Beberapa hari kemudian, setelah pulang sekolah.
"Zar, Fra, gue ke ruangan pramuka dulu, ya. Mau ngasih laporan keamanan," pamitku kepada mereka berdua.
"Kita tunggu di pos satpam aja, ya," jawab Azaria.
"Lo lama, nggak?" tanya Afra.
Aku menggeleng. "Ngapain lama-lama? Sibuk gue."
Afra dan Azaria hanya meledek kalimatku—seperti biasa.
Kakiku segera berjalan ke arah kanan, menuju lorong ruangan-ruangan ekskul.
Sambil menghela napas pelan, sampailah aku di sana. Ruangan dengan pintu yang di atasnya tertulis, "PRAMUKA".
Aku memegang knop pintu. Dengan jantung yang bedebar, kubuka pintu tersebut.
Diriku sudah menyiapkan mental untuk melihat sesuatu yang tidak ingin kulihat—seperti tempo hari.
Dugaanku benar, Kak Rama dan Kak Fitri di sana, entah sedang apa, intinya mereka berdiri berhadapan.
"Maaf ganggu, gue cuma mau ngasih ini." Aku menyodorkan map cokelat tersebut ke Kak Rama dengan tatapan tidak peduli.
"Ghan," panggil Kak Rama. Pria itu belum juga mengambil map cokelat yang masih kusodorkan.
"Ghania," panggil lelaki itu lagi.
Aku memilih untuk membuang arah pandangku. Walaupun tidak nyaman, tetapi dengan tenang kujawab, "ini laporannya. Gue lagi buru-buru, mau pulang."
Kak Rama terdiam, lalu melirik Kak Fitri yang ada di sebelahnya.
Yang ditatap langsung tertunduk—membuatku semakin gerah berada di sini. "Gue keluar dulu, ya."
Setelah Kak Fitri keluar, yang terjadi selanjutnya hanyalah hening.
Tak lama kemudian, Kak Rama bersuara. "Ada yang mau gue omongin sama lo."
Kuletakan map cokelat yang kupegang di atas meja, kemudian menatap Kak Rama. "Gue nggak ada urusan lagi sama lo."
Keadaan kembali lengang sejenak.
Tubuhku berbalik, berniat keluar dari ruangan dan meninggalkan pria itu di sana.
"Gue masih sayang sama lo."
Langkahku terhenti.
"Maaf selama ini nyakitin lo."
Dadaku berdesir seketika. Pernyataan bullshit macam apa lagi ini?
"Ghan," panggil pria di belakangku lagi.
Akhirnya, aku balik badan. Mataku menatap tajam mata hitam legam milik Kak Rama. Tidak, kali ini aku tidak berkaca-kaca. Aku serius menatapnya dengan tatapan dinginku. "Pernyataan bullshit lo itu makin bikin gue benci sama lo."
Kak Rama hanya terdiam menatapku. Tatapannya dalam, persis seperti dulu.
"Nggak ada yang mau gue bahas lagi sama lo," lanjutku sambil tersenyum miris. "Tadinya gue mau berusaha damai sama lo, tapi kalau kayak gini, kayaknya gue keliru nilai lo. Gue makin nggak kenal sama lo. Gue juga nggak ngerti kenapa Kak Fitri mau-mau aja nerima lo."
Seusai mengatakan kalimat barusan, kakiku langsung melangkah keluar. Aku mendapati Kak Fitri sedang mengusap air matanya di depan ruang pramuka, tetapi diriku cukup tak peduli. Rama dan Fitri sama-sama salah. Nggak ada yang perlu dikasihani.
"Ghani!" Kak Rama terdengar mengejarku.
Aku berlari kecil meninggalkan ruangan tersebut menuju pos satpam, menemui Azaria dan Afra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghani | ✔️
Teen FictionNamanya Ghani, hobinya stalking, kepoin orang-orang yang buat dia dan teman seperjuangannya penasaran. Hidup Ghani tenang-tenang aja sebelum pacaran sama seniornya, Rama. Bukan, Rama bukan most wanted sekolah, bukan juga bad boy yang kalian bayangin...