Akhirnya saat ini datang juga, selamat sudah masuk kedalam jebakan....
☆☆☆☆
Kabar jika Devi dan Kevin berpacaran kini sudah menyebar, begitupun juga Dimas dan Yuri semua orang sudah tau jika mereka berpacaran. Banyak yang menyayangkan berakhirnya hubungan antara Dimas dan Devi, namun banyak juga yang menghujat Yuri karna dianggap telah mengkhianati Devi. Setelah Yuri mengiyakan jika dia berpacaran dengan Dimas, Yuri mulai menjauh dari Devi. Apa yang Devi khawatirkan akhirnya terjadi, yaitu hilangnya persahabatan mereka hanya karna seorang cowok. Sebenarnya Devi tidak ingin Yuri menjauh, baginya tak masalah jika Yuri berpacaran dengan Dimas. Namun, Devi tidak bisa melakukan apapun karna Yuri sendirilah yang menjauhinya terlebih dahulu.
Kini baik Devi maupun Dimas, mereka memiliki kehidupan masing-masing. Kebahagiaan yang Devi dapat dari Kevin sepertinya cukup untuk melupakan sosok Dimas. Kehadiran Yuri juga sepertinya telah memberikan kebahagiaan tersendiri bagi Dimas yang membuatnya seakan tak peduli lagi terhadap Devi.
Sampai waktu kelulusan tiba, Devi masih berpacaran dengan Kevin, begitupun Dimas dia masih setia bersama Yuri. Hal yang disayangkan adalah mereka tak pernah lagi saling bertegur sapa, setelah mereka memiliki hubungan percintaannya masing-masing.
Setelah lulus SMA, Devi memutuskan untuk mencoba terjun kedunia pekerjaan. Sedangkan Kevin, dia lebih memilih meneruskan pendidikannya. Rencananya hari ini dia akan menghadiri interview untuk pertama kalinya, karna Devi lebih memilih melamar pekerjaan ke perusahaan lain dari pada harus mewarisi perusahaan ayahnya. Walaupun awalnya orang tua Devi tidak setuju, namun setelah Devi mengungkapkan alasannya untuk mencari pengalaman sebelum mengelola perusahaan sendiri, akhirnya orang tua Devipun menyetujuinya.
Kevin : Hari ini interview ya sayang? Good luck ya❤ aku yakin kok kalo kamu pasti bakalan lulus.
Devi : Thanks sayang😚 aku juga berharap kayak gitu. Yaudah kamu juga belajar yang bener, semangat sayang kuliahnya❤
Setelah selesai melakukan interview akhirnya Devi diterima, bahkan hari itu juga Devi langsung bekerja disana sebagai seorang sekretaris.
"Tugas pertama kamu hari ini yaitu harus menemani Pak Dika meeting bersama client. Ini filenya harus segera kamu pelajari, satu jam lagi saya akan jemput kamu untuk menemui Pak Dika."
"Baik Pak, terima kasih."
"Sama-sama, semoga kamu bisa memberikan yang terbaik untuk perusahaan ini."
Dengan cekatan Devi langsung mempelajari setiap detail dari file yang telah dia terima. Walaupun dia sudah diterima, tapi Devi masih harus melewati masa percobaan. Itu sebabnya dia tidak ingin kehilangan kesempatan ini, dan terus mempelajari file tersebut agar tidak terjadi kesalahan sedikitpun.
Tring...
Kevin : Gimana? Kamu keterima gak? Kok masih belum ngabarin?
Sebuah chat masuk dari Kevin hanya Devi baca. Bukan tidak ingin membalasnya namun saat ini Devi masih sibuk, karna waktu yang diberikan satu jam untuknya akan segera berakhir.
"Ayok kita ke parkiran sekarang, Pak Dika sudah menunggu didalam mobil."
"Baik Pak." Dengan langkah cepat Devi segera menuju ke parkiran. Dia sangat berharap jika bosnya saat ini bisa bekerja sama dengannya.
"Langsung masuk aja, inget jangan sampai ada kesalahan."
"Dimas?"
"Devi?"
"Lo ngapain disini? Bukannya ini mobil Pak Dika?"
"Lo juga ngapain disini? Harusnya sekretaris gue yang masuk."
"Jangan bilang----"
"Jangan bilang----"
"Shit! Apa dunia harus sesempit ini? Kayaknya gue gak bakalan cocok kerja sama lo. Mending gue ngundurin diri sekarang."
"Tunggu! Saat ini gue butuh lo, gue gapunya sekretaris pengganti. Lo udah pelajarin semuanya kan? Gue mohon kerja samanya kali ini aja, ini meeting pertama gue. Kalo gue gagal disini, gue gabakalan bisa jadi pewaris perusahaan bokap gue."
Dengan berat hati Devi kembali duduk didalam mobil bersama Dimas. Suasana awkward pun mulai timbul, tak ada satupun yang berbicara. Setelah sampai ditempat meeting Devi dan Dimas bergegas menemui client yang sudah menunggu. Tak lama meeting pun selesai dan Dimas mendapatkan proyek tersebut. Setelah semuanya dirasa selesai, Dimas dan Devi beranjak kembali menuju mobil.
Saat sudah berada didalam mobil, Dimas langsung melajukan mobilnya menuju kembali kekantor. Agar suasana awkward tidak terus berlangsung, Dimas memulai pembicaraan.
"Thanks Vi buat kerja sama ini. Kalo bukan karna lo, gue gamungkin dapetin proyek ini."
"It's oke, disini gue cuman bersikap profesional aja." Saat melihat Devi bersikap datar Dimas menepikan mobilnya. Dia melihat jika Devi tidak memakai sabuk pengaman, Dimas pun berniat memasangkannya.
"Mau ngapain lo?"
"Lo gapake sabuk pengaman, gue gabakalan macem-macem kok."
Baru kali ini Devi bisa sedekat ini dengan Dimas, setelah sekian lama tak saling menyapa ini pertama kalinya mereka berdekatan. Devi tidak bisa memungkiri jika hatinya kembali berdebar jika sedekat ini dengan Dimas. Saat Dimas menatap wajah Devi yang terlihat gugup, wajah Dimas juga menyiratkan kerinduan yang amat dalam.
Sangat lama mereka saling mengunci tatapan masing-masing. Rasa rindu itu kembali hadir, rasa sayang itu kembali muncul. Benteng yang telah dibangun begitu tinggipun roboh ketika mereka dipertemukan kembali. Dimas terus mendekati Devi seakan ingin mengecupnya, Devipun menutup matanya seakan siap menerima kecupan tersebut. Namun yang Dimas lakukan bukanlah mengecupnya tapi memeluk Devi dengan erat sambil berbisik tepat ditelinga Devi.
"Demi apapun, gue kangen banget sama lo."
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY ALWAYS HIM?
Teen Fiction" KAPAN TOBAT? " Hanya kalimat itu yang selalu ingin dia tanyakan. " PELAMPIASAN " Hanya kata itu yang menggambarkan dirinya. " TINGGALKAN " Hanya tindakan itu yang harusnya dia lakukan. Berawal dari sebuah perjanjian yang mereka sepakati, maka ber...