Part 33

1.2K 62 0
                                    

Stefano Morroti melangkahkan kaki melintasi koridor panjang di rumah keluarganya yang termasuk dalam deretan rumah megah di kota Venesia. Penerangan tampak meredup dan menatap jauh ke ujung koridor tempat dimana pintu ruang kerja ayahnya berada serasa menatap rumah pemotongan hewan dimana dia akan disembelih disana. Ayahnya marah, itu sudah pasti. Dan Stefano tahu kenapa. Ayahnya mengundang keluarga Ivanovic dari Moskow untuk bertamu ke rumah mereka. Keluarga Ivanovic adalah salah satu kolega terdekat ayahnya yang selain berperan sebagai pejabat juga berperan sebagai pengusaha yang besar—meskipun pasaran penjualan produk perusahaan ayahnya baru sebatas menjangkau pasaran Eropa. Stefano kira keluarga Ivanovic bertamu secara tidak sengaja hanya untuk mampir seperti biasanya, namun begitu melihat Irina Ivanovic, anak gadis keluarga Ivanovic yang cantik dengan guratan wajah khas Kaukasus ada disana, Stefano langsung tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres.

          Dan ternyata memang benar. Keluarga Ivanovic dan keluarga Morroti mengadakan pertemuan untuk membahas sesuatu yang klise yang biasanya ada di pertunjukan drama ataupun opera sabun jelek pasaran di televisi. Rencana perjodohan antara Setafano dan Irina. Stefano menolak dengan tegas, dan hal itu membuat wajah Irina langsung merah padam. Gadis itu meningggalkan ruang tengah rumah keluarga Morroti sambil menahan amarah. Tentu saja. Siapa Stefano Morroti? Well ya, dia memang tampan. Tapi tentu saja jika Stefano tidak bersedia berjodoh dengannya diapun tidak bakalan membuang tenaga untuk mengemis cinta pada Stefano. Irina cantik, dengan bola mata yang merupakan perpaduan antara warna hijau laut dan biru gelap. Kadang warna matanya berubah menjadi hijau cerah dalam kegelapan. Dia seksi dari ujung kepala sampai ujung kaki. Bodoh sekali bila Stefano menolaknya.

          Keluarga Ivanovic pulang dengan perasaan tidak enak bercampur kesal dan raut wajah kedua orang tua Stefano tampak bersalah. Ayah Stefano marah dan memanggil putera semata wayangnya itu untuk menemuinya di ruang kerja lima belas menit setelah keluarga Ivanovic meninggalkan rumah mereka. Stefano menghela napas dan memejamkan mata. Bayangan senyum gadis itu dan pendar mata cokelat gelapnya memenuhi pikirannya saat ini. Candeline Summer. Ya, dia tidak akan bisa menghadapi perjodohan yang direncanakan oleh ayahnya jika pendar mata, rekahan senyum dan helai rambut Candeline Summer yang beterbangan masih mendesaki otaknya. Dia harus mendapatkan gadis itu. Namun Stefano tahu itu tidak akan mudah. Pemuda bernama Justin yang datang bersama Candy… ada pandangan permusuhan yang diarahkan Justin padanya setiap kali dia tersenyum pada Candy. Seakan-akan dia baru saja melakukan sebuah kesalahan besar.

          Stefano melangkahkan kakinya dan begitu dia tiba di muka pintu, dia langsung menjulurkan tangannya untuk meraih kenop pintu. Pintu terbuka dan Stefano langsung melihat sepasang lensa mata biru cerah yang berkerak disaput amarah. Ayahnya marah besar—setidaknya Stefano tidak pernah melihat mata ayahnya tampak suram seperti itu, begitupun dengan rahang kehijauannya yang mengeras.

“Akhirnya kau datang,” Desis Mr. Morroti sambil menatap puteranya, “Apa maksudmu berlaku sedemikian tidak sopan dihadapan Irina dan keluarganya? Apa kurangnya Irina? Dia cantik, dan dia punya segala sesuatu yang bisa kau harapkan dari seorang wanita.” kata ayahnya dingin dan menusuk. Stefano menghela napas kemudian menatap mata ayahnya dengan matanya yang juga berwarna biru.

“Dia terlalu artifisial.” jawab Stefano dengan suara berat. Dia menyayangi ayahnya. Buat Stefano ayahnya adalah sosok laki-laki paling hebat dan paling bertanggung jawab yang pernah ia kenal. Dia tidak berniat membantah ayahnya dan sejujurnya dia belum sekalipun membantah ayahnya. Tapi dalam urusan jodoh, sepertinya Stefano dan Ayahnya memiliki pilihan dan pandangan yang berbeda.

Amnesia (by Renita Nozaria)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang