Jadi, kalian masih pacaran? Berarti gak ada sedikitpun kesempatan buat gue deketin lo lagi....
☆☆☆☆
"Jadi kalian udah fix nih terbuka soal hubungan kalian?"
"Iya Ri, toh Dimas yang pengen kok." Devi dan Yuriko sedang berada dikantin sekolah sambil menunggu pesanan mereka datang.
Mamii : Vi hari ini pulang cepet ya.
Devi : Oke.
"Chatan sama siapa Vi?"
"Nyokap, nyuruh balik cepet. Pasti nyuruh gue bantuin bikin kue."
"Wkwk, kok lo mau sih?"
"Kalo gue gak mau nanti malah makin ribet. Btw akhir-akhir ini lo sibuk terus pegang hp, ciee punya gebetan ya?"
"Apaansih, gaje!"
"Kenalin kali Ri, sombong ae lu."
"Males gue kalo ngenalinnya sama elo, yang ada ntar dia malah naksir elo daripada gue."
"HAHA! Suudzon anjay."
Selama berada dikantin Devi dan Yuriko hanya membicarakan hal yang tidak penting, sampai akhirnya Dimas datang menghampiri Devi.
"Heii peri cantik, makannya udah belum? Tempat biasa kuy?"
"Aelah ganggu aja lu Dim, galiat apa dia lagi makan sama gue."
"Lo nyari pacar ajadeh Ri, biar gak keliatan amat jonesnya wkwk."
"Sialan lu kampret."
"Sorry ya Ri, gue ngikut Dimas dulu. Takutnya kalo gak di turutin ntar dia malah ngajak cewek lain."
"Serah deh, lu sih pacaran sama playboy jadi susah sendiri kan?"
"Enak aja, gue bukan playboy!!! Lo gak bakalan bisa ngerti sama apa yang Devi rasain, jadi lo bisa ngomong gitu. Liat aja ntar kalo lo udah jatuh cinta sama Dimas Praditya Sandika, gue bisa jamin kalo lo juga bakalan ngelakuin hal yang sama."
"Udah deh gausah ceramah, katanya mau pergi? Ayoo Dim."
"Oke peri cantik, bye Yuri jones!!!
Devi hanya bisa terkekeh geli melihat tingkah Dimas dan Yuri. Dari pertama bertemu mereka memang sering beradu mulut, namun itulah yang kadang menjadi hiburan tersendiri bagi Devi.
••••
Devi kini berada didapur bersama Mami-nya. Karna disuruh untuk pulang cepat, Devi jadi tidak bisa pulang bersama Dimas.
"Maaf sayang, nyuruh kamu pulang cepet."
"No problem Mam, btw tumben bikin kue banyak banget."
"Temen kuliah Mami sama Papi rencananya mau kesini, jadi ya harus persiapan dari sekarang. Mereka juga katanya bakalan nginep."
"Oh, kalo gitu Devi ke apartemen aja ya."
"Ish kamu apaan sih, gak sopan. Masa ada tamu, tapi kamunya gaada. Kamu kan penerus perusahaan Papi makanya pertemuan ini penting banget."
"Iyain aja dehh."
Selama berjam-jam Devi berkutat didapur bersama Mami-nya. Rasa lelah pun mulai menghampiri Devi.
♡ Dimas : Masih bantuin Mami?
Devi : Iya -_-'
♡ Dimas : Semangat sayang 😍 nanti aku kasih hadiah deh.
Devi : Serius? Hadiahnya apa?
♡ Dimas : Cium 😚 hehe
Devi : Lo mau mati?
♡ Dimas : Yaudah peluk aja hihi
Membaca chat dari Dimas, sedikit menghibur rasa lelah Devi. Jadi begini rasanya kalo orang yang dia cintai hanya terfokus kepadanya. Begitupun Devi, dirinya mulai menikmati hubungannya bersama Dimas tanpa gangguan dari orang lain.
"Baca chat sama siapa sih sampe senyam senyum begitu?" Melihat tingkah Devi, membuat Mami-nya sedikit penasaran dengan kehidupan percintaan anaknya.
"Ah Mami, kepo deh."
"Mau Mami kutuk sayang? Kok ngomongnya gitu?"
"Hehe ampun Mi, itu sama si Dimas."
"Dimas tetangga sebelah kita?"
"Iya Mam, siapa lagi. Orang cuman dia yang namanya Dimas di kompleks ini."
"Kalo Mami liat-liat kayanya kalian deket udah dari SMP ya?"
"Ya gitu deh Mi."
"Kalian pacaran yaaa?"
"Mami apaan sih."
"Ayoo ngaku, ciee pipinya merah banget kayak tomat."
Mendapat ledekan dari Mami-nya membuat Devi jadi malu sendiri. Dengan segera mungkin dia berlari menuju kamarnya karna takut ditanya lebih rinci tentang hubungannya dengan Dimas.
Daritadi mulut Devi tak henti-hentinya merutuki tamu yang berstatus sebagai teman Mami dan Papi. Karna akibat mereka Devi jadi membatalkan jalan-jalannya bersama Dimas. Namun hingga pukul 11 malam, tamu itu tak kunjung datang Devi semakin kesal dibuatnya.
Tidak ada orang yang bisa Devi ajak bicara untuk sekedar meredakan emosinya. Jika dia mengeluh kepada orang tuanya sudah pasti Devi akan dimarahi, mencoba menghubungi Yuriko atau Dimas rasanya percuma karna mereka pasti sudah tidur.
Maka satu-satunya cara yang dapat Devi lakukan hanyalah mengumpat di halaman rumahnya.
Liat aja kalo sampe jam 12 kagak dateng, gue bakalan kabur ke apartemen
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY ALWAYS HIM?
Ficção Adolescente" KAPAN TOBAT? " Hanya kalimat itu yang selalu ingin dia tanyakan. " PELAMPIASAN " Hanya kata itu yang menggambarkan dirinya. " TINGGALKAN " Hanya tindakan itu yang harusnya dia lakukan. Berawal dari sebuah perjanjian yang mereka sepakati, maka ber...