His eyes was hypnotized me…
And also that rain in the middle of the night…
Mereka tertawa. Sepasang remaja berbeda jenis kelamin itu tertawa dengan kedua telapak tangan mereka yang bertautan di tengah gelap malam yang remang di kota Venesia. Angin berhembus dengan sedikit lebih kencang dari biasanya dan langit tampak bersih dari bintang dan bulan karena tertutup awan. Sepertinya akan turun hujan, namun mereka sama sekali tidak peduli. Ada sesuatu yang menyenangkan yang sepertinya tengah menguasanya mereka. Oh ya tentu saja. Seakan-akan hati mereka berdua melayang hanya karena satu kata itu. Jawaban ya yang berarti semuanya. Jawaban ya yang menandakan bahwa mereka memang memiliki hasrat bersama. Jawaban ya yang membuat kedua berjanji untuk saling mencintai semenjak mereka menyadari bahwa rasa itu telah muncul. Jawaban ya yang juga berarti bahwa mereka berdua telah menjadi sepasang kekasih. Justin Bieber dan Candeline Summer.
“Kau harus lihat ekspresi wajahnya tadi!” seru Justin di tengah riuhnya desau angin yang berhembus. Candy tak berhenti tertawa sambil lensa mata cokelat pekatnya yang berpendar dalam gelap terarah pada sosok pemuda yang kini menggenggam tangannya dengan erat.
“Oh Justin, hentikan! Aku bisa mati karena tertawa!” seru Candy seraya terus berjalan mengikuti gerakan Justin yang kini menyusuri sepanjang tepian kanal yang tidak begitu ramai sepertinya biasanya. Mungkin karena akan turun hujan. Atau mungkin karena Tuhan mengerti apa yang akan terjadi hari ini. Peduli setan. Semuanya akan tetap terasa sempurna bagi mereka berdua, dan Justin akan tetap melakukan hal ini walaupun suasana di kanal ini ramai seperti malam-malam panjang sebelumnya yang telah terlewati.
Justin tertawa karena memang bayangan lucu itu terus bercokol di benaknya. Bayangan lucu yang dimaksud adalah wajah terperangah Stefano Morroti. Setelah terjadi pernyataan cinta dadakan di teras samping ruang pesta Morroti Mansion, Justin mengajak Candy berpamitan pada Stefano untuk bilang bahwa mereka tidak bisa tinggal di pesta lebih lama. Candy tidak mengkhawatirkan Greyson dan Cathleena, karena kedua anak itu bisa pulang sendiri—meskipun diam-diam Justin ragu karena Greyson tampak sungguh-sungguh mabuk. Jadi Candy menuruti apa yang diucapkan oleh Justin dan menemui Stefano Morroti bersama pria berambut cokelat itu sambil membiarkan Justin menggandeng lengannya. Dan hal itu membuat Stefano terperanjat seperti tengah menyaksikan sesuatu yang abstrak yang tidak bisa dia mengerti.
“Baiklah, lupakan si bocah jelek itu.” Justin berdehem ketika dia telah menghabiskan tawanya, kemudian matanya bergerak ke arah beberapa gondola hitam yang berjejer di tambatan tepian kanal tidak jauh dari tempat mereka berdiri sekarang. Sebuah ide gila mendadak muncul di benaknya, dan tanpa menunggu lagi, Justin mengarahkan lensa matanya yang cokelat terang pada gadis di sebelahnya.
“Candy, apakah kau percaya padaku?” tanyanya serius. Candy terperangah dan sesaat kemudian gadis itu tersenyum lebar.
“Urm… ya?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Amnesia (by Renita Nozaria)
Fanfiction"When you lost most all of your memories, your head's spinning round and your enemy becomes your beloved one." I do NOT own this story. Just read my bio. And don't forget to hit the follow button._. Author : Renita Nozaria Title : Amnesia Genre : Co...