-Justin’s POV-
Ada dua hal yang paling mengerikan yang terjadi dalam hidupku selama aku bersekolah disini, di Ripcurl Senior High School. Yang pertama, adalah seorang gadis mengerikan hasil perkawinan tak resmi mang bokir dengan mpok nori yang bernama Candeline. Candy. Harusnya dia manis seperti permen, seperti arti namanya, namun menurutku dia sama sekali tidak ada manis-manisnya. Yang kedua adalah pelajaran sastera Inggris terkutuk yang harus kuikuti siang ini. Aku selalu benci pelajaran sastera Inggris ini. Karena ayahku. Ayah adalah seorang pria yang kelewat romantis yang dengan gampangnya menebar janji manis pada wanita-wanita dengan puisi cinta kacangannya yang murahan. Dia berhasil memikat ibuku sampai-sampai ibuku amat jatuh cinta padanya, lantas dia meninggalkan kami untuk bersama dengan wanita yang menurutnya jauh lebih baik ketimbang ibuku. Lisa, nama wanita itu. Kudengar dia sudah memiliki seorang anak lelaki yang hanya dua tahun lebih muda dariku, salah satu hal yang makin membuatku membencinya. Bagus sekali. Istri baru, dan anak baru. Dengan rumah besar yang kondisinya seribu kali lipat lebih baik dari rumah pantai mungil di sudut Moonlight Bay yang kutempati bersama ibuku. Jika ibuku tidak memaksaku untuk bersekolah disini, aku bersumpah aku tidak akan mau.
Kalau saja ibuku tidak begitu mencintai ayahku…
Seandainya saja ibuku tahu bahwa dia telah memberikan rasa cinta untuk orang yang salah…
Sampai saat ini aku sama sekali tidak mengerti apa arti cinta. Untuk apa mengerti? Ibuku menjunjung cinta setengah mati, sampai akhirnya dia menderita. Padahal dia cantik. Dia bahkan masih cukup cantik untuk bisa mendapatkan pemuda yang semilyar kali lebih baik dan bertanggung jawab ketimbang ayahku.
Lamunanku terinterupsi saat terdengar suara langkah samar di pintu kelas, dan saat aku menoleh aku tersentak. Candy tampak super mengerikan pagi ini, dengan wajah warna merah busuk dan senyum yang lebih lebar dari pantatnya Pretty Asmara. Ada apa dengannya? Apakah dia salah minum obat hari ini? Apakah dia tidak sengaja sikat gigi dan berkumur-kumur dengan air jamban sampai-sampai otaknya korslet stadium akhir? Well, apapun itu pastilah itu bukan sesuatu yang normal. Aku memiringkan kepala memperhatikannya, dan mendengus saat dia mengambil tempat duduk tepat di samping kananku, karena hanya tempat itulah yang masih kosong. Aku dan Candy sama-sama membenci pelajaran sastera Inggris dan kami selalu duduk di bagian paling belakang.
Aku baru ingin bertanya karena penasaran, namun guru sastera Inggris kami yang berambut kuning jagung serupa orang-orangan sawah sudah masuk ke kelas. Hell, tapi karena aku sudah terlanjut penasaran, aku memutuskan merobek lembaran kertas bergaris buku tulisku dan mulai mengguratkan tulisan rapi serupa ketikan komputer di atas permukaan tipis kertas tersebut.
‘Jika kau berpikir tersenyum bisa membuatmu tampak mempesona, kau salah. Pesonamu tak lebih dari pesona keramik jamban. Kenapa kau tersenyum begitu? Gabisa mingkem?-_-’ begitu tulisku, lantas aku menggeser kertas tersebut hingga mencapai meja Candy. Candy terperangah namun keningnya berkerut kesal begitu membaca apa yang tertulis di kertas putih itu.
dua menit berikutnya, kertas itu telah kembali padaku dengan tulisan cakar ayam di bawah tulisan tanganku yang rapi. Aku harus berkonsentrasi penuh untuk bisa membaca tulisan cakar ayam, yang dua kali lipat lebih sulit dari pada membaca tulisan alay kombinasi angka dan huruf yang menyerupai plat nomer kendaraan.
‘Tidak lucu. Jangan ganggu aku. *sigh* :@.’ Aku tidak yakin, tapi kurasa itu yang dia tulis.
‘Aku serius. Aku tahu kau memang gila, tapi kenapa kau tersenyum lebar dengan muka merah seperti tante-tante?’ aku benar-benar penasaran, dan menulis pesan lagi padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amnesia (by Renita Nozaria)
Fanfiction"When you lost most all of your memories, your head's spinning round and your enemy becomes your beloved one." I do NOT own this story. Just read my bio. And don't forget to hit the follow button._. Author : Renita Nozaria Title : Amnesia Genre : Co...