Chapter 32 - Minnie and Mickey

89 8 5
                                    

Taruhan? Sial! Kali ini apa yang mau coba lo lakuin Dim? - Yuri

Gue tau lo gabakal bisa nolak Ri. - Dimas

☆☆☆☆

Mendengar kata taruhan Yuri sedikit merenung. Sudah pasti akan tidak beres jika dia menerima taruhan tersebut, namun Yuri juga sudah bosan melihat tingkah Dimas yang seenaknya menyakiti hati perempuan.

"Kenapa lo diem? Takut lo di mainin sama cowok brengsek kayak gue?"

"Gue gak pernah takut sama lo!"

"Kalo gitu mau apa enggak? Tinggal jawab! Sorry gue gapunya banyak waktu."

"So penting lu anzing! Oke gue mau!"

"Bagus! Lo pengen gue mutusin Devi kan? Dengan senang hati gue bakal ngelakuin itu, tapi ada syaratnya."

"Sebutin gausah bertele-tele."

"Kasih gue waktu 3 hari. Dalam waktu 3 hari lo harus ngabisin waktu sama gue. Siapa diantara kita yang terlebih dulu jatuh cinta, berarti itu yang kalah. Kalo gue duluan jatuh cinta sama lo maka gue janji akan langsung mutusin Devi kalo perlu didepan mata lo, tapi kalo lo yang duluan jatuh cinta sama gue mau gamau lo harus jadi pacar gue. Simple."

"Hah? Gitu doang? Oke gue setuju."

"Oke, taruhan ini berlaku dari besok dan berakhir dihari minggu. Deal?"

"Deal"

Welcome to my game Yuriko Aryani

••••

Untuk melepas kesedihannya, Devi lebih sering menghabiskan waktu dengan Kevin. Perubahan Kevin yang sangat pesat membuat Devi merasa lebih nyaman saat bersama Kevin. Devi tidak bisa memungkiri bahwa kehadiran Kevin sangat menguntungkan baginya, setiap kali dia berada didekat Kevin, Devi selalu bisa melupakan setiap kesedihannya. Berangkat bersama, pulang bersama, main bersama sudah menjadi kegiatan rutin bagi Devi dan Kevin. Jika dilihat oleh orang lain, tingkah mereka bahkan sudah seperti orang yang sedang berpacaran.

Ini hari pertama Yuri menjalani taruhannya bersama Dimas. Yuri sangat yakin jika dia bisa memenangkan taruhan tersebut. Seorang Dimas bukan halangan yang berarti baginya.
Rencananya sekarang mereka akan pergi nonton kemudian makan bersama.

"Ri."

"Apaan sih?"

"Gausah jutek kali Ri, dengerin gue dulu. Gue pengen saat kita lagi berdua lo gausah mikirin orang lain ataupun tentang taruhan kita. Anggap aja kita bener-bener lagi kencan, gue pun akan melakukan hal yang sama. Apa lo bisa?"

Bener-bener kencan? Sial! Lo emang pinter ngomong Dim.

"Oke, tenang gue orang yang profesional kok."

Tanpa terasa waktu yang Yuri lewati bersama Dimas hampir berlalu. Setiap menit Yuri tak pernah berhenti tertawa saat sedang bersama Dimas. Dengan sendirinya Yuri lupa, jika dia sedang menjalani taruhan dengan Dimas. Sikap Dimas yang jauh berbeda dari kelihatannya seakan mulai menarik Yuri sedikit demi sedikit.

"Bentar lagi jam 10, gue harus cepet nganterin lo pulang Ri. Kalo enggak nanti bonyok lo khawatir."

"Oh iya Dim, yaudah ayo kita pulang."

"Bentar."

"Kenapa lagi Dim?" Dimas segera memasangkan jaketnya ke tubuh Yuri. Membuat Yuri sedikit tertegun dengan perlakuan Dimas.

"Lain kali bawa jaket Ri, gue gamau lo sampe sakit nantinya."

"Tapi, berarti lo gapake jaket?"

"Gausah fikirin gue, karna kesehatan sama kenyamanan lo yang lebih penting buat gue."

Lo bikin gue baper lagi Dim. Shit!

Selama diperjalanan Yuri tidak berhenti tersenyum, walaupun sederhana namun perlakuan Dimas sangat berkesan dihatinya.

Jadi, ini yang Devi rasain selama jalan sama lo Dim? Pantesan aja Devi susah banget buat pergi ninggalin lo.

Sesampainya dikediaman Yuri, Dimas segera mengantarkan Yuri sampai kedepan pintu rumahnya. Sebelum Dimas pergi, dia terlebih dahulu mengusap puncak kepala Yuri.

"Langsung tidur ya Ri, sampai ketemu besok." Tanpa menjawab perkataan Dimas, Yuri langsung memasuki rumahnya. Dia tidak bisa lama-lama dekat dengn Dimas. Tingkah Dimas yang jauh dari ekspektasi bisa membuat Yuri jatuh ke pelukannya.

Jangan baper, jangan baper! Please gue mohon Tuhan!! Gue sayang sama sahabat gue dan tujuan gue buat nyelamatin dia.

Dimas : Gue tau lo belum tidur Ri, gatau kenapa baru aja gue nyampe rumah tapi gue udah kangen aja sama lo. Gue telepon lo ya.

Dimas is calling......

Ya ampun Dim, jangan baperin gue.

"Ha-lo Dim."

"Haii minnie, bener kan tebakan gue kalo lo belum tidur."

"E-h minnie?"

"Iya minnie, bukannya lo suka kartun minnie mouse? Jadi mulai sekarang gue manggil lo minnie oke."

"Semerdeka lu aja dah."

"Iyadong semerdeka gue, kan cowok ganteng mah bebas. Haha."

"Kok jijik dengernya? Gue matiin aja ya Dim."

"Dih jangan dong aelah suka begitu. Jangan panggil Dimas dong, panggil mickey aja."

"Gak cocok kali! Kebagusan kalo buat lo."

"Cantik-cantik mulutnya jahat ya!"

"Bodo."

"Bodo tapi sayang, yee kan?"

"Pede ae lu."

"Hehe, minnie kalo gue bilang gue suka sama lo sekarang gimana?"

Tut..tut..tut..

Sambungan telepon langsung terputus sebelum Dimas sempat mendengar jawaban Yuri. Saat mendengar perkataan Dimas, Yuri langsung mematikan ponselnya. Yuri masih tidak menyangka bahwa secepat ini Dimas akan bilang suka sama dia.

Gimana kalo lo bilang suka sama gue? Yang jadi masalah, gimana cara gue nolak disaat gue udah masuk kedalam pelukan lo Dim, upss bukan Dimas tapi mickey.




























Tbc

WHY ALWAYS HIM?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang