15. Bolos Bareng?

330 18 0
                                    

"Kak, kalau boleh tau kita ngapain, ya?" tanyaku sesopan mungkin kepada Kak Rey dan Kak Fatih.

Mereka saling tatap, lalu tertawa. Aku mengerutkan dahi. Apa orang ganteng memang udah nggak waras semua? Terus, apa aku masih bisa mendapatkan yang waras? Semoga aja.

"Maafin kita, ya. Sebenarnya lo cuma dipanggil Pak Trisna di ruang guru," jawab Kak Fatih sambil berdiri di samping Kak Rey.

Alhasil aku hanya bisa tersenyum canggung. "Disuruh apa emangnya?"

"Masukin nilai!" jawab Kak Rey cepat sambil mengangkat satu jari telunjuknya ke udara, seakan-akan menemukan ide brilian.

Kak Fatih menyenggol lengan Kak Rey. Hmm, terlihat lucu.

"Sotak banget lo!" ujar Kak Fatih kepada Kak Rey.

Kak Rey terkekeh.

ADUH MANIS BANGET! GUE BISA DIABETES DI SINI!

"Gu—sa, hmm...." Aku berpikir, saya, atau gue? "Saya ke ruang guru ya Kak, takutnya dicariin."

Mereka tertawa melihatku.

"Santai aja kali, ngomong gue juga enjoy," jawab Kak Fatih.

"Eh, jangan dulu! Kita masih bete di kelas, makanya ngajak lo ke sini biar kita nggak ikut kelas. Bentar aja, mau nggak?" tawar Kak Rey.

Aku menggaruk kepala walaupun tak gatal. Tidak tahu harus menjawab apa.

Aku tidak terbiasa bolos pelajaran sama kakak kelas. Paling juga kalau lagi bete di kelas, aku makan diam-diam di kantin, ditemani siapa pun yang mau ikut, baru balik ke kelas. Kalau mau lebih lama, jalan ke kelasnya lewat koridor kelas 10.

Saat ini, untuk pertama kalinya dalam hidup, aku bolos pelajaran bareng kakak kelas. Duo ganteng yang sering kujadikan bahan fangirling-an. Hmm, sebenarnya yang bolos mereka, aku cuma jadi korban.

'"Jangan, deh." Kak Fatih membenarkan posisi jambulnya. "Lo temuin aja Pak Trisna, nanti kita yang kena."

Kak Rey menatap Kak Fatih bingung. "Tadi kan lo yang ngajakin! Kampret."

"Eh, lo yang nyegah dia pas mau ke ruang guru, ya! Gue kan ngajakin lo doang," balas Kak Fatih tak mau kalah.

"Tapi kalau kita doang kan nggak bakal dibolehin keluar, geblek!" tambah Kak Rey yang masih tidak terima.

Aku menghela napas, mau sampai kapan nungguin mereka debat? Sampai aku jodoh sama Kak Rey terus meraih masa depan yang—

Oke, ini ngaco, abaikan.

"Kak, saya ke ruang guru dulu, ya." Aku berpamitan kepada mereka berdua.

Sebelum mereka menjawab, aku telah berjalan cepat meninggalkan mereka.

***

Pagi ini aku sangat ceria. Tadi malam aku lembur nge-stalk Kak Rey sampai akar-akarnya.

Aku senang banget! Banget, banget, banget!

Kemarin, pertama kalinya aku jalan sedekat itu dengan Kak Rey dan Kak Fatih.

"AFRA! LO HARUS TAU! PARAH PARAH PARAH!" teriakku ketika sudah berdiri di depan meja Afra.

Gilta dan Rifah menatapku sambil menyeringai.

"Tuh mata lama-lama copot juga palingan!" sahutku kepada mereka berdua.

Afra masih memandangku, ekspresinya bingung. "Kemarin, pas ditanya sama anak-anak kelas, lo diem aja kayak kesambet setan bisu. Sekarang aja, berisik banget."

Ghani | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang