Thirty Five

5.4K 273 0
                                    

Takdir tak pernah salah, Tuhan selalu mempersiapkan hal yang indah untuk umatnya suatu saat nanti.

-----

Hari hari berlalu dan kakak beradik yang menumpang di rumahku, tepatnya rumah mama papa itu setiap hari ada saja keributan antara mereka.

Mama dan papa malah senang, karena hal itu membuat suasana rumah menjadi ramai. Kak Ze pun menjadikan moment itu sebagai hiburan gratis.

Dan malam ini kami sedang berkumpul di ruang makan untuk mengisi perut.

"Ca?" Panggil papa.

"Iya pah?" Ucapku.

"Nanti selesai makan ikut papa ke ruang kerja papa ya" ucap papa.

Aku pun mengerutkan dahiku. Karena pasalnya jika papa sudah menyuruh begini sudah di pastikan siapapun yang masuk ruangan itu akan mendapat hukuman karena masalah yang diperbuat.

Aku pun mengingat ingat lagi, masalah apa yang telah ku lakukan.

"Tapi pah, aku kan gak buat masalah" ucapku.

"Kali ini bukan karena kamu buat salah, tapi papa mau minta bantuan kamu" ucap papa dengan nada serius.

"Oke" ucapku dan melanjutkan makan.

Semua yang berada di sana pun diam dan tenang tenang saja. Hanya aku yang merasa gelisah.

Setelah selesai makan, papa pun pergi ke ruangannya dan yang lain pergi ke kamarnya. Aku pun mengikuti papa dari belakang.

"Duduk dulu Ca" ucap papa.

"Ada apa sih pah?" Tanyaku.

"Perusahaan papa mengalami kerugian besar karena tertipu dan perusahaan papa nyaris bangkrut. Tapi ada 1 perusahaan yang berbaik hati menawarkan bantuan pada papa" ucap papa.

Aku masih diam mendengarkan.

"Tapi, mereka minta 1 syarat. Syaratnya kamu harus tunangan dan ketika kamu lulus, kamu akan dinikahkan dengan anaknya" lanjut papa pelan.

"Tapi pa, kan kak Ze ada. Kenapa harus aku?" Ucapku.

"Anak mereka laki laki semua Ca" ucap papa.

Aku diam dan menunduk memikirkan segalanya. Kasihan papa jika perusahaan yang di rintisnya dari nol harus kandas. Tapi ini masalah masa depan.

"Kamu bisa pikirin ini baik baik, papa gak maksa kamu" ucap papa sambil tersenyum.

"Aku ke kamar dulu ya pah" pamitku.

Aku pun meninggalkan ruangan itu dengan pandangan kosong. Kasihan papa banting tulang setiap hari hanya untuk aku, mama dan kak Ze. Apapun yang aku mau papa selalu menurutinya. Selama ini aku belum membanggakannya, setidaknya aku ingin yang terbaik untuk papa.

***

"Ca? Kenapa sih lesu banget" ucap Gilang.

Kami sedang berjalan di koridor sekolah.

Aku pun hanya menggelengkan kepalaku.

"Kalo lo mau cerita, gue bisa kok jaga rahasia" ucapnya.

"Gue gak apa apa" ucapku.

"Yaudah deh" ucapnya.

Kami pun sampai di kelas dan aku duduk di kursiku dengan wajah yang du telungkupkan di atas lengan yang ku lipat di atas meja.

Aku gak yakin dengan keputusan yang ku buat. Tapi melihat wajah papa aku merasa sedih juga. Tak lama bel masuk pun berbunyi dan satu persatu guru memasuki kelas.



Krringggg kringgg kringg

Sudah istirahat? Gumamku.

Aku melihat ke sekeliling, orang orang sudah mulai pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka. Aku merasa tidak lapar hari ini.

Tiba tiba Gilang menghampiriku sambil membawa semangkuk bakso.

"Ca, makan nih nanti lo sakit" ucap Gilang.

"Gue gak laper" ucapku malas.

"Seenggaknya ya 2 suap deh" ucapnya sambil menyodorkan sendok berisi bakso.

Aku pun hanya menggelengkan kepalaku.

Aku pun terdiam merenung.

Please Lang, jangan perhatian gini batinku.

Tak lama Kayla pun datang.

"Wah ada bakso nganggur nih" ucapnya melihat bakso yang dibelikan Gilang.

"Makan aja Kay" ucapku.

"Eh eh enak aja, ini buat Ica" ucap Gilang.

"Uuuh perhatian bener" cibir Kayla.

"Berisik" ucap Gilang ketus.

"Najis ketus banget, pantesan gak ada yang mau" ucap Kayla.

Gilang mengacuhkan omongan Kayla.

"Ca, lo kok tumben gak ke kantin?" Tanya Kayla.

"Gue gak laper" ucapku.

"Ikut gue" ucap Kayla tiba tiba menarik lenganku.

"Dan lo! Jangan ikut" ucap Kayla pada Gilang.

Gilang pun hanya mendengus malas dan memakan baksonya. Aku mengikuti Kayla pergi.

Ternyata dia membawaku ke taman belakang.

"Ada masalah?" Tanya Kayla.

"Bukan masalah besar kok" ucapku.

"Gak usah bohong" ucap Kayla malas.

Aku pun mendengus malas karena Kayla pasti selalu bisa menebakku.

"Gue di jodohin, karena perusahaan dia rugi besar.Tapi papa gak maksa hal itu. Dan gue gak bisa liat wajah papa mama gue sedih akan hal itu, tapi ini menyangkut masa depan gue" ucapku lirih.

"Ca, apapun keputusan lo gue dukung. Tapi pikirkan baik baik, ini demi orang tua lo. Lo gak boleh egois. Dan mungkin ini takdir Tuhan supaya lo bisa move on dari Gilang" ucap Kayla.

Aku pun terdiam merenungi tiap kata yang Kayla lontarkan.

Ya, aku sudah yakin dengan keputusanku.

"Makasih Kay" ucapku.

"Kaya sama siapa aja" ucap Kayla santai.

"Yuk balik ke kelas" ajaknya.

Aku pun mengangguk dan berjalan beriringan. Jika ini jalan yang terbaik, aku terima.

***

Maaf untuk typo yang bertebaran ya hehe. Semoga suka.

Jangan lupa vote & comment

Salam author🐼

Double-You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang