Nothing in this world can be as nice as you and I, and how could we break up like this? (Taylor Swift – 7 Years and 50 Days)
Suara Justin terdengar serak ketika dia bicara lagi karena gadis berambut hitam panjang yang menatapnya dengan pandangan terkejut seolah-olah membeku di tempat dan tak kunjung menjawab pertanyaan yang baru saja diucapkannya. “Candy, apakah sesulit itu untuk menjawab pertanyaanmu?” Lelaki itu menghela napas sambil menatap wajah gadis yang nyaris seminggu itu telah tidak ia dengar suaranya—oh ralat. Nyaris setiap hari dia mendengar suara Candy karena mereka kerap dipertemukan di kelas yang sama karena kesamaan jadwal. Namun hanya sebatas itu, karena pada faktanya, walaupun mereka berada di kelas yang sama selama minimal dua jam penuh setiap harinya, Candy selalu berusaha duduk jauh darinya. Hal yang sama juga berlaku di kafetaria ketika jam makan pagi, makan siang atau makan malam tiba, dan semua hal itu membuat Justin merasa frustasi. Candy menolak bertemu dengannya, berbicara padanya, dan bahkan membalasi pesan atau menjawab teleponnya. Ada apa dengan gadis ini?
“Kau mau aku jawab apa?” Candy menunduk, lantas mengarahkan matanya pada Justin yang masih berdiri beberapa meter darinya, sementara gadis itu sendiri masih duduk di kursi penonton deretan paling depan gymnasium. “Kau mau aku jawab soal apa?”
Sungguh, Justin senang karena Candy telah kembali berbicara padanya, namun nada suara gadis itu membuatnya tercekat. Nada suara Candy begitu tajam… dan penuh getar sedih seakan dia sudah lelah dan kehabisan cara untuk menghadapi ini semua. Untuk sesaat Justin merasa seolah baru saja kehilangan gadis yang dia kenal. Candy tidak pernah bersikap seperti ini. Dan dia harap tidak akan pernah. Justin mengerjap sambil menggigit bibirnya. Terima saja kalau sekarang dia memang berbicara dengan nada seperti itu padamu. “Kenapa kau menghindariku? Kau selalu menghindar setiap kali kau bertemu denganku, kau menjauh saat aku berniat berbicara padamu dan parahnya lagi kau bahkan menolak untuk mengangkat telepon dariku atau setidaknya membalasi puluhan pesan singkat yang aku kirimkan padamu seminggu belakangan. Aku tanya kenapa? kenapa kau bersikap seperti itu? Kenapa begitu mendadak?”
Candy memiringkan kepalanya, seakan-akan dia tidak mengerti apa yang Justin bicarakan karena Justin tengah berbicara dalam bahasa asing, tapi lalu gadis itu menjawab, “Karena aku menyadari bahwa semuanya adalah sesuatu yang salah. Sesuatu yang tidak seharusnya terjadi. Seharusnya saat ini kau berstatus sebagai kekasih seorang Ellenia Johnson.” Candy tersenyum sedih ketika dia mengucapkan kata-kata itu, “Dan seharusnya akupun masih menjadi milik Zayn. Semuanya berlangsung dengan begitu salah, dan bodohnya aku membiarkan kesalahan tersebut hingga berlarut-larut sampai-sampai segala sesuatu yang buruk terjadi. Zayn tersakiti, begitupun dengan Elle sementara kita tertawa. Apakah kebersamaan kita harus menimbulkan dosa seperti itu?”
Justin tercengang selama beberapa saat, “Kau hanya sedang impulsif, Candy. Ini hanyalah reaksi sementara mu. Katakan siapa yang membuat kau berpikir seperti ini? Tentu saja semuanya tidak akan berubah lebih baik walaupun misalnya kau kembali pada Zayn dan aku pada Elle.” Justin menatap gadis yang dicintainya itu dengan tatapan kesakitan. “Please… jangan lakukan ini… Aku mohon…”
KAMU SEDANG MEMBACA
Amnesia (by Renita Nozaria)
Fanfiction"When you lost most all of your memories, your head's spinning round and your enemy becomes your beloved one." I do NOT own this story. Just read my bio. And don't forget to hit the follow button._. Author : Renita Nozaria Title : Amnesia Genre : Co...