"Wah, ternyata lo cocok juga pakai baju pink. Cucok, Bro!" seru Lian begitu Disty keluar dari kamar mandi.
"Asal aja lo! Omong-omong Nai ke mana nih? Dia udah selesai dandan, kan?"
"Sudah sih, gue lihat tadi rambutnya lagi dikepangin Salsa. Ah, itu mereka!" Lian menunjuk dua orang temannya begitu masuk gedung artistik sebelah aula. "Wah, kayaknya lagi ribut sama Libra, tuh!"
"Ckk, apa lagi sekarang? Itu cowok ada aja deh ulahnya," gerutu Disty, melihat Salsa sedang berusaha menarik Naira dari cekalan Libra.
"Lepasin dong! Bentar lagi kan kita harus tampil!" seru Salsa yang tak diindahkan Libra.
"Ini ada apa, sih?" Disty buru-buru menengahi sebelum keadaan tambah runyam.
"Ini nih, Dis. Masa Naira disuruh ganti kostum terus nyanyi rock, coba? Seenaknya minta Nai jadi kelompok dia di saat hari H. Nggak jelas banget, kan?" jawab Salsa geram.
"Lah," Disty melirik Libra tak percaya. "Lo pasti udah gila."
"Edan istilah Jawa-nya," kata Lian pula.
"Lo yang edan." Tak diduga-duga, Libra melotot ke arah Lian hingga cewek itu langsung meloncat ke belakang Salsa.
"Dyl, Dylan!" Karena ketakutan Lian pun memanggil cowok itu. "Sini, deh!"
Dylan yang baru selesai ganti kostum bersama Choki dan dua anak lainnya mendekat. "Ada apa?" sahut ketua kelas 11 Bahasa-3 itu.
"Nih, Libra gangguin Naira melulu. Sebagai ketua kelas tolong lo kendaliin dia," lapor Lian padanya.
Dylan memandang dua anak yang disebut lalu menggelengkan kepala. "Lib, ini bukan waktunya buat bikin ribut. Lepasin Naira," kata cowok itu tegas tapi tanpa nada pemaksaan. "Lagian kelompok lo dapat jatah tampil pertama, kan? Kenapa lo nggak siap-siap? Husni dan yang lain nyariin lo dari tadi."
"Harusnya lo udah siap naik panggung sekarang," tambah Choki. "Tuh, udah dipanggil," lanjutnya saat mendengar suara dari speaker yang memanggil kelompok satu.
Libra mendengus. Tak punya pilihan, ia pun bergegas pergi dari hadapan mereka.
"Huuu, dasar!" sorak Lian setelah cowok itu pergi. "Dia nyuruh lo jadi cewek metal lagi, Nai? Emang udah sarap kali, ya. Minta kok aneh-aneh. Dibilang edan nggak terima."
Naira cuma menggeleng sambil mengangkat bahu, tak tahu lagi bagaimana menjelaskannya.
"Duh, rambut lo, Nai. Sini gue benerin!" seru Salsa begitu mengamati penampilan Naira yang agak kacau. Disty juga ikut membantu merapikan dandanannya.
"Udah beres, udah cantik! Senyum dong, Nai. Nggak usah pikirin Libra lagi, oke?" semangat Lian karena Naira tampak manyun. Agaknya gairah untuk pentas penilaiannya jadi luntur gara-gara ulah Libra.
"Wah, Naira benar-benar jadi Princess Pink kalau udah kayak gini. Warna kostumnya Naira banget!" celetuk Choki. Rupanya ia dan yang lain belum pergi dari sana.
Disty menoleh. "Emang kenapa? Pink cantik, kan? Bilang aja kalau lo terpesona," sahutnya, membela Naira.
"Emang ada yang bilang jelek? Pink dan Naira. Yah, cocok sekali," Choki lalu melirik Dylan dengan pandangan bermakna. Keduanya pun tersenyum-senyum seketika.
Pipi Naira langsung memerah. Ia tahu pasti ke mana jatuhnya pikiran mereka. Sejak awal ia sudah tak setuju saat Lian memilih warna pink sebagai kostum mereka. Ia tahu pasti akan begini jadinya.
"Udah selesai, kan? Kita ke aula, yuk! Gue pengin nonton penampilan anak-anak kelompok lain. By the way makasih udah bikin Libra pergi ya, Dyl," kata Naira daripada malu lebih lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess In Rock
Fiksi RemajaArzaki Van Java, Dylan, dan Choki yang merupakan personil band sekolah, suatu hari mendapati Naira dalam kejadian yang sangat memalukan. Sebisa mungkin Naira selalu menghindari mereka setelah kejadian itu. Sayang, kegemaran Naira di luar sekolah jus...