Naira mengikuti Zaki menuruni tangga menuju parkiran. Ia menggelengkan kepala seolah sudah frustrasi. Rasa-rasanya ia baru saja bertingkah seperti pengecut. Ia ingin menunjukkan kalau dirinya bisa dekat dengan cowok lain setelah tahu Dylan punya pacar. Padahal Dylan saja tak tahu perasaannya. Dylan juga tak mungkin peduli ia mau jalan dengan siapa. Kenapa Naira jadi seperti cewek yang baru saja diputus dan ingin membuat mantannya menyesal?
"Gila!" Tanpa sadar Naira mengutuk keras dirinya sendiri."Elah, salah gue apa? Kenapa nggak ada angin nggak ada hujan gue dibilang gila?" Zaki yang berjalan di samping Naira menoleh kaget.
"Eh, maksud gue bukan lo," segera Naira menjawabnya. "Gue cuma lagi mikirin sesuatu aja tadi. Sori," jelasnya lalu tertawa kikuk.
"Ooh, kirain. Kaget gue," Zaki sampai memegangi dadanya.
Naira terkekeh. Jika dipikir keadaan ini lucu juga. Di Holly, ia sebagai Ken selalu salah di mata Zaki. Sedang di sekolah, Zaki selalu merasa salah di matanya meski ia tak pernah menyudutkannya.
"Lo pasti laper, kan? Gimana kalau kita cari makan dulu?" usul Zaki saat mengeluarkan motornya dari barisan tempat parkir.
"Boleh," Naira meniup poninya, bingung apa yang mesti dilakukan. Harusnya ia memang menolak acara ini dari awal. Lihat saja, belum-belum mata anak-anak sesekolahan sudah melihat ke arahnya. Dari kabar yang ada, cewek yang sering terlihat naik motor Zaki hanyalah Kimmy. Cewek lain yang pada modus paling cuma pernah sekali dibonceng setelah itu ditolak jika mau nebeng lagi.
"Eh, sstt... dia mau jalan sama Arzaki?"
"Itu bukan Kimmy, kan?"
"Bukan, rambut Kimmy nggak kayak gitu."
Berbagai kasak-kusuk yang ada membuat kuping Naira panas dengan sendirinya. Lebih-lebih saat mata para cewek itu melihat Naira dari ujung atas sampai bawah. Seolah mereka sedang menilai apa ia cukup pantas untuk jalan bareng Zaki.
"Lumayan, sih."
"Kalau nggak lumayan mana mungkin dilirik Arzaki?"
"Kayaknya gue pernah lihat cowok-cowok di kelas lagi nonton foto-fotonya di IG, deh."
"Oh, kalau nggak salah dia temannya Lian sama Salsa. Berarti anak Bahasa-3," bisik cewek lainnya.
"Kulitnya putih banget."
"Jadi Arzaki suka yang bening-bening?"
"Ah, tapi masih cetaran Kimmy," sahut suara lain memprovokasi. "Gaya Kimmy lebih trendi, dia mah kucir dua. Kayak anak SD aja!"
Naira mengerucutkan bibir. Memang salah kalau ia senang mengikat rambutnya jadi dua? Anak SD jaman sekarang malah sepertinya pada lebih gaya. Lagi pula kenapa tiba-tiba ia dibandingkan dengan Kimmy? Kimmy yang selalu pakai jam tangan bermerek dan anting-anting lucu berganti setiap hari, tidak mungkin Naira sanggup mengungguli.
"Princess, ayo naik!" seru Zaki, tak ambil pusing oleh bisik-bisik itu.
Naira memutar badan dan mendekat tapi seketika ia menyadari. "Harus ya, gue bonceng lo dari sini?"
Zaki ngakak. "Lo ngomong apaan, sih? Ya iyalah. Masa iya gue nyuruh lo jalan sampai gerbang dulu baru boleh bonceng?" Ia berkelakar. "Cepetan, deh." Zaki yang sudah memakai helmnya menoleh. Dari sorot matanya saja Naira langsung tahu kalau suasana hati cowok itu sedang baik sekali.
Setelah memastikan cewek-cewek itu pergi maka Naira baru mau menaiki motor Zaki. Motor pun segera meninggalkan area parkir SMA Bendera. Beberapa orang menyapa Zaki dalam perjalanan mereka melewati gerbang, termasuk Kimmy.

KAMU SEDANG MEMBACA
Princess In Rock
Novela JuvenilArzaki Van Java, Dylan, dan Choki yang merupakan personil band sekolah, suatu hari mendapati Naira dalam kejadian yang sangat memalukan. Sebisa mungkin Naira selalu menghindari mereka setelah kejadian itu. Sayang, kegemaran Naira di luar sekolah jus...