Part 9

1.6K 101 0
                                    

-Author’s View-

            Gadis berambut hitam itu terus saja menarik sosok lelaki berwajah timur di belakangnya meninggalkan pelataran parkir sebuah restoran yang didominasi warna kuning keemasan yang mengesankan suasana mewah. Candy—nama gadis itu—masih menarik tangan Zayn dan mencoba melangkah dengan cepat meskipun dress dan wedges yang digunakannya membuat pergelangan kakinya terasa sakit setiap kali dia mengambil langkah yang lebar. Namun Candy tidak peduli. Beraninya kecoak jamban itu menganggu kencan perdanaku, geram Candy dalam hati. Padahal tinggal selangkah lagi. Tinggal selangkah lagi bagi Candy untuk menjadi cimit-cimit dunia akhirat seorang Zayn Malik, lelaki paling cool  dalam sejarah peradaban umat Jamban. Namun hanya gara-gara segelas espresso terkutuk, impian itu terbuyarkan seketika seperti isi jamban yang ditimpuk batu. Semua itu hanya karena seekor kecoak jamban bernama : Justin Bieber.

            “Candy,” suara Zayn memanggil, dan untuk sejenak berhasil membuat Candy menghentikan langkahnya. Alamak. Jangan sampai suara Zayn yang seksi itu membuatnya melambung menembus tingkatan langit kejamban.

            “Apa?” tanya Candy, dan untuk sejenak Candy terdiam bagaikan sapi ompong yang tidak bisa bicara begitu mata Zayn menatap lurus ke dalam matanya.  Eh tunggu. Sejak kapan sapi bisa bicara?

“Sebaiknya kita berhenti berjalan, karena kupikir Justin juga tidak akan mengikuti kita.” Zayn diam sebentar, “Kau akan sangat sulit bergerak dengan baju dan sepatu seperti itu. Kurasa lebih baik kita duduk sebentar di sebelah sana,” dagu Zayn mengarah ke sebuah bangku warna ijo luntur yang teronggok pasrah di bawah sebuah pohon willow botak yang nyaris tak berdaun. Ada lampu jalan di dekat pohon willow gundul tersebut, namun lampu itu memendarkan cahaya redup dengan kaca lampu yang sudah retak. Tidak sampai disitu, tepat di sisi kanan bangku tergeletak sebuah tong sampah dengan isi yang menggunung. Dalam remang Candy bisa melihat apa yang ada di tong sampah itu. Bekas apel, tulang ikan, kaleng kosong dan entah apa lagi. Oh God, apakah mungkin acara pernyataan cinta Zayn pindah ke tempat seperti ini? Padahal sebelumnya mereka berdua ada di Golden Eggs. Catat, GOLDEN EGGS! Dan sekarang, bagian terpentingnya justru berlangsung di samping tempat sampah berkarat? Dalam hati Candy berdoa semoga tidak ada tokai anjing atau kucing yang turut ‘mempermanis’ suasana di bangku tersebut.

            “Well, kalau kau tidak mau,” Zayn tampak menangkap rasa enggan dalam mata Candy, “Aku bisa menelepon supirku dan memintanya menjemput kita berdua sehingga kita bisa pulang ke Ripcurl.”Dan membiarkan acara malam ini berlalu begitu saja tanpa menjadikan aku sebagai cimit-cimit mu?Candy berpikir, Tentu saja tidak!

“Tidak,” sambar Candy cepat, “Tidak ada buruknya kita duduk disitu.” Yeah, tidak ada buruknya duduk di samping tong sampah yang terisi penuh dan pasti menguarkan bau tidak sedap. Grr, ini semua gara-gara Justin. I will stab his heart someday, Candy bertekad dalam hati sementara dia membiarkan tangan Zayn yang hangat menggandeng tangannya.

Mereka akhirnya duduk di bangku warna ijo luntur itu. Selama beberapa saat, suasana hening. Hanya ada suara desau angin yang bertiup dan suara klakson di kejauhan. Betapa garingnya, bagaikan kacang Dubai yang digoreng kering oleh guru berhidung longsor, Mrs. False. Namun mendadak Zayn bergumam, yang membuat Candy sontak menoleh.

            “Lucu sekali.” gumam Zayn sambil tertawa kecil. Candy mengangkat alis tak mengerti. Ada apa ini? Apa jangan-jangan karena gagal menyatakan cinta dia jadi frustasi dan mendadak gila? Pikir Candy, namun Zayn sudah bicara lagi. “Sepertinya Justin menyukaimu. Atau minimalnya kalian mempunyai ikatan batin yang cukup kuat hingga kau dan dia bisa berada di resto yang sama dalam waktu yang bersamaan.” kata Zayn.

Amnesia (by Renita Nozaria)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang