28. I miss you, I'm sorry

272 18 0
                                    

Seminggu kemudian.

"Ghan, ayo balik," ajak Kak Rey sambil menoleh ke arahku yang sedang menatap ruang ekskul pramuka. "Nyokap lo minta pulang buru-buru, Apsa sendirian."

"Sebentar," jawabku. "Gue tau, kok. Gue mau ke ruang pramuka dulu."

Kak Rey mengangguk sebagai jawaban.

Aku berjalan menyusuri lorong ruangan-ruangan ekskul hingga berhenti di salah satu ruangan dengan tulisan 'PRAMUKA'.

Kupegang knop pintu, menurunkannya, lalu mendorong pintu tersebut agar terbuka. Mataku melihat ada beberapa anak pramuka di dalam sana.

"Eh, Ghani, ngapain? Nyariin Rama?" tanya Kak Hasan yang berada di dekat pintu.

Aku mengangguk, kemudian masuk ke dalam ruangan.

Mataku sedikit membesar ketika melihat Kak Rama yang sedang duduk bersebelahan dengan Afra.

"Fra? Kok lo ada di sini?" tanyaku kepada Afra.

"Dia donatur, jadi udah beberapa kali ada di sini bantuin acara kita," jawab Kak Hasan, tetapi pandanganku tetap fokus kepada Afra. "Lo kan temennya, Ghan, masa nggak tau?"

"Kok lo nggak cerita?" tanyaku lagi kepada Afra.

Afra tersenyum. "Lo nggak pernah nanya, Ghan. Lo kan tau bokap gue sebenernya dari dulu nyuruh masuk pramuka."

Kak Rama menatapku. Aku balas menatapnya. Sekilas rasa rindu terpancar dari mataku.

Asal kalian tahu, keadaan kami tak berubah. Ini yang membuatku masih merasa janggal. Nanti akan kuceritakan alasan Kak Rama foto bersama Kak Fitri dan mencoba nge-ghosting aku beberapa hari lalu ketika kuajak bicara.

Fakta lainnya ialah, aku benar-benar tidak pernah lagi pulang bareng Kak Rama selama lebih dari seminggu.

"Eh! Lo berdua kenapa, sih? Tatap-tatapan gitu," ucap Kak Hasan sambil tertawa, membuatku juga Kak Rama tersadar. "Kangen, ya, lo berdua?"

Aku refleks menggeleng. Bersamaan dengan itu, Kak Rama juga menggeleng. Kebetulan sekali.

Semua yang ada di ruangan tertawa.

"Jodoh emang lo berdua," sahut Kak Audia.

Aku masih menatap Kak Rama. Aku ingin ngobrol sama Kak Rama. "Kak, gue mau ngomong sama lo."

"Rama mau nganterin undangan sama Audia," jawab Kak Hasan. Padahal, aku nggak berharap Kak Hasan jawab.

Kak Audia tersenyum sambil menunjuk dirinya sendiri kepadaku, seakan memberitahuku. Aku balas tersenyum kepada Kak Audia.

Mataku kembali menatap Kak Rama.

Tak lama kemudian, pria itu beranjak. Ia beralih berbicara kepadaku. "It's okay. Ayo ngomong di depan."

"Keamanan siap, kan, empat minggu lagi?" tanya Kak Hasan kepadaku sebelum aku keluar.

Aku mengangguk. Aku memang wakil ketua Seksi Keamanan di acara pramuka kali ini.

Ketika sudah di depan ruang pramuka yang kebetulan hanya ada aku dan Kak Rama, pria itu berdiri di depanku. Ia menatapku dalam diam.

"Hari ini nggak ada waktu?" tanyaku hati-hati.

"Tadi kamu denger sendiri, kan? Aku mau nganterin undangan lomba sama Audia," jawab Kak Rama. "Kenapa emangnya?"

"Nggak," jawabku. Perasaanku jadi serba salah saat ini. "Kamu udah lama banget nggak nganterin aku pulang. Bener-bener sejarang itu."

Ghani | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang