Candy’s POV
Aku melenguh kesal sembari mencoret tanggal di kalender besar yang tergantung di kamar cottage yang kuhuni sebulan belakangan dengan sebatang spidol merah besar. Sepasang mataku yang cokelat gelap menelisik coretan-coretan merah lainnya yang menodai tanggal-tanggal di kalender itu, dan merutuk-rutuk dalam hati saking kesalnya. Bagaimana mungkin liburan musim panasku tahun ini berlalu secepat ini? Besok aku sudah harus kembali ke sekolahku di Riverview untuk mengikuti kegiatan belajar seperti biasanya, dan aku sangat benci itu. Aku lebih ingin terus berada di tempat ini. Di cottage pribadi milik keluarga Summer yang berada dekat sekali dengan bibir pantai Hawaii yang terkenal indah. Aku masih ingin menikmati hangatnya sinar matahari yang menerpa permukaan kulitku, namun aku sudah harus segera kembali ke sekolahku. Benar-benar keadaan yang membuat mood ku turun ke titik terendah hari ini. Rasa-rasanya aku akan sangat sanggup sanggup mencekik siapapun yang berani menggangguku.
“Sudahlah, Candy,” desis seseorang, “Mencoret tanggal di kalender tidak akan membuat hari kita terulang dari awal lagi. Lagipula apa sih yang membuat Ripcurl menjadi begitu menakutkan bagimu? Kurasa bersekolah di Ripcurl tidak ada buruknya sama sekali,” ujar suara itu, yang membuatku memutar tubuh dan memandang si pemilik suara. Pemilik suara itu adalah adikku. Dia sama-sama memiliki rambut hitam kecokelatan dan bola mata cokelat sepertiku. Namanya Avecinna.
“Oh ya? Tentu saja kau begitu tidak sabar untuk kembali ke Ripcurl. Disana kan ada si kepala pirang Simpson yang menunggumu. Dasar playgirl!” semburku pada Ave yang langsung mengernyit kesal.
“Kau menyebalkan.” desis Ave kesal, “Ripcurl itu menyenangkan. Dan soal Cody, itu sih sudah merupakan takdir terkutuk bagimu. Bilang saja kau iri karena kau tidak punya teman kencan seperti aku, iya kan? Kau terlalu tajam seperti landak sih, jadinya tidak ada lelaki yang tergerak sedikitpun untuk mendekatimu.” cibir Ave yang langsung kabur dari kamar cottage sebelum aku memulai melemparinya dengan kotak-kotak wedges kosong yang bergelimpangan di atas karpet tebal yang melapisi lantai kamar. Dasar adik durahaka. Beraninya dia mengatai kakaknya sendiri. Jika aku bisa, mungkin aku sudah mengutuknya menjadi batu bata tembok besar Cina.
Aku berhenti menggerutu saat menyadari bahwa apa yang kulakukan sama sekali tidak ada gunanya. Maksudku, Ave sama sekali tidak mendengar gerutuanku, dan itu jelas-jelas hanya membuang tenagaku. Apa yang harus aku lakukan di tengah hari yang membosankan ini? Aku sudah kepalang kesal untuk bisa menikmati acara di televisi, dan tidak berselera begitu melihat kumpulan majalah-majalah fashion yang terselip di rak buku mungil di bagian ruang depan cottage ini.
Aku memutuskan duduk di atas kursi santai di depan jendela sambil mengetuk-ngetuk pelipisku dengan spidol merah yang tadi kupakai mencoret tanggalan di kalender. Sepertinya berjalan-jalan di sekitar pantai bukanlah hal yang buruk buatku, dan lagi, mungkin saja ini akan menjadi kesempatan terakhirku menikmati deburan ombak dan cahaya matahari. Bagaimanapun, aku tetap harus kembali ke Riverview besok, meskipun aku sama sekali tidak menyukainya.
Aku beranjak dari atas kursi santai yang terbuat dari anyaman rotan itu, kemudian melangkah menuju pintu keluar cottage.
***
Suasana pantai ramai, dan sejujurnya aku sangat suka ini. Ada sekumpulan anak-anak cowok yang sibuk menggotong papan selancar mereka yang bisa dipastikan sangat berat, dan ada juga gadis-gadis cantik keturunan latin yang mengenakan bikini sambil mengelilingi pantai. Jujur saja, aku iri pada kulit cokelat yang mereka punyai. Mereka tampak unik, dan cantik, sementara aku? Kurasa aku harus mengorbankan seluruh hidupku di tepi pantai agar aku bisa memiliki kulit yang sewarna dengan mereka untuk waktu yang lama. Aku memang sering berjemur di tepian pantai, namun begitu aku kembali ke Ripcurl, dalam waktu yang singkat kulitku pasti memutih kembali, dan itu salah satu alasan kenapa aku benci Ripcurl. Jarang sekali ada matahari di Riverview, dan Ripcurl lebih sering diselimuti mendung tipis juga kabut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amnesia (by Renita Nozaria)
Fanfiction"When you lost most all of your memories, your head's spinning round and your enemy becomes your beloved one." I do NOT own this story. Just read my bio. And don't forget to hit the follow button._. Author : Renita Nozaria Title : Amnesia Genre : Co...