Aku telungkup di atas ranjang yang spreinya sudah berantakan, apalagi selimutnya.
Mataku berjarak lima senti dari layar ponsel, dekat sekali. Meskipun sakit, tetapi aku tidak terlalu peduli.
Hari ini adalah Hari Mager Ghani.
Bagi para pecandu internet, berdiam diri setelah bangun tidur sambil berkelana dengan ponsel pintar adalah hal biasa. Kasur mempunyai gravitasi tersendiri di hari libur, terutama hari Senin.
Sayangnya, hari ini tanggal merah dan hari Senin. Ambyar sudah.
Lagu Just Hold On dari Steve Aoki dan Louis Tomlinson tengah berputar sejak lima menit yang lalu.
Aku sering memutarnya beberapa hari terakhir. Liriknya benar-benar ngena.
Ingatan tentangnya seperti terputar kembali di kepalaku. Masa-masa di mana aku dan dia awal bertemu, dekat, dan menjauh. Layaknya cinta monyet zaman SMA, hal ini terbilang lucu. Namun, percayalah, kisah ini sungguh tidak lucu, sama sekali tidak. Yang ada bikin sesak, meninggalkan luka yang entah kapan akan sembuh.
Aku tidak menyukai mengingat tentang kami, apalagi tentang dia.
Sama sekali tidak suka.
Harusnya simple, ya? Kalau memang nggak suka, ya nggak usah diingat. Tapi sayang, kadang perasaan senggak tahu diri itu menggerogoti pikiran.
Aku hanya suka kenangan awal dekat dengan dia. Manis, seperti wajahnya yang memerah tiap kali aku bertemu dengannya.
Dia bukan banci, tetapi memang kebiasannya seperti itu. Wajahnya mudah memerah jika tubuhnya mendapatkan perasaan asing ke dalam dirinya.
Tolong jangan ketawa setelah kalian membaca kata banci, kumohon. Aku betul-betul sedang galau.
Dia adalah Arya. Orang yang Kak Atha sebut-sebut ketika aku berjalan menuju UKS.
Kak Atha tidak sepenuhnya bercanda. Kisah itu memang nyata, tetapi kebiasaannya yang sering bergurau membuatnya sulit dipercaya.
Aku tidak ingin mengingatnya, tetapi memori di kepala selalu memutar kisah tentangnya.
Aku sungguh ingin lari dan melupakan semua tentang Kak Arya, siswa kelas XII IPA 2 yang selalu merasuki pikiranku sejak beberapa bulan terakhir. Orang yang bahkan sering menang daripada akalku sendiri.
Aku mohon untuk Kak Arya, tolong segera pergi dan jangan pernah kembali. Tolong menghilang saja agar aku tak lagi dapat menemukanmu. Tolong, biar aku terbebas dari perasaan sialan ini.
Semuanya menyakitkan. Tak ada yang menyenangkan memiliki hubungan spesial dengan seorang Arya.
Sudah, aku tidak ingin kasurku basah karena air mata. Kupikir aku sudah cukup berlebihan menanggapi rasa sakit hatiku perihal hubungan asmaraku saat ini.
Perasaan dan kata-kata puitis seperti ini selalu keluar dari pikiran atau mulutku setiap kali aku ada di keadaan yang emosional. Jadi, tolong kalian maklumi, ya. Ini caraku melampiaskan patah hati.
Teman-temanku tahu tentangku dan Kak Arya, tetapi mereka tidak mengetahui betapa mengesalkannya berhubungan dengan lelaki itu. Mereka hanya melihat bahwa kami baik-baik saja.
Ponselku bergetar. Ternyata ada notif dari aplikasi Instagram.
[ghanianastasya]: aryaprakasa sent you a message.
Notifikasi singkat tersebut membuat jantungku nyaris copot. Sudah tidak kupikirkan lagi kecepatannya berapa saat ini.
Mau tidak mau, aku harus membuka pesan itu karena penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghani | ✔️
Teen FictionNamanya Ghani, hobinya stalking, kepoin orang-orang yang buat dia dan teman seperjuangannya penasaran. Hidup Ghani tenang-tenang aja sebelum pacaran sama seniornya, Rama. Bukan, Rama bukan most wanted sekolah, bukan juga bad boy yang kalian bayangin...