Part 2

3.1K 164 3
                                    

            Avecinna mengeluh kesal, kemudian sambil menggerutu dia melangkah meninggalkan kakaknya yang hanya meringis meminta maaf. Gadis berambut cokelat gelap itu hendak menuju kamar mandi guna membersihkan piama nya yang telah ternoda oleh ingus kakaknya, sementara Candy hanya nyengir. Candy terdiam selama beberapa saat, sebelum akhirnya melangkah menuju jendela kamarnya. Bulan tampak bersinar penuh di langit yang ditaburi bintang-gemintang berkilauan, diiringi debur ombak yang terdengar samar-samar. Mendadak Candy merasa sedih. Dia masih ingin berlibur disini, di tempat yang hangat dengan udara yang kering—bukan kembali ke sekolahnya di Riverview, yang secara teknis terletak di kaki pegunungan sehingga suasana disana begitu dingin. Dia bahkan harus menghidupkan pemanas ruangan agar dia bisa tertidur nyenyak, dan harus repot mengenakan berlapis-lapis pakaian agar dia tidak kedinginan. Candy pernah mendengar, bahwa setiap orang yang mampu membuat burung kertas lipat khas Jepang  sebanyak seribu buah, kelak permintaannya akan dipenuhi. Candy sempat merasa riang saat itu, karena dia betul-betul berharap Ripcurl di bangun di dataran rendah yang dekat pantai, bukan di kawasan Mother Hills di Riverview yang sangat dingin. Candy pun membuat seribu buah burung kertas hingga penampilannya benar-benar menyerupai zombie, namun bukannya keinginannya terkabul, tangannya justru dilanda penyakit pegal stadium akut.

            “Berjalan-jalan di pantai, sepertinya tidak buruk,” gumam Candy begitu matanya bersirobok dengan ombak tenang yang berkilau diterpa sinar rembulan. Tanpa berpikir panjang, gadis berambut hitam itu melangkah meninggalkan kamarnya dan pergi ke luar cottage. Dia langsung menghirup udara dalam-dalam begitu dia tiba di luar cottage. Rasanya seperti baru saja bebas dari penjara yang menyesakkan itu. Biarlah. Mungkin saja Ave akan kelimpungan setengah mati mencarinya, namun dia tidak peduli. Ave benar-benar tipikal orang yang perfeksionis, yang jauh berbeda dengan dirinya yang merupakan gabungan dari karakter melankolis, bercampur lebaykolis, pedekolis dan manjakolis.

            Candy masih terus berjalan, hingga akhirnya dia tiba di sebuah dermaga perahu. Tidak ada satupun sampan yang tertambat disana, namun ada sesosok manusia yang duduk di ujung dermaga dengan sebagian kaki tercelup di air laut yang tampak hitam karena gelapnya malam. Candy menyipitkan matanya, namun dia tetap tidak bisa menerka-nerka siapa sosok itu. Apakah sosok itu pria atau wanita. Apakah sosok itu tampan atau cantik. Apakah sosok itu ajur atau buluk. Apakah sosok itu adalah Harry Styles atau Sule OVJ. Gelap malam begitu sempurna menyembunyikan segalanya.

            Candy memutuskan melangkah menuju ujung dermaga tersebut, bukan untuk menuntaskan rasa penasarannya, namun hanya karena dia kepingin tahu makhluk Bumi bagian mana yang berani duduk di dermaga tengah malam begini. Gadis itu yakin bahwa si sosok yang tersembunyi dalam kegelapan itu pasti mendengar suara seretan fals sandal bulu berbentuk kepala jerry eh kepala kelinci yang dipakainya, namun anehnya sosok itu tidak kunjung menoleh. Ada dua kemungkinan yang muncul dalam pikiran Candy. Yang pertama : sosok misterius itu adalah seorang yang tuli alias tunarungu. Yang kedua : sosok misterius itu adalah seorang yang budek.

Namun dua hipotesa Candy itu langsung terpatahkan begitu si sosok misterius menolehkan kepala ke arahnya. Cahaya bulan yang temaram membuat penglihatan Candy tidak begitu jelas, namun Candy benar-benar tidak bisa melupakan sepasang mata itu. Sepasang mata yang mengilap dalam gelap. Sepasang mata hazel yang mendadak membuat Candy merasa sebal setengah mati. Tidak diragukan lagi, sosok misterius itu adalah sosok pria tegap yang ditabraknya siang tadi!

            “Oh, ternyata kau.” ujar Candy dengan nada datar. Justin melotot kesal, namun sepasang matanya dengan lincah menelusuri setiap lekuk wajah Candy.

“Kau gadis gila yang tadi siang kan? Sedang apa kau disini?!” tanya Justin dengan suara menggelegar yang memecah keheningan malam. Candy mengernyit begitu dia mendengar suara bentakan Justin. Hey, ternyata lelaki ini masih bisa juga membentak orang, pikir Candy. Kukira dia adalah mesin terminator rusak yang telah lama dibiarkan berkarat, batin gadis itu kembali berbicara.

Amnesia (by Renita Nozaria)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang