"Gue masih nggak ngerti sama omongan Libra tadi," ucap Disty saat mereka sudah berada di kantin. "Ngapain ngomongin rambut sampai bawa-bawa kucing coba? Bukannya itu agak horor?" ucapnya dengan mata menyipit.
Naira membuang napas sambil menurunkan bahu. Ia sendiri tak tahu harus berkata apa. Paling tidak sekarang Naira bersyukur masih bisa selamat dari Libra. Tadi Pak Alan masuk kelas sebelum keributan semakin meraja lela. Kalau saja tidak, mungkin Libra sudah menarik paksa Naira untuk bertukar bangku dengan Husni. Atau mungkin juga omongannya semakin membuat sekelas curiga jika Naira ada masalah lain dengannya.
"Gue jadi ngeri bayanginnya," sambung Lian. "Kalau dia suka rambut Naira ya harusnya dibelai-belai, dielus-elus, lah ini malah mau diambil dari kepalanya." Ia berkata heboh sampai-sampai memukul meja. "Sekarang lo jujur aja sama kami, Nai. Apa kemarin Libra jambakin lo? Apa rambut lo mau dicabutin satu-satu gitu, ya? Kalau itu bener, sumpah lo harus lapor polisi."
Mau tak mau bibir Naira mengembang. Sedari tadi anak-anak sekelas memang jadi berpikiran macam-macam. Bahkan ada yang menduga diam-diam Libra gemar mengoleksi rambut asli untuk ditempelkan ke badan kucing piaraannya. Mungkin saja cowok itu punya kelainan jiwa, begitu kata mereka.
"Lo kok malah senyum, sih?" Salsa yang asyik dengan es cendolnya melirik. "Ini beneran nggak lucu, Nai."
"Habis dugaan kalian terlalu serem, sih. Gue kan jadi ngeri sekaligus geli bayanginnya," ujar Naira. "Nggak sampai separah itu, kok. Biarpun Libra emang serem dan kejam, tapi dia nggak sehoror yang kalian bayangin. Seenggaknya dia nggak berusaha bikin gue botak dengan nyabutin rambut gue satu persatu dari kepala."
"Gue udah punya firasat dari awal kalau kepindahan lo kemarin bakal nimbulin masalah," kata Salsa lagi. "Lo sama Libra itu dua karakter yang berlawanan. Ibaratnya kalau lo princess maka Libra adalah devil. Iblis kayak dia pasti gatel lihat cewek gemulai kayak lo. Bawaannya pasti pengin nindas melulu."
Disty dan Lian langsung tertawa mendengar perkataan Salsa.
"Emang gue kelihatan seloyo itu apa?" gerutu Naira. Dibilang gemulai, lemesan, klemar-klemer dan sebagainya kadang memang tak enak di telinga.
"Masa lo nggak nyadar? Lo kayaknya cocok kalau main drama wayang terus jadi putri malu anaknya raja, Nai," ceplos Disty membuat Naira membuang arah dari teman-temannya.
Pandangan Naira tak sengaja jatuh pada Zaki, Dylan, dan Choki yang sedang makan sambil bergurau di meja seberang. Naira langsung waspada begitu tahu ada mereka. Jangan sampai tiga cowok itu memergokinya lalu tertawa. Naira tahu mereka selalu menahan tawa setiap kali melihatnya. Terutama yang bernama Arzaki Van Java.
"Gila aja gue bayangin Kak Mel dibawa UFO ke luar angkasa lewat jendela. Ternyata dia baru dari kamar mandi," cerita Zaki yang bisa Naira dengar. "Tapi gebetan Kak Mel sekarang keren banget lho, Chok. Asli."
"Lah, tumben lo muji sesama cowok? Lo nggak berubah jadi maho kan, Zak?" tanya Choki usai menyedot es tehnya.
"Elah, nggak lucu deh lo," tanggap Zaki dengan wajah kesal. "Gue serius, gebetan si Squidward yang sekarang mantap. Denger-denger dia jadi ketua sebuah geng yang terkenal di kampus Kak Mel. Sangar lah pokoknya. Dia juga punya mobil balap yang keren luar biasa. Kemarin gue sudah diajari cara nyetir mobilnya. Pokoknya gue harus dukung Kak Squid jadian sama dia. Ini menguntungkan gue banget punya aliansi sepertinya."
"Lama-lama gue kasihan sama kakak lo, Zak. Punya adik satu aja nggak pernah mau diatur tapi adanya ngerecokin hidupnya. Masa urusan pacar aja lo musti ikut campur?" komentar Dylan sambil sesekali menyuap nasi goreng ke mulutnya.
"Lo kayak nggak tahu kakak gue aja, Dyl. Kak Mel itu umurnya doang yang sudah tua, tapi pikirannya nggak jauh beda sama remaja SMP kelas dua," sahut Zaki cuek. "Sampai sekarang dia masih aja panikan. Pernah gue mergokin dia mau masuk kampus aja kayak mau masuk hutan rimba. Tengak-tengok kanan-kiri terus lari sampai akhirnya nabrak orang. Aneh lah pokoknya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Princess In Rock
TienerfictieArzaki Van Java, Dylan, dan Choki yang merupakan personil band sekolah, suatu hari mendapati Naira dalam kejadian yang sangat memalukan. Sebisa mungkin Naira selalu menghindari mereka setelah kejadian itu. Sayang, kegemaran Naira di luar sekolah jus...