukan.. eh.. iya.." ucap Gilang tergagap.

Aneh batinku.

"Serius?" Tanyaku.

Gilang pun nampak mengangguk ragu.

"Yang dibilang Tiara itu semuanya bohongan kan? Semuanya Ca" ucap Gilang.

Double-You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang