Part 17

1.1K 64 0
                                    

Greyson shock. Double shock, sehingga tanpa sadar tangannya melepaskan genggaman dari Ipad yang masih memuat halaman Interactions pada akun twitternya. Gadget canggih dengan layar semulus beludru itu jatuh begitu saja ke atas karpet tebal, menimbulkan suara yang membuat Lauren meringis dan menghambur ke depan Greyson untuk memungut Ipad itu, lantas menghembuskan napas lega ketika mendapati benda canggih ciptaan magis tangan manusia itu masih bernyawa, meskipun layarnya agak meredup. Kayaknya Ipad itu shock deh, masa gadget secanggih dia dibanting hempaskan ke lantai tanpa perasaan.

          Lauren memberengut kesal pada Greyson yang masih cengo, “Grey lo apa-apaan sih?!” pekik Lauren kesal. Gimana enggak? Produk teranyar keluaran vendor Apple dibanting begitu saja di hadapannya, “Kalo lo udah gak naksir ama nih Ipad nggak usah dibanting juga kali! Buat gue juga boleh!” gerutu Lauren kesal. Greyson tersentak, dan menyipitkan matanya dengan sewot ke arah Lauren yang kini membersihkan permukaan layar Ipad dengan kain bajunya. Gila. Si Lauren kek anak orang susah yang baru megang Ipad.

          “Ini gara-gara elo tau!” seru Greyson sengit, “Kembaliin Twitter gue seperti semulaaaa!!!”

Lauren mengangkat wajah, dan menatap Greyson dengan iris mata birunya yang berpendar heran, “Apa maksud lo Grey? Twitter lo tuh udah keren! Apa perlu gue gantiin background nya juga?”

“LAURENNNNNNNNN!!!!” Greyson frustasi, “Lo nggak liat apa mention gue? Itu ada cowok ngatain gue cewek unyu dan ngajak kenalan!”

“mana?” tanya Lauren dengan mata membulat, “Bentar gue liat.”

Greyson hanya melipat tangan di dada, sementara Lauren membaca tweets yang dikirimkan beberapa orang yang mengomentari ava baru Greyson. Setengah menit kemudian tawa Lauren yang mirip nenek lampir memecah keheningan ruang tengah rumah Greyson.

“Ih cian banget deh lo, Grey.” Greyson cemberut dengan ekspresi yang minta digampar, namun terdiam begitu ponsel yang berada di saku celana pendek jeansnya bergetar pelan. Greyson menarik keluar ponsel dari saku celananya, dan keningnya mengernyit saat dia melihat nama Cathleena Stewart terpampang di layar ponselnya. Oke tarik napas.

CATHLEENA MENELEPONNYA !!!!

Ini pasti mimpi, pikir Greyson. Cathleena yang keliatannya cuman seorang cewek unyu nan cantik tapi nggak pedulian mendadak nelpon Greyson. Wow. Apa karena Cathleena diam-diam nge-stalk twitter Greyson, dan langsung terpesona begitu melihat kondisi akun twitter Greyson yang sudah mencapai kadar alay maksimal? Diam-diam Greyson melirik Lauren yang kini tengah ngupil pake ibu jari sambil mainin Ipad nya. Dalam keadaan biasa, Greyson akan ngamuk kayak harimau lepas dan mengamankan Ipadnya dari kemungkinan terkena bekas-bekas upil Lauren, namun dalam keadaan berbunga-bunga dengan terpaan angin surga seperti sekarang, Greyson berterimakasih banget sama Lauren. Biarin deh nanti Ipadnya dipenuhi sama noda-noda upil.

“Halo, Cathleena?” kata Greyson setelah dia menekan tombol ANSWER di layar sentuh ponselnya.

“Halo, Greyson. Apa aku menganggumu?” Entah kenapa Greyson suka cara Cathleena menyebut namanya. Suaranya yang jernih tinggi serupa malaikat itu seringkali membuat Greyson lupa bahwa dia masih ada di dunia, bukannya di surga.

“Oh enggak kok. Aku malah seneng ditelepon cewek secantik kamu.” kata Greyson. Gombal. Turunan dari kakaknya, si kecoak jamban yang juga raja gombal level pemula : Justin.

“Ih ciyus? Grey, kamu bisa dateng ke rumahku enggak?”

“Hah? Enelan? Kamu minta aku dateng ke rumah kamu? Bukannya janjian kita sabtu depan ya?”

Amnesia (by Renita Nozaria)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang