Lo amat sangat egois Dim. - Yuri
Gue bakalan bikin lo ngerasain sakit lebih dari yang gue rasain Vi. - Dimas
☆☆☆☆
Hampir seminggu Devi tidak bersekolah, semua siswa dikelas pun tak ada yang tau keberadaan Devi. Bahkan Dimas yang rumahnya bersebelahan dengan Devi juga tidak tau alasan kenapa Devi tidak sekolah. Semenjak kejadian Devi pingsan lalu dibawa pulang, Dimas tak pernah lagi melihat keberadaan Devi. Rumah Devi terlihat sepi tak berpenghuni, bahkan ponsel Devi juga tidak aktif.
"Dim, gue mau ke rumahnya Devi entar." Karna sangat penasaran dengan hilangnya kabar dari Devi, Yuri memutuskan untuk berkunjung kerumah Devi sepulang sekolah.
"Mau ngapain sih lo Ri? Gue kan udah bilang dia kagak ada dirumah, ngeyel amat sih."
"Gue cuman penasaran aja Dim, takutnya Devi kenapa-napa. Emang lo gak khawatir emang?"
Gue lebih khawatir dari pada lo kali Ri.
"Kagak, biasa aja sih kalo gue."
"Munafik! Serah lo, yang jelas gue ntar mau kesana dan lo harus anter gue."
"Gimana kalo kita kesananya sekarang aja? Bolos sekali gapapa kali?"
"APAAN SIH LO! JANGAN AJAK GUE JADI CEWEK BANDEL!! Yaudah ayo!"
"Lah kirain kagak mau, ternyata mau juga."
"Hehehe."
Yuri dan Dimas langsung melarikan diri dari sekolah. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Yuri bolos, karena dari pertama dia kenal Devi, Yuri selalu ikut bolos bersama Devi.
Sepanjang jalan Yuri terus memarahi Dimas, karena Dimas melajukan motornya sangat cepat. Teriakan demi teriakan terus keluar dari mulut Yuri, namun Dimas malah semakin memajukan kecepatannya.
"DIMAS SIALAN!!! GAUSAH NGEBUT!!!! GUE BELUM KAWIN!!!!!!!" Mendengar kata "kawin" Dimas langsung menginjak rem secara mendadak.
"DIMAS!!! GAUSAH BERHENTI MENDADAK!!! LO NYURI-NYURI KESEMPATAN? BIAR GUE BISA NEMPEL SAMA LO?"
"Kalo iya emang kenapa?" Dimas membuka helmnya lalu menatap dalam-dalam mata Yuri. Merasa ditatap terlalu intens, Yuri menjadi salah tingkah.
"Lo ngapain liatin gue?"
"Kalo gue pengen muji kecantikan lo gimana?"
"Gombal! Sorry gue gaada receh."
"Siapa yang gombalin lo? Dari tadi gue ngomongin fakta! Lo emang beneran cantik, dan apa gue salah kalo gue muji lo?"
"Salah besar karna lo PACARNYA SAHABAT GUE!!"
"Gue rela ninggalin Devi demi lo!"
Deg!!!!!
Ini pertama kalinya Dimas berbicara serius kepada Yuri. Tentu saja perkataan Dimas membuat jantung Yuri berdetak tak karuan. Dimas memang termasuk kedalam cowok paling tampan di SMA, dan Yuri tidak bisa memungkiri itu.
"Kok diem? Lo gak kenapa-napa Ri?"
"Shit!! Gausah baperin gue!! Gue gak sebodoh cewek-cewek yang suka lo gombalin!" Mengingat tujuan awal Yuri yaitu ingin menemui Devi. Yuri langsung tersadar jika dia tidak boleh sampai tergoda oleh Dimas. Pesona Dimas memang sangat luar biasa jika dia sedang serius, tapi Yuri harus ingat jika dia tidak boleh macam-macam dengan pacar sahabatnya.
"Berarti Devi juga termasuk cewek bodoh dong? Soalnya dia juga suka gue gombalin."
"Au ah! Lo fikir aja sendiri."
"Aaaaa gue bilangin Devi loh entar kalo lo bilang dia bodoh."
"Dimas berhenti mainin gue!!!"
"Yaudah kalo gamau dimainin kita seriusan aja sekarang."
"DIMAS!!!! Jalan apa enggak? Kalo enggak biar gue yang pergi sendiri kerumah Devi."
"Uuuhh manisnya, segitu pengennya ya jalan sama gue?"
"Maksud gue MOTORNYA IH!!! Au ah, emang susah ngomong sama orang autis." Dimas kembali memakai helmnya, namun sebelum dia melajukan kembali motornya Dimas kembali menatap Yuri.
"Hati-hati, bisa aja nanti orang autis ini jadi pacar lo!"
Brak!!
Yuri langsung memukul helm yang dikenakan Dimas, membuat Dimas langsung meringis kesakitan.
"Sialan!! Sakit nyet!! Awas aja kalo gue sampe geger otak lo harus TANGGUNG JAWAB!!"
"Ngapain lo minta pertanggung jawaban gue? Emangnya lo lagi hamil apa?"
"Oh ini kode ternyata, jadi lo pengen gue hamilin?"
"XIANJING!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"
Yuri terus-terusan memukul helm Dimas saking kesalnya. Sebelum Yuri semakin mengamuk Dimas langsung melajukan motornya. Namun itu tidak membuat Yuri berhenti, dia masih saja terus menyiksa Dimas disepanjang perjalanan.
Sialan lo Dim sialan!!!! - Yuri
Lo lucu Ri, dan gue suka. - Dimas
Akhirnya Yuri dan Dimas sampai dikediaman Devi. Sepi, satu kata yang menggambarkan suasana rumah tersebut. Yuri terus menekan bel berkali-kali, berharap ada orang yang mendengar dan membukakan pintu gerbang. Tapi sayang, setelah setengah jam berlalu pun tidak ada respon sama sekali dari dalam rumah Devi.
"Gue bilang juga apa Ri, balik aja dah yu."
"Bentar lagi Dim!!"
"Dari tadi bentar-bentar mulu! Kita udah kayak pengemis tau diem didepan rumah orang."
"Lo aja yang pengemis, lebih cocok."
"Si-----"
Titt.... titt....
Suara klakson mobil menghentikan perdebatan antara Yuri dan Dimas. Seketika mereka langsung menatap mobil yang berada di depannya.
"Loh Dimas? Yuri? Ngapain kalian didepan rumah Tante?" Sarah keluar dari mobil setelah melihat kehadiran Yuri dan Dimas.
"Tante? Devi nya ada? Seminggu ini Devi kan gak masuk Tan, Yuri jadi khawatir. Itu sebabnya Yuri dateng kesini. Daritadi loh Yuri diem disini, soalnya Yuri pengen ketemu Devi."
"Devi ada kok Ri. Ini juga tante lagi kebetulan pulang dulu."
"Pulang dulu? Berarti Tante mau pergi lagi?"
"Iya, mungkin kalian harus ikut."
"Kita ikut Tante?"
"Bukannya kalian pengen ketemu Devi? Dia gak ada disini, kalo mau ketemu kalian ikut Tante aja."
Mendengar jawaban dari Tante Sarah membuat Yuri dan Dimas saling bertukar pandang. Jika Devi tidak ada dirumahnya lalu dimana? Sudah pasti ada yang tidak beres disini.
Gue harap lo baik-baik aja Vi, maafin gue. - Dimas
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY ALWAYS HIM?
Fiksi Remaja" KAPAN TOBAT? " Hanya kalimat itu yang selalu ingin dia tanyakan. " PELAMPIASAN " Hanya kata itu yang menggambarkan dirinya. " TINGGALKAN " Hanya tindakan itu yang harusnya dia lakukan. Berawal dari sebuah perjanjian yang mereka sepakati, maka ber...