Kalo aja lo tau Dim, gue gasuka lo deket-deket sama dia, because your mine. Apa lo gak bisa liat rasa sakit dimata gue? Apa perasaan gue gapenting buat lo Dim? - Devi.
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Semenjak melihat kedekatan Dimas dan Rania, membuat hati Devi masih terasa panas. Mood belajarnya tiba-tiba hilang, dan dia lebih memilih terus diam dibangku sambil sesekali menguap. Bahkan, sekalipun Dimas atau sahabatnya mengajak Devi bicara, tak ada satu katapun yang keluar dari mulutnya.
Karena tak tahan melihat Devi yang terus diam, setelah pelajaran berakhir Dimas langsung memutuskan untuk kembali bertanya kepada Devi.
"Vi, lo kenapa? Sakit? Kok dari tadi diem mulu?"
Hati gue Dim yang sakit.
"Jawab gue dong Vi, apa lo gamau diganggu? Yaudah gue pergi ke kantin dulu."
Namun, langkah Dimas terhenti karna tangannya digenggam oleh Devi.
"May I hug you Dim?"
Mendengar permintaan Devi membuat Dimas diam sejenak, dia sedikitpun tidak pernah menyangka kalau Devi bisa terlihat selemah ini.
Tanpa fikir panjang Dimas langsung membawa Devi pergi. Sedangkan Devi hanya mengikuti langkah Dimas yang terus memegang tangannya sepanjang jalan.
Kini, Devi dan Dimas berada di rooftop. Kemudian tanpa bicara apapun, Dimas langsung memeluk Devi dengan eratnya.
"Apa yang bikin lo sesedih ini Vi? Lo bisa cerita ke gue, gue kan pacar lo."
"Siapapun yang berani bikin Devicha Lorensa Wijaya kayak gini, gue gak bakalan bikin dia hidup tenang Vi."
"Gimana kalo yang nyakitin gue itu lo Dim."
Deg!!
Dengan ekspresi masih terkejut, Dimas tiba-tiba melepaskan pelukannya.
"Gu-e Vi? Serius lo kayak gini gara-gara gue?"
"Enggak, gue cuman bercanda."
"Lo pasti bohong! Liat mata gue Vi, jawab yang jujur! Kesalahan apa yang gue lakuin sampe lo kaya gini?"
Tess..
Tangis Devipun pecah, Dimas sampai bingung harus melakukan apa supaya Devi menghentikan tangisnya.
"Sorry Dim, gue gabisa ngontrol emosi gue."
"Cerita Vi sama gue, please."
"Gu-e ga-bi-sa li-at lo de-ket sa-ma Ra-nia. Hiks.. hiks.. maafin gue Dim. Gue janji, abis ini gue bakalan lebih ngontrol perasaan gue. Gue juga bakalan nerimain hubungan kita yang terikat sama kesepakatan kok. Sumpah Dim maafin gue, gue juga gatau kenapa gue bisa selemah ini saat lo de----"
"Sstt.. cukup Vi, cukup. Jangan maksain diri lo buat lanjut cerita. Gue paham kok inti dari apa yang lo bicarain barusan. Lo gausah minta maaf Vi, ini bukan salah lo kok. Sebenarnya gue juga agak cemburu pas lo ketawa-ketawa sama Rafa kemarin di rooftop, itu sebabnya gue ninggalin lo. Lain kali kita harus saling ngomong Vi, kalo ada salah satu dari kita yang tersakiti. Lo tau kenapa? Karna gue gamau liat lo kayak gini lagi Vi. Terlalu menyakitkan buat gue, saat gue tahu bahwa lo nangis karna kecerobohan gue."
Dimas terus mengusap pipi Devi yang dipenuhi dengan air mata. Mungkin inilah yang Randi maksud, bukan hanya perasaan Devi yang hancur, namun Dimas juga. Sedikit rasa penyesalan muncul dibenak mereka berdua jika mengingat tentang "perjanjian" yang telah mereka sepakati. Namun, lagi-lagi tidak ada dari mereka yang memulai untuk membicarakannya.
Karna terlalu asik hanyut dalam perasaan masing-masing. Baik Devi maupun Dimas tidak sadar jika hujan mulai turun dan membasahi tubuh mereka. Setelah agak deras, barulah mereka menyadarinya.
"Huaah, hujan Dim. Ayok kita cepet turun ke bawah. Kita ke kelas."
Devi terus menarik-narik tangan Dimas, tapi Dimas tak bergeming sedikitpun. Dimas justru balik menarik Devi ke dalam pelukannya.
"Biarin tetep kayak gini sebentar lagi Vi."
Walaupun hujan turun dan membuat udara menjadi dingin, namun Devi tetap merasakan hangat karna pelukan Dimas.
Perlahan Dimas melepaskan pelukannya lalu mengangkat wajah Devi. Kini tatapan mereka masing-masing saling terkunci. Dimas pun mendekatkan wajahnya, dan perlahan mengecup bibir Devi sekilas. Melihat tindakan Dimas tidak membuat Devi merasa terganggu, justru Devi malah memejamkan matanya. Membuat Dimas mulai melumat bibir Devi dengan perlahan-lahan dan Devipun membalasnya. Bertempat di rooftop di iringi hujan gerimis Devi dan Dimas terus melanjutkan kissing.
Gak nyangka gue bakalan ngasih ciuman pertama gue sama lo Dim. - Devi.
Lo harus jadi yang pertama dan terakhir buat gue Vi. - Dimas.
- I love you -
Tbc
Vote and comment guys
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY ALWAYS HIM?
Підліткова література" KAPAN TOBAT? " Hanya kalimat itu yang selalu ingin dia tanyakan. " PELAMPIASAN " Hanya kata itu yang menggambarkan dirinya. " TINGGALKAN " Hanya tindakan itu yang harusnya dia lakukan. Berawal dari sebuah perjanjian yang mereka sepakati, maka ber...