Chapter 24 - Hate You!

102 8 1
                                    

Semua ini gue lakuin karena gue sayang banget sama lo Dim..

☆☆☆☆

"Unchh thanks you sayang." Sedari tadi Dimas tidak berhenti memeluk Devi. Dia amat sangat bahagia karna perjodohan ini tidak berlanjut. Devipun merasakan hal yang sama, dia juga tidak menyangka akan semudah ini untuk menolak sebuah perjodohan.

Untuk merayakan hari "bebas perjodohan", Dimas mengajak Devi untuk berjalan-jalan menghabiskan waktu berdua seharian. Untuk kesekian kalinya Devi dan Dimas sangat bersyukur karna hubungan yang mereka jalin kali ini sepertinya berjalan lancar.

Mami : Vi, pacarannya jangan lama-lama. Nanti Papi kamu marah, sebelum jam 5 sore harus udah ada dirumah ya sayang.

Sarah memang sudah mengetahui jika Devi dan Dimas berpacaran. Walaupun Devi tidak pernah berbicara secara langsung tapi setidaknya Sarah bisa tau dari sikap Devi maupun Dimas. Kedekatan yang terjalin sejak SMP dan berlanjut sampai sekarang tentu saja bukan kedekatan yang biasa, sudah pasti ada sesuatu yang spesial diantara mereka berdua.

"Siapa yang chat Vi?"

"Mami, nyuruh pulang sebelum jam 5 sore. Gapapa kan?"

"Oh mertua gue. Yaah, padahal gue masih kangen."

"Jiaah mertua pala lu. Please deh Dim, lo fikir rumah kita harus nyebrangin lautan? Sampe-sampe lo bilang gitu? Biasanya juga kalo kangen tinggal loncat dari balkon lo ke balkon gue."

"Haha, biar kesannya romantis kali Vi."

"Kok gue jijik ya dengernya?"

"Jahat!!"

"Haha becanda sayangku."

"Vi."

"Emm, kenapa?"

"Soal si Rafa."

"Kenapa emang Dim? Kan lo tau sendiri kalo perjodohannya gak jadi?"

"Tapi dia kan masih tinggal dirumah lo?"

"Cuman 2 minggu Dim, lagian dia juga jarang dirumah."

"Gue belum tenang selama dia masih ada dirumah lo Vi."

"Kalo lo percaya sama gue, lo gaperlu khawatir Dim."

Gaakan ada yang terjadi, dan gue yakin akan hal itu. - Devi

Gue harap Rafa bisa cepet pergi dari rumah lo Vi. - Dimas

••••

Malam ini keluarga Devi dan Rafa sedang berkumpul sambil menonton tv. Semenjak kedatangan keluarga Rafa, rumah Devi menjadi lebih ramai. Setiap hari mereka tidak pernah lepas dari yang namanya bercanda.

"Devi, tolong beliin makanan ringan ya. Soalnya ini dikit lagi abis."

"Yah, Mami. Ini kan udah jam 10? Takut ah keluarnya juga."

"Ditemenin Rafa aja, lagian dia gak ada kerjaan. Gimana Vi, mau?"

"Gausah deh Om, nanti ngerepotin Kak Rafa."

"Gapapa kok, iyakan Raf?"

"Yaudah ayo Vi."

Selama perjalanan suasana terasa sedikit awkward, karena semenjak penolakan perjodohan tersebut mereka tidak pernah saling menegur sapa. Baik Devi maupun Rafa merasa sangat canggung, itu sebabnya tidak ada yang pernah memulai untuk berbicara terlebih dahulu.

"Duh, ponsel gue ketinggalan. Balik lagi yu Raf?" Untuk pertama kalinya Devi memberanikan diri berbicara pada Rafa.

"Nanggung, bentar lagi juga sampe. Lagian kagak lama kok Vi. Penting banget emang ponselnya?"

"Banget!!! Bisa-bisa gue dimarahin Dimas nanti."

"Kalian pacaran?"

"Baru sadar lo Raf?"

"Enggak sih cuman mastiin doang. Kalo dia percaya sama lo, dia gak mungkin marah Vi."

Tapi beda urusannya kalo dia tau gue pergi sama lo, apalagi gue gak sempet ngabarin.

"Kok ngelamun sih?"

"Eh eng-gak."

Saat disupermarket Devi terus melamun, dia sangat gelisah karna belum mengabari Dimas. Yang Rafa bisa lakukan saat ini hanya menenangkannya.

"Vi."

"Eh iya Raf?"

"Jangan ngelamun mulu, lagian bentar lagi nyampe rumah. Apa lo mau lari?"

"Kagak deh, capek kalo lari."

"Vi, lo beneran gamau kalo kita dijodohin?"

"Hah?"

"Gausah pura-pura gak denger Vi."

"Kok lo nanya gitu? Bukannya lo juga bilang gamau?"

"Gue cuman pengen mastiin aja Vi."

"Untuk saat ini gue emang gamau Raf. Apalagi kondisinya gue juga punya pacar. Lagian masa lo gak punya pacar sih selama kuliah? Kan cewe-cewe sana pada cantik kali Raf."

"Buat gue gaada yang secantik lo Vi."

"Maksud lo apasih Raf?"

Karena perbincangan yang terdengar serius Devi mulai menghentikan langkahnya padahal hanya tinggal membuka pintu.

"Bisa kita bicara sebentar dihalaman Vi?"

"Kalo itu bisa bikin kecanggungan ini hilang, kenapa enggak."

Devi dan Rafa sekarang duduk dihalaman. Walaupun cuaca terasa sangat dingin, tapi Devi mencoba menahannya.

"Langsung aja ke intinya Raf, jadi sebenarnya mau lo apa?"

"Gue gak pengen apa-apa. Lagian gue cuman nanya soal apa bener lo gamau dijodohin sama gue. Gitu doang."

"Tapi, kata-kata lo barusan seakan lo pengen ini dilanjutin. Padahal udah jelas lo juga nolak kan waktu itu."

"Gue nolak karna gue tau kalo lo juga pasti gabakalan setuju."

"Nah itu lo tau! Jadi sekarang masalahnya apalagi Raf?"

"Masalahnya gue gabisa lupain lo Vi."

"Hah?"

.
.

Dimas POV

Pantes dichat kagak diread-read. Ternyata lo lagi berduaan sama si Rafa. WTF!!! Jangan sampe lo bohongin gue Vi, karna kalo itu sampe terjadi gue gaakan pernah maafin lo!!!!

Devi : Dimas sorry baru bales, gue baru balik dari supermarket.

Bukannya lo baru selesai ngomong sama si Rafa?

Devi : Lo marah?

Cuman orang bego yang berfikir kalo gue gak marah saat liat pacarnya berduaan sama cowok lain malem-malem.

Devi : Dim, please lo jangan marah. Gue tadi lupa bawa ponsel jadi gue gak ngabarin lo.

Mungkin emang sengaja lo tinggalin Vi.

Devi : Apa lo udah tidur Dim?

Hih, bego!

Devi : Pokoknya gue minta maaf karna gak ngabarin lo. Tapi sumpah gue lupa gak bawa ponsel karna buru-buru. Yaudah lo istirahat ya Dim, besok gue sekolah kok. Kita berangkat bareng :) sampe ketemu besok Dimas sayang :*

Jadi bener lo bohongin gue Vi? Ngechat panjang lebar berlagak kayak gaada hal penting yang terjadi. Kenapa lo kayak gini disaat gue pengen serius sama lo Vi?

Gue benci sama lo!!!!































Tbc

WHY ALWAYS HIM?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang