27. Personil Tak Terduga

3.4K 428 164
                                    

Meski berkali-kali berontak tak membuahkan hasil tapi Naira tak menyerah untuk melepaskan diri. Ia tak peduli biarpun tangan dan punggungnya sakit karena terus bergerak sejak tadi. "Lepasin!" Di entah usaha yang ke berapa kali akhirnya Naira punya celah juga untuk bersuara.

Perlahan-lahan cowok itu melepas Naira dari cengkeramannya. "Kayaknya udah cukup aman."

Itu tak seperti suara Rafael. Harusnya suara Rafael kebule-bulean, Naira menyadari mendengar gumaman itu. Ia memang tak melihat dengan jelas siapa yang ada di belakangnya tadi. Ia cuma tahu ada sosok cowok di balik punggungnya dan itu sudah cukup membuatnya jantungan. Apalagi ia langsung dibekap.

"Bi-Bima?" Naira berseru usai mengetahui siapa yang telah membekap dan menyeretnya. "Kok... kok lo..."

"Lian di mana?" Bima bertanya tanpa mempedulikan kekagetan Naira. "Tadi Lian nelpon gue, katanya dia sama lo lagi dikejar-kejar anak-anak Global," ia menerangkan. "Setelah dapet telpon singkatnya, gue langsung datang ke area gedung yang dia sebutin. Gue udah nyariin Lian di sekitar sini dari tadi, tapi belum juga ketemu. Gue malah lihat lo yang lagi sembunyi. Sebenarnya apa yang terjadi sampai kalian dikejar-kejar kayak gini?"

"Itu... panjang ceritanya, Bim. Sebaiknya sekarang kita cari Lian dulu," kata Naira panik. "Kalau bisa lo minta teman-teman segeng lo buat ke sini. Yang ngejar gue sama Lian nggak cuma satu dua orang masalahnya. Mereka juga nekat."

"Soal itu lo tenang aja. Teman-teman lagi nyusul gue ke sini sekarang," ujar Bima. Ia yang biasa sama rusuhnya dengan Lian kini tampak serius sekali.

Sejenak Naira termenung. Bisa-bisanya ia sampai melupakan benda bernama handphone. Yah, tapi kalau dipikir-pikir lagi memang siapa juga yang bisa Naira hubungi. Jika Lian punya Bima sebagai pacar sementara Naira punya siapa? Masa iya Naira harus menghubungi Kelly agar datang ke SMA Global? Menunggunya bisa-bisa nyawa Naira sudah keburu melayang. Huh, ini semua gara-gara Bunda hingga Naira tak punya teman cowok yang bisa diandalkan.

"Tadi Lian lari lewat jalan utama menuju gedung ini," terang Naira. Ia dan Bima sudah kembali menyusuri koridor untuk mencari keberadaan Lian. "Gue beneran khawatir, Bim. Gue sempat dengar Lian teriak sebelum lo datang. Lo udah coba nelpon dia lagi?"

"Udah, tapi sekarang HP-nya malah nggak aktif," Bima sampai menendang tiang saking frustrasinya. "Gue bakal bunuh mereka kalau my baby Lian sampai kenapa-napa."

"Rafael, dia di sana!" seru seseorang dari belakang tiba-tiba.

Naira membelalak ngeri. "Bim, lari!"

"Nggak perlu. Gue bakal hadapi mereka," tolak cowok itu. "Lagian gue harus tahu keberadaan Lian. Kalau bukan dari mereka, kita bakal tahu dari mana coba?"

"Tapi, Bim...."

"Udahlah, Nai. Sebaiknya lo di sini aja sampai teman-teman gue datang."

Naira menurut. Bergegas ia mengambil ponsel lalu dicarinya nama Lian di daftar kontak. Siapa tahu nomornya sudah aktif.

"Kalian ada perlu apa sama teman gue?" Bima mencegat kala Rafael dan dua lainnya mau mendekati Naira.

"Whoaa..." Rafael pura-pura kagum. "Jadi ini, hero wanna be dari SMA Bendera?" Ia memandang remeh Bima. "Guys, let him know who we are!" perintahnya pada dua cowok yang ikut mengejar Naira.

Bima berdecih. Sikap sombong Rafael seolah memuakkannya. Maka dalam tiga detik berikutnya perkelahian pun tak dapat dielakkan. Dua teman Rafael yang sudah seperti antek baginya menyerang Bima. Mereka memukul dan menendang, beruntungnya Bima cukup gesit untuk bisa menghindar.

Princess In RockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang