Aku ingin menceritakan keadaan kelas, sekolah, dan teman-temanku setelah aku dan Kak Rama kembali dari taman sekolah kemarin.
Ketika bel masuk berbunyi, Kak Rama mengantarku hingga ke tangga kelas 11, padahal aku udah nolak berkali-kali.
Pas sekali saat aku masuk ke kelas, semua teman-temanku menatapku. Tatapan yang tak sepenuhnya dapat kuartikan. Namun, pastinya, mereka semua penasaran dengan apa yang terjadi antara aku, Kak Rama, dan geng hits kelas 12.
"Kenapa?" tanyaku pelan kepada mereka semua.
"Tadi sebelum Kak Rama ke sini, ada Kak Rene dan temen-temennya. Nyariin lo juga," jawab Stevan yang duduk di depan meja guru.
Aku mengangguk, lalu kembali berjalan menuju kursiku di barisan belakang.
Ketiga temanku menatapku penuh curiga.
"Kenapa?" tanyaku kepada mereka.
"Harusnya kita yang nanya sama lo. Lo kenapa?" tanya Afra. Nadanya tenang, tetapi serius.
Aku menghela napas, tidak berniat menjawab.
"Tadi Kak Rene and the gang ke sini. Mukanya kayak kesal mau marah gitu. Yang gue bingung, mereka ke sini nyariin lo," tambah Gilta.
"Lo kan bukan anak eksis yang suka nyari masalah, Ghan. Kenapa tadi mereka nyari lo?" tanya Rifah.
Aku seperti terintimidasi di sini.
"Lo buat masalah, Ghan?" tanya Afra pelan.
Teman-temanku memang tidak suka ada temannya yang berbuat masalah, plus status mereka adalah anak IPA 1, terlebih nyari masalah dengan geng Kak Rene, nggak banget, deh.
Aku menggeleng. "Gue nggak nyari masalah apa-apa. Dia yang nyari masalah. Si Ketua Suku nampar gu—"
"NAMPAR?!" pekik mereka bertiga.
Aku melotot. "Diem kenapa, sih? Berisik banget. Jadi nengok semua, kan."
Mereka kembali diam. Seluruh wajah mereka terkejut dengan mata melotot. Sama sekali tidak menyangka ceritaku akan seperti ini.
"Gue jelasin, tapi lo semua kalem aja, ya. Dengerin gue cerita aja," ujarku serius. Setelah tiga kurcaciku mengangguk, aku melanjutkan. "Kemarin kan gue sakit pas jadi leader pramuka wajib kelas 10, kebetulan gue memang ditugasin Kak Hasan buat jadi leader utama materi kemarin bareng Kak Rama.
"Nah, Kak Rama nemenin gue plus nolongin gue waktu gue sakit. Dia yang bawa gue ke UKS sambil kayak dirangkul gitu gue, ngerti kan? Masalahnya, nggak tahu Kak Fitri and the gang lihat dari mana, tadi pagi gue langsung diteriakin gitu sama mereka pas lewat di koridor kelas 12.
"Gue dikatain apalah, itulah, banyak pokoknya. Nggak enak didengar. Pas gue mau naik ke lantai tiga, tas gue malah ditarik. Gue refleks nengok, dong? Nah, waktu nengok itu, Kak Rene langsung nampar gue.
"Gue nggak terima. Gue tampar balik. Habis itu mereka masih ngatain gue. Lo semua kan tahu sesuka apa Kak Fitri sama Kak Rama. Yaudah, pokoknya mereka masih berisik tuh, tapi gue tinggal naik ke atas aja.
"Nah, gue baru aja sampai kelas, kayak tadi yang lo lihat, Kak Rama tiba-tiba manggil gue. Yaudahlah, gue ngobrol ini-itu, akhirnya gue ngaku pipi gue ditampar Kak Rene. Lo juga tahu, kan, sesensitif apa Kak Rama sama bullying? Dia marah banget, asli. Tapi, sebelum gue jujur kalau habis ditampar kepala suku, gue suruh Kak Rama janji nggak akan angkat kasus ini. Gue anggap kasus ini selesai kalau mereka nggak berlanjut bully gue."
Ketiga temanku terdiam, mungkin masih mencerna ceritaku barusan. Raut wajah mereka masih terkejut.
Beberapa detik lengang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghani | ✔️
Teen FictionNamanya Ghani, hobinya stalking, kepoin orang-orang yang buat dia dan teman seperjuangannya penasaran. Hidup Ghani tenang-tenang aja sebelum pacaran sama seniornya, Rama. Bukan, Rama bukan most wanted sekolah, bukan juga bad boy yang kalian bayangin...