1. Awalan dari Ghani

2.5K 75 3
                                    

Aku dan teman-temanku duduk di tepi lapangan sambil menonton pertandingan basket sekolah kami melawan SMA Danadyaksa. Ini adalah babak semi final—setelah sekolah kami terus menang pada pertandingan-pertandingan sebelumnya.

Ya, sekolah kami sedang mengadakan cup atau acara olahraga dan seni tahunan.

Aku menggigit bibir bawahku. Skor sekolah kami dengan lawan beda tipis, sangat tipis, sementara sekarang sudah quarter 4, dan sisa waktu hanya tiga menit.

"Semoga menang. Ayo dong, Kak Fatih sama Kak Farhan semangat! Semoga Adyaksa menang!" ujarku dengan teriakan tertahan.

Aku bukan cewek alay yang suka teriak ketika pertandingan basket. Aku hanya memerhatikan dan menyemangati mereka dalam diam, walaupun sesekali bersuara.

Akan tetapi, aku bukan seorang pendiam.

Kalian pasti bertanya-tanya mengapa aku hanya memanggil Kak Fatih dan Kak Farhan, ya?

Oh, jawabannya, Kak Fatih dan Kak Farhan itu most player di tim basket sekolah kami. Harapan untuk sekolahku menang bagiku ada di mereka, jadi aku menyemangatinya mereka—plus karena mereka ganteng, sih. Jujur, nih.

Kalau Adyaksa itu, nama sekolah kami. SMA ADYAKSA 1 JAKARTA. Kamu tahu nama sekolah itu? Yaudah kalau nggak tahu, sekarang aku kasih tahu.

Nama sekolahku memang hampir sama dengan nama sekolah lawan. Namun, nama panggilan sekolahku ialah Adyaktu, artinya Adyaksa Satu.

Memang sekolah kami itu mempunyai cabang di mana-mana, jadi setiap sekolah Adyaksa diberi nomor setelah nama Adyaksa. Nomornya itu sesuai urutan pembangunannya. Jika dia dibangun pertama, maka namanya Adyaksa 1. Jika dibangun kedua, maka namanya Adyaksa 2, dan seterusnya. Jangan tanya aku tahu dari mana, kalian pasti sudah tau jawabannya; karena aku seorang stalker.

Nah, untuk sekolah lawan, walaupun namanya Danadyaksa, tetapi mereka juga memiliki sebutan atau singkatan. Danadyaksa biasa dipanggil DA, bisa dibaca DE'A, atau DI'EY. Perbedaannya hanya di ejaan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris aja. Anak jaksel—Jakarta Selatan—biasanya nyebut pakai ejaan bahasa Inggris. Biasa, tahu, kan, anak jaksel gimana?

Ribet memang. Terkadang aku memanggil nama sekolah Danadyaksa dengan sebutan keduanya, tergantung membicarakannya dengan siapa—warga jaksel atau bukan.

Nah, lupakan informasi sekolahku dan sekolah lawan. Mari kembali ke pertandingan yang ada di hadapanku ini.

Pertandingan semakin memanas ketika waktu yang tersisa tinggal satu menit.

Yang diharapkan sejak tadi datang, waktu pertandingan habis.

Tuhan sedang memihak Adyaktu, tim basket sekolah kami menang. Dengan sedikit perdebatan dan konflik, tetap saja yang benar pasti akan menang—dan yang benar itu Adyaktu, maka Adyaktu pantas menang.

Aku mengucap syukur dan tersenyum melihat kemenangan sekolahku. Aku suka melihat Kak Farhan dan Kak Fatih ketika sedang berada di lapangan sambil bermain basket. Adem rasanya. Apalagi Kak Fatih. Kharismanya? Beuh, jangan ditanya deh, nggak kuat deskripisiinnya. Haha, lebay banget ya.

Walaupun lebay, aku serius. Meskipun Kak Farhan lebih ganteng daripada Kak Fatih, tapi kharisma dan aura Kak Fatih lebih kuat. Itulah alasan mengapa lebih banyak yang nge-fans sama Kak Fatih daripada Kak Farhan. Padahal, udah jelas gantengan Kak Farhan, masalahnya hanya ada pada kharisma.

Udah deh, stop ngomongin kharisma, karena aku nggak kenal sama dia. Kasian dia diomongin, hehehe.

Setelah pertandingan semifinal itu, aku jadi semakin suka ngeliat para pemain basket Adyaktu. Rasanya beda, kayak ada manis-manisnya.

Karena aku terinspirasi dengan mereka—pemain basket Adyaktu—, jadi aku membuat karya tulis semacam novel tentang mereka. Sebenarnya, ceritanya mau tentang Kak Farhan dan Kak Fatih aja yang hobi main basket, tapi ujung-ujungnya ada love story-nya.

Aku makin semangat menulis karena imajinasi di tokoh ceritaku adalah para pemain basket di sekolahku sendiri, jadi aku lebih enjoy dan nggak perlu repot-repot ngebayangin tiap adegannya.

Karena seakan-akan aku 'tergila-gila' dengan Kak Farhan dan Kak Fatih, aku jadi nge-stalk mereka sampai ke akar-akarnya. Termasuk ke ranah yang sangat pribadi seperti akun-akun media sosial keluarga mereka, juga akun yang pernah mereka gunakan pas masih zaman jahiliyah atau zaman-zaman SD. Ngakak, sih. Selain karena isinya yang memang pasti bikin ketawa, aku juga sadar kalau ternyata mereka berdua udah ganteng dari kecil—eh, hahahaha.

Untungnya, aktivitas aku didukung beberapa temanku yang stalker juga. Walaupun aku lebih andal, tetapi temanku tak kalah pro-nya denganku.

Merekalah, Azaria dan Afra. Dua kurcaci pengisi hari-hariku yang penuh cogan alias cowok ganteng di layar laptop.

Ceritaku tentang Kak Farhan dan Kak Fatih awalnya hanya diketahui oleh mereka berdua. Kami membuat multichat di aplikasi LINE untuk membahas hasil stalker-an masing-masing dan membicarakan pemain-pemain basket Adyaktu.

Akhirnya, multichat tersebut berubah menjadi group chat di LINE.

Kalau kamu tanya apa saja foto yang ada di obrolan grup kami, tentu saja kamu pasti sudah tahu jawabannya. Itu semua berisi screenshoot-an hasil stalk, foto-foto para pemain basket Adyaktu, dan terkadang juga ada foto-foto gebetan atau cogan-cogan itu.

Ya... kurang lebih begitulah kebiasaanku sehari-hari. Kalau nggak baca buku, ya baca di aplikasi Wattpad. Aku juga biasa belajar setiap hari untuk mengisi waktu kosongku atau belajar lebih keras kalau mau ulangan, tapi masih biasa-biasa saja dan menurutku biasa banget malah. Anehnya, nilaiku nggak pernah jelek walaupun waktuku lebih banyak dihabiskan untuk berselancar di internet, membuka dan mencari tahu apa pun. Kalau nggak ada kerjaan lain lagi, ya aku nge-stalk cogan. Entah sudah kecanduan atau apa, intinya nge-stalk itu mempunyai rasa tersendiri yang membuatku bahagia.

Sekian untuk kalian. Salam kenal, ya.

Aku, Ghania Anastasya.

***

Halo semuaa hehehehe. Nggak tahan mau publish cerita ini, semoga suka dan banyak readers, happy reading semua!!!

Edited 16/07/2020 by Yaseen Taraksa.

Ghani | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang