Part 26

1.1K 69 0
                                    

          Avecinna menatap Justin dengan mata cokelatnya yang bersemburat kemerahan dengan tatapan terkejut, sementara Candy terpana selama beberapa saat. Seakan sadar bahwa Ave menatapnya terus menerus, Justin menoleh pada adik kelasnya itu kemudian menyunggingkan seulas senyum yang tampak dipaksakan. Avecinna menarik nafas. Dia tahu ini pasti berat bagi Justin untuk memilih. Dia tahu. Sangat tahu bahwa Justin benar-benar peduli pada Candy dan perasaannya—entah untuk alasan apa—namun Ave juga tahu kalau Justin mencintai Elle. Dia bahkan baru bersama Elle beberapa bulan belakangan. Bukankah itu artinya perasaan saling mencinta diantara mereka masih tampak segar dan utuh satu sama lain? Bukankah ini hal yang akan sangat menyakitkan bagi Elle? Siapa yang bisa tahan melihat kekasih yang sangat dicintai pergi begitu saja demi wanita lain? Sejujurnya, jika hal ini terjadi pada dirinya dan Cody, Ave berani bertaruh bahwa dia tidak akan membiarkan Cody pergi pada wanita lain untuk alasan apapun.

“Aku ragu.” Sela Candy tiba-tiba. “Apakah benar kita sudah bertunangan dan tinggal di Rockwell, karena therapist itu mengatakan—aww!” sebelum Candy sempat menyelesaikan kalimatnya, gadis itu mengerang kecil sembari menyentuh pelipisnya. Justin mengerjap dan kemudian dia menyentuh kedua bahu Candy dengan kedua telapak tangannya.

“Kau tidak perlu pikirkan itu.” kata Justin sambil menatap Candy, “Bagaimanapun kita akan kembali ke Rockwell. Malam ini. Apakah kau tidak menginginkannya?”

“Tidak menginginkannya?” sebelah alis Candy terangkat ketika gadis itu sudah sepenuhnya mampu membuka kedua belah matanya. “Jelas sekali aku menginginkannya. Aku ingin kembali ke Rockwell. Merasakan udaranya yang dingin dan bulir-bulir dandelion yang tertiup angin. Kau tentu merindukan semua itu kan Just?” tanya Candy lagi sambil tersenyum lebar. Justin menghela napas dan tersenyum.

“Tentu saja aku merindukannya, Candy.” bisik Justin. Candy tersenyum lebar sehingga gigi-geliginya terlihat jelas, sementara Justin membuang pandangan jauh ke luar jendela kamar Candy. Dia tahu apa akibat yang ditimbulkan ketika dia memutuskan semua ini. Dia akan melukai Elle. Namun sekarang dia sadar, siapa yang sesungguhnya jauh lebih membutuhkannya. Dan sejujurnya, melihat Candy tampak kacau seperti sekarang seakan menyiksa dirinya sendiri. Dia ingin Candy sembuh—meskipun jauh di dalam hatinya dia sangsi. Apakah dia akan merasa senang jika Candy sembuh dan kembali menganggap dia sebagai musuh abadi? Jelas dia tidak sanggup.

***

          Suasana Rockwell yang indah. Sebenarnya, baik Candy maupun Justin belum pernah sekalipun menginjakkan kaki kemari—setidaknya itu yang Justin tebak. Tentu saja. Mereka berdua adalah pelajar modern di sebuah sekolah bergengsi di kota Riverview yang jauh lebih besar dari kota Bridgeport. Mereka tidak punya alasan yang cukup bagus untuk datang ke sebuah kawasan pedesaan dimana bendungan dan kincir air masih menjadi tenaga utama untuk menggiling gandum. Sebuah tempat dimana kebun-kebun yang menghasilkan sayuran segar masih menghampar dan rerumputan hijau dari tanah kosong yang begitu mudah ditemukan. Justin memandang keluar jendela sementara mobil yang dia tumpangi merayapi jalanan Rockwell yang terbuat dari batu yang dipadatkan. Lihat. Tempat ini benar-benar pelosok. Bagaimana pula Candy bisa mengkhayalkan bahwa dia bertunangan dengan Justin dan menempati desa terpencil seperti ini?

“Aku tahu kau terkejut,” Peter yang duduk di balik roda kemudi tiba-tiba menyela keheningan. Mereka bermobil hanya berempat. Justin, Mr. Summer, Ave dan Candy. Ave dan Candy menempati kursi penumpang bagian belakang, dan entah karena pengaruh aspirin atau memang keletihan yang melandanya, Candy terpejam dalam alam mimpinya sendiri sambil bersandar di bahu Ave yang mendengarkan musik dari Ipodnya.

Amnesia (by Renita Nozaria)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang