Arzaki Van Java, Dylan, dan Choki yang merupakan personil band sekolah, suatu hari mendapati Naira dalam kejadian yang sangat memalukan. Sebisa mungkin Naira selalu menghindari mereka setelah kejadian itu. Sayang, kegemaran Naira di luar sekolah jus...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Nggak mungkin," sahut Naira usai terpaku sejenak. "Gue rasa kalian cuma salah sangka. Nggak mungkin Arzaki suka Naira."
"Lo kenapa sih, Ken? Lo nggak cemburu kan Zaki suka cewek lain?" tanya Lukas curiga.
"Ih, ya nggak lah," balas Naira sambil mengibas-ngibas udara. "Gue cuma ngerasa Naira tuh bukan tipenya Arzaki. Gue pernah denger sendiri dia bilang gitu di depan Dylan dan Choki."
"Hmh, tipe itu nggak penting, Ken. Tipe nggak selalu jadi faktor utama buat seseorang jatuh cinta," Choki menimpalinya. "Lagian gue juga belum pernah dengar Zaki nyebut cewek mana yang jadi tipenya. Terus terang gue nggak terlalu percaya sama omongannya waktu itu. Yang jelas belakangan ini dia sering banget ngomongin Naira. Benar nggak, Dyl?"
Dylan cuma tertawa. Matanya saja yang terus melihat ke arah Naira.
"Gue bakal buktiin kalau video itu nggak seperti yang kalian kira. Sebentar, ya!" seru Naira lalu menghampiri Zaki di sofa pojokan. Sengaja ia berdeham keras-keras supaya cowok itu menyadari kehadirannya.
Zaki berpaling. "Ada apa?" katanya ketus. Melihatnya seperti ini Naira jadi ingat bagaimana sikap Zaki terhadapnya kemarin. Betul-betul jauh berbeda.
"Lo... lagi nonton apa?"
Zaki menatap Naira bak melihat benda luar angkasa. "Kepo!" lontarnya singkat lalu fokus ke handphone lagi.
Naira coba memasang muka tembok. "Soal kemarin, sori gue nggak jadi dateng. Gue ada urusan mendadak," ucapnya seraya duduk di sebelah Zaki.
"Kali ini gue maafin," Zaki menjawab tanpa mengalihkan perhatian dari ponsel.
Naira menjulurkan leher untuk melihat apa yang sebenarnya ada di ponsel cowok itu. Samar-samar ia sempat mendengar suara musik dan beberapa keriuhan. Saat matanya hampir bisa menangkap isi layar tiba-tiba Zaki menengok.
"Ja-jadi sebenarnya apa yang mau lo bicarain sama gue kemarin?" kata Naira gagap. Disentuhnya sebentar dadanya yang berdebar kencang. Nyaris ketahuan.
"Ah, gue udah nggak minat ngomonginnya. Lupain aja," ujar Zaki lalu asyik lagi dengan ponselnya.
"Kalau emang ada yang harus kita bicarain sebaiknya lo bilang aja," desak Naira. "Lo nggak mungkin ngajak gue ketemuan kalau nggak ada sesuatu yang penting, kan?"
Zaki kembali menoleh. "Lo kenapa, sih? Ganggu aja," katanya sebal. "Oke. Kemarin gue cuma mau ngomong, lo jangan sedih biarpun sering ikut latihan tapi nggak bisa ikut tampil sama kami," ujarnya malas-malasan. "Gue tahu lo lagi online waktu kami berembug soal jadwal perform. Gue kira lo kecewa makanya nggak ikut nimbrung."
Naira coba mengingat-ingat apa yang terjadi di malam sebelumnya. Sebelum Mr. Squarepants mengajak ketemuan, anak-anak Ludyzacho memang sedang membahas soal acara manggung dan Ken yang tak diikut sertakan dalam jadwal perform oleh Lukas.