"Lo kenapa sih?" Salsa, cewek semampai berambut panjang yang setiap hari duduk di belakang Naira bertanya saat guru Matematika masuk kelas. "Dari tadi berangkat lagak lo kayak tegang banget. Gue panggil beberapa kali aja lo nggak noleh."
"Gue cuma...."
"Ngobrolnya bisa ditunda dulu, tidak? Saya baru mau mulai mengajar. Kalau kalian mau ikut pelajaran, silakan duduk tenang. Kalau tidak, silakan keluar kelas sekarang," ucap Pak Alan, guru Matematika membuat dua anak itu langsung membenarkan posisi duduknya.
Di kelas, Salsa dan Naira berteman cukup baik. Sebenarnya Salsa bukan termasuk cewek yang banyak bicara. Sepintas mungkin ia tampak cuek atau malah galak, tapi ia adalah sosok yang perhatian. Dibanding Naira yang imut kekanakan maka Salsa punya sikap jauh lebih dewasa. Ia tegas dan gemar menceramahi orang.
Pelajaran Matematika berlanjut. Naira berusaha memperhatikan penjelasan Pak Alan di depan tapi entah kenapa pikirannya terus melayang. Sejak tadi ia hanya pura-pura tak mendengar panggilan Salsa. Keberadaan Choki yang duduk tepat di belakang anak itu membuat Naira tak berani menunjukkan wajah lama-lama. Belum lagi Dylan juga duduk di deretan sebelah, sebaris dengan Choki.
Memang dua anak itu bukan tipe pembuli apalagi suka mengumbar aib orang. Biar tingkahnya kadang mengherankan, tapi Choki lebih tampak sebagai anak serius di kelas. Apalagi Dylan. Untuknya Naira tak perlu khawatir macam-macam. Cowok itu terlalu manis untuk menceritakan kisah tragis seseorang.
Namun Naira tetap tak bisa tenang. Meskipun sejak pagi tak melakukan apa-apa tapi ia merasa tersiksa setiap melihat keduanya. Mereka melihat bra pink Naira terdampar di tengah jalan. Itu tidak bisa dimaafkan. Itu super memalukan.
"Naira!" Panggilan itu membuat Naira tersentak dari lamunan.
Tuk! Kepalanya juga diketuk.
"Jangan bengong apalagi sampai ketiduran di pelajaran saya." Rupanya Pak Alan. Beliau telah berada di sebelah meja Naira entah sejak kapan. "Sekarang berdiri dan coba kerjakan soal ini! Kalau bisa, kamu boleh lanjut mimpi lagi."
Seisi kelas tertawa membuat Naira malu. Pak Alan memang hobi membuat murid terpojok seperti itu.
"Tidak bisa?" kata Pak Alan saat Naira cuma menunduk, tak mampu berbuat apa-apa. "Makanya, fokus pada penjelasan saya. Kecuali kalau kamu sudah pintar, saya tidak akan keberatan diabaikan." Perkataan guru muda itu membawa 11 Bahasa-3 dalam gelegar tawa lagi.
***
Istirahat pertama sudah dimulai sejak tiga menit yang lalu, tapi Naira tak bergerak dari tempat duduknya. Ia terlalu frustrasi dengan nasibnya hari ini. Tak cukup dipermalukan Pak Alan di kelas Matematika, Naira juga tadi nyaris bertabrakan dengan Dylan saat ia dan Choki hendak keluar kelas.
Entah hanya perasaan Naira saja tapi ia merasa jika sikap dua anak itu jadi agak aneh sekarang. Mereka selalu memasang muka geli sekaligus tak enak tiap bertatap muka dengannya. Padahal sebelum ada tragedi bra di tengah jalan sikap mereka normal layaknya teman sekelas yang jarang berbicara.
Sambil menunggu Salsa kembali dari kantin membawakan makanan, Naira terus memikirkan cara agar ia tak lagi sering melihat Choki maupun Dylan. Mungkin jika ia sulit melupakan kejadian memalukan itu, satu-satunya cara adalah dengan menghindar.
"Kalau gitu kita latihan di rumah gue aja." Suara itu refleks membuat Naira menoleh ke pintu. "Rumah gue kan paling sepi."
Naira langsung menegang. Itu Arzaki Van Java, sedang mengobrol dengan Choki dan Dylan di depan sana. Gawat! Naira semakin panik saat tiga cowok itu memasuki kelas. Bukan hal aneh jika Arzaki masuk kelas 11 Bahasa-3, ia memang biasa main ke kelas Naira saat istirahat atau jam-jam bebas lainnya. Tetapi itu kemarin. Kini keadaan sudah berbeda. Dengan posisi bangku Dylan dan Choki yang tak jauh dari tempatnya maka mereka pasti akan melewatinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/107418291-288-k975931.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess In Rock
Teen FictionArzaki Van Java, Dylan, dan Choki yang merupakan personil band sekolah, suatu hari mendapati Naira dalam kejadian yang sangat memalukan. Sebisa mungkin Naira selalu menghindari mereka setelah kejadian itu. Sayang, kegemaran Naira di luar sekolah jus...