Gue harap lo baik-baik aja Vi, maafin gue. - Dimas
☆☆☆☆
Karena sangat penasaran, dan sangat ingin bertemu Devi. Yuri dan Dimas ikut kedalam mobil Tante Sarah. Sepanjang perjalanan hanya Yuri yang berbincang-bincang, sedangkan Dimas sibuk meredakan rasa khawatirnya terhadap Devi.
"Dimas? Kenapa diem aja? Gasuka ya kalo ngobrol sama Tante?" Melihat Dimas yang sedari tadi diam, Sarah jadi penasaran.
"E-h eng-gak kok Tan."
"Terus kenapa melamun gitu? Pasti lagi mikirin Devi ya?"
"Tante tau aja deh, liat aja tuh muka si Dimas kusut bener, padahal baru seminggu gak ketemu Devi." Dimas yang terlihat salah tingkah, membuat Yuri ingin sedikit menggodanya.
"Haha serius? Kamu tenang aja Dim, Devi cuman sakit doang kok. Karna Tante khawatirnya berlebihan jadi Tante bawa Devi ke rumah sakit."
"Hah Devi dirumah sakit? Jadi seminggu ini dia gak masuk karna sakit?"
"Iya Dimas, calon mantu Tante."
"E-eh Tante bisa aja, kok bisa sih Devi sampe dirawat dirumah sakit Tan?"
"Abis demamnya gak turun-turun. Untung aja ada Rafa, jadi Tante sedikit lega kalo Devi ada yang jagain."
Rafa? Kenapa harus dia?
Setelah mendengar kata "rafa", emosi Dimas lagi-lagi memuncak. Rasa khawatirnya terhadap Devi bergantikan dengan rasa amarah.
Melihat perubahan yang ditunjukkan Dimas, Yuri benar-benar mengerti. Bahwa Dimas sangat tidak suka jika nama Rafa disebut-sebut, apalagi jika menyangkut Devi.
Iya halo? Lagi dijalan Ma? Kenapa? Oh iya, Dimas pulang sekarang.
"Tante maaf, barusan Dimas dapet telepon dari Mamah katanya disuruh cepet pulang."
"Loh kok pulang? Kan belum nyampe?"
"Maaf banget Tante, next time aja Dimas jenguk Devinya."
"Emang penting banget? Yakin gamau ikut jenguk Devi?"
"Mamah kalo udah nyuruh harus cepet di turutin Tan, jadi sekali lagi Dimas minta maaf."
"Yaudah kalo gitu kita balik arah lagi aja."
"Gausah! Dimas turun di depan aja Tan, biar naik taksi aja."
"Yaudah kalo gitu, salam ya buat Mamah kamu."
"Iya Tan, gws juga buat Devi."
"Ok, makasih Dim."
Tak lama kemudian Dimas turun dari mobil Sarah, kemudian berpamitan dengannya. Sedangkan Yuri, hanya bisa menatap kepergian Dimas.
Gue tau lo bohong Dim. - Yuri
Kenapa bukan gue yang harusnya ada disamping lo sekarang Vi? Kenapa harus Rafa LAGI? - Dimas
••••
Sepulang menjenguk Devi, Yuri berfikir keras bagaimana caranya untuk menyatukan kembali Dimas dan Devi. Kepergian Dimas tadi sebenarnya sangat menguntungkan, karna jika Dimas tadi datang sudah pasti akan ada keributan. Karna, benar saja saat Yuri sampai dia melihat Rafa sedang merawat Devi.
Namun, Yuri juga sempat kewalahan saat Devi bertanya kenapa Dimas tidak datang. Padahal orang yang saat ini dia butuhkan adalah Dimas. Tapi, mau bagaimana lagi? Selama kesalah pahaman ini masih terus berlanjut, maka kemungkinan untuk bertemu hanya akan menjadi sebatas angan bagi mereka. Dimas yang terlalu gampang menyimpulkan sesuatu, Devi yang terlalu mudah menyerah semakin mempersulit hubungan mereka.
Disisi lain, dari tadi siang Dimas masih belum bisa meredakan amarahnya. Nama "Rafa" seakan sangat mengusik kehidupannya. Berbagai umpatan telah dia ucapkan, segala macam sumpah serapah telah dia lontarkan, namun tetap saja amarahnya terhadap Rafa masih belum terhenti.
Yang bisa Dimas lakukan saat ini, hanya melihat foto kebersamaannya dengan Devi. Memang benar dia sangat marah pada Devi dan Rafa. Tapi, Dimas juga tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya. Berbagai pertanyaan pun muncul dibenak Dimas.
Kenapa Devi harus masuk rumah sakit?
Apa cuman karena demam dia sampai di rawat berhari-hari?
Atau mungkin Devi merasa frustasi gara-gara perkataannya tempo hari yang menyudutkan Devi?
Semakin Dimas memikirkan Devi, semakin Dimas merasa bingung sendiri. Dia sangat ingin tau jawaban dari semua pertanyaannya namun Dimas juga tidak tahu harus bertanya kepada siapa. Jika saja ponsel Devi bisa dihubungi, sudah jelas Dimas akan langsung bertanya kepada Devi. Namun, ponsel Devi masih belum bisa dihubungi sampai sekarang. Bahkan sampai tengah malam pun Dimas masih belum bisa tidur karna memikirkan Devi. Berbagai perasaan menjadi satu dalam benak Dimas, mulai dari rasa khawatir dan rasa kesal selalu muncul bergantian.
Tring.. tring..
Chat yang masuk tidak membuat Dimas bergeming. Saat ini dia sangat tidak berminat untuk mengecek ponselnya. Jika bukan dari Yuri, paling chat itu berasal dari cewek-cewek yang selalu Dimas dekati. Saat ini Dimas hanya ingin fokus terhadap Devi, itu sebabnya Dimas tidak berniat untuk membuka ponselnya.
Namun semakin lama, chat tersebut berubah menjadi sebuah panggilan. Panggilan yang tidak hanya sekali, namun berkali-kali. Hal ini sangat mengganggu Dimas, dengan langkah malas Dimas meraih ponselnya. Saat melihat layar ponsel dan mengetahui siapa yang menelepon, hampir saja Dimas menjatuhkan ponselnya.
Peri Cantik is calling .......
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY ALWAYS HIM?
Novela Juvenil" KAPAN TOBAT? " Hanya kalimat itu yang selalu ingin dia tanyakan. " PELAMPIASAN " Hanya kata itu yang menggambarkan dirinya. " TINGGALKAN " Hanya tindakan itu yang harusnya dia lakukan. Berawal dari sebuah perjanjian yang mereka sepakati, maka ber...