Hari ini adalah hari Senin. Sepertinya tidak ada upacara, karena lapangan masih basah sisa hujan Subuh tadi.
Sudah dua hari Kak Rama tidak menghubungiku sejak kejadian hari Jumat. Ia kembali menghilang dariku. Sebenarnya bisa-bisa saja aku memintanya bertemu atau menjelaskan di telepon maupun di chat seperti sebelumnya, tetapi aku sudah tidak mau. Dua hari kemarin kuhabiskan untuk berpikir ulang dan menganalisa hal yang sebaiknya kuputuskan perihal hubunganku, karena... my relationship is really that toxic, you know.
"Nih, Kak." Aku menyerahkan helm kepada Kak Rey. Ibuku memang mengajak laki-laki itu untuk sarapan bersama.
Kak Rey tersenyum sambil mengambilnya.
"Nanti berangkat les bareng?" tanya Kak Rey sambil membenarkan posisi jambulnya yang agak berantakan.
Aku menggeleng. "Nggak tau. Nanti gue kabarin, ya. Lo pasti les, kan, tapi?"
Kak Rey mengangguk.
"Rey!"
Aku dan Kak Rey sama-sama menoleh, ternyata Kak Fatih memanggil Kak Rey.
Kak Rey tersenyum kepada sohibnya itu, lalu jalan beberapa langkah ke Kak Fatih dan bertosan ala cowok-cowok.
"Anjir, makin deket aje lo," ledek Kak Fatih kepada Kak Rey. "Punya orang, Bro."
"Apaan sih, lo," balas Kak Rey. "Adik gue dia."
Aku tertegun mendengarnya. Dulu Kak Rama juga sering memanggilku seperti itu.
Di waktu yang sama, Kak Rama datang dengan motor merahnya, membuatku menatap kedatangannya.
Ketika Kak Rama membuka helm, ia langsung menatapku. Senyumnya tersungging. Namun, entah mengapa, aku tak ada niatan membalas senyuman itu.
"Kak, duluan aja," ujarku kepada Kak Rey.
Kak Rey menatapku sebentar, lalu menatap Kak Rama, lantas mengangguk.
Aku menghampiri Kak Rama. "Hari ini sibuk?"
Yang ditanya terdiam, membuat suasana lengang beberapa detik.
"Ghan?"
"Kak?"
Kami bertanya berbarengan.
"Lo duluan aja," tuturku.
Kak Rama mengangguk. Tangannya meraih pergelangan tanganku, lalu menariknya pelan agar aku mengikutinya.
Seketika aku tertegun. Mataku terus menatap tangan kekar milik Kak Rama yang sedang memegang pergelangan tanganku. Perasaanku langsung tidak enak.
Pria itu membawaku ke taman sekolah. Suasana sepi, memang jarang murid ke sini.
Kak Rama duduk di kursi taman yang dulu pernah kami duduki bersama, ketika....
Kak Rama jujur tentang perasaannya kepadaku.
"Ghan," Kak Rama membuka pembicaraan.
Aku menengadah menatap lelaki di sebelahku tanpa menjawab apa pun.
"Tempat ini pernah gue pakai buat jujur pas gue suka sama lo," ujarnya.
Aku mengangguk. Perasaanku semakin tidak enak.
"Sekarang." Kak Rama memutar tubuh agar lebih nyaman menghadapku. Matanya menatapku serius. "Gue mau jujur kalau, gue udah nggak suka sama lo."
Firasatku benar. Pasti ini yang akan dikatakan Kak Rama setelah sekian kali menghindariku.
"Kita udahan, ya," lanjut Kak Rama.
Aku menatap mata Kak Rama, melihat apakah ada kebohongan di sana. Pria itu terlihat ragu, tetapi ia memang serius mengatakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghani | ✔️
Fiksi RemajaNamanya Ghani, hobinya stalking, kepoin orang-orang yang buat dia dan teman seperjuangannya penasaran. Hidup Ghani tenang-tenang aja sebelum pacaran sama seniornya, Rama. Bukan, Rama bukan most wanted sekolah, bukan juga bad boy yang kalian bayangin...