Cewek gatel? Satu kesalahan yang enggak gue sengaja bikin lo berfikiran kayak gitu sama gue Dim?
Bruk!!
Plak!!!
☆☆☆☆
"Kalo sampe Devi kenapa-napa lo yang harus tanggung jawab!! Gue nampar lo karena emang lo udah keterlaluan!"
Semua orang kini sibuk membawa Devi ke UKS, Devi yang tiba-tiba pingsan membuat semua orang panik. Sedangkan Dimas, lagi-lagi dia hanya bersikap acuh kemudian berlalu pergi.
Lo emang jago akting Vi.
Langkah Dimas terhenti ketika melihat tubuh Devi yang diangkat oleh para siswa SMA Pelita. Melihat pemandangan seperti itu hati Dimas sedikit terbakar. Dia masih tidak rela jika Devi disentuh oleh laki-laki selain dirinya.
"Lepasin tangan kalian! Biar gue sendiri yang bawa dia ke UKS." Dengan cepat Dimas langsung membawa Devi sendirian, dan Yuriko masih terus mengikuti dari belakang.
Berlagak so' cuek, padahal lo masih sayang. Munafik banget sih Dim jadi cowok.
Sesampainya di UKS Devi segera ditangani oleh dokter. SMA Pelita memang termasuk kedalam salah satu SMA favorit, itu sebabnya sekolah memfasilitasi siswa dengan baik termasuk dokter khusus yang ditugaskan di UKS.
"Tungguin si Devi, gue mau balik ke kelas dulu ngambil tas dia."
"Loh kok gue sih? Lo aja dah, gausah gue."
"Bentar doang elah."
"Biar gue aja deh yang bawain tasnya. Lo udah ngabarin ortu Devi belom?"
"Kenapa lo tanya-tanya? Khawatir?"
"Hah? Em- kagak."
"Ck ngeles, gue tau kok lo masih sayang sama Devi. Saran gue sih, mending lo dengerin dulu penjelasan Devi. Gue udah ngabarin nyokapnya Devi kok."
"Gausah ikut campur lo jones."
Dimas langsung bergegas ke kelasnya untuk mengambil tas Devi. Dalam hati dia memang tidak bisa memungkiri, bahwa dia sangat mencemaskan Devi. Penyesalan kini mulai mengganggu fikiran Dimas, dia sadar bahwa apa yang dia ucapkan tadi sudah sangat keterlaluan. Lagipula dia juga ingin mengikuti saran Yuri, agar mendengar dulu penjelasan Devi.
"Erghtss.." Devi berkali-kali mencoba mengerjapkan mata untuk memulihkan kesadarannya.
"Vi? Lo udah sadar? Syukurlah lo gak kenapa-kenapa."
"Gu-e pe-ngen pu-la-ng Ri."
"Yakin gamau jelasin apapun dulu sama Dimas? Kayaknya dia juga khawatir loh Vi sama lo, sekarang dia lagi balik ke kelas buat bawain tas lo. Kalo lo tetep mau pulang gue juga gak bisa maksa, toh gue udah hubungin nyokap lo kok."
"Gu----e"
"Vi? Lo baik-baik aja kan? Kenapa bisa ampe pingsan gini sih? Nyokap lo khawatir tau, dia awalnya sampe mau ngebatalin pergi sama Om Hadi."
"Rafa?"
Oh jadi ini yang namanya Rafa? Pantesan si Dimas cemburu, orang ganteng gini. - Yuri
"Udah sekarang lo ikut gue pulang, nyokap nyuruh gue buat rawat lo soalnya."
"Bisa gak sih pelan-pelan ngomongnya? Pusing gue dengernya Raf."
"Sorry, soalnya gue khawatir sama lo. Ditambah lagi bonyok lo posisinya lagi pada gaada, jadi mereka hubungin gue."
"Emang mereka kemana?"
"Urusan bisnis Vi, gue juga gak terlalu paham sih. Pokoknya sekarang lo ikut gue pulang ya, selama bonyok lo masih pergi gue bakalan terus jagain lo."
Brukk
"Suara apaan tuh Ri?"
"Gatau, paling kucing. Si Dimas lama banget sih, gue susul dia dulu deh Vi."
"Yaudah."
Saat baru keluar pintu, Yuri menemukan tas Devi yang tergeletak dilantai.
Jadi tadi lo disini Dim? Salah paham ini makin parah kayaknya -_-" - Yuri
••••
Karena wajah Devi yang sangat pucat, Devi memutuskan untuk ikut pulang bersama Rafa. Tanpa Devi sadari, Dimas semakin salah paham. Selama didalam mobil Devi hanya melamun, Devi tidak pernah berhenti memikirkan cara agar Dimas bisa mendengar penjelasannya. Mendengar Dimas yang tadi sempat khawatir semakin meyakinkan Devi jika Dimas hanya cemburu dan tak punya niat untuk menyakitinya. Namun, jika dia ingat perkataan Dimas saat dikantin hati Devi merasa sakit, air matanya mulai kembali menetes. Devi tau jika ini memang salahnya, tapi kenapa Dimas sangat egois dan tak ingin mendengar penjelasannya.
Disisi lain Dimas tidak bisa menyembunyikan amarahnya. Melihat Devi pulang bersama Rafa semakin memperkeruh suasana hatinya. Rasanya dia ingin sekali mematahkan leher Rafa agar tidak bisa selalu mendekati Devi. Dimas memang marah, tapi dia tidak akan pernah terima jika Devi dekat dengan cowok lain.
"Galau ni ye, liat pacarnya dianter pulang cowok lain. Makanya, sebelum bertindak dengerin dulu penjelasannya." Tiba-tiba Yuri datang dan langsung duduk disamping Dimas.
"Diem lu nyet, mau gue gampar?"
"Uhhh seremnya!!! Tapi sayang gue gak takut, karna gue tau lo gak bakalan lakuin itu."
"So tau jink!!"
"Aelah itumah kenyataan! Bukannya so tau!!! Contohnya aja tadi, lo marah abis-abisan sama Devi tapi abis liat Devi pingsan lo gak bisa berhenti khawatir kan? Lo harus lebih jujur sama perasaan lo Dim, jangan sampe keegoisan lo bikin Devi pergi dari kehidupan lo."
"Devi? Pergi dari hidup gue? Sayangnya gue gak peduli. Dia gak perlu repot-repot pergi dari hidup gue, karna hari ini gue udah mutusin kalo gue yang bakalan pergi dari kehidupan dia."
Dimas kemudian berlalu meninggalkan Yuri yang mematung tak percaya mendengar ucapan Dimas. Jika Devi tau soal ini, sudah pasti hatinya akan sangat hancur. Tapi, Yuri juga tidak bisa memberi tau soal ini kepada Devi, karna dia tak mau membuat Devi semakin sakit hati.
Lo amat sangat egois Dim. - Yuri
Gue bakalan bikin lo ngerasain sakit lebih dari yang gue rasain Vi. - Dimas
Tbc
Vote and comment
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY ALWAYS HIM?
Teen Fiction" KAPAN TOBAT? " Hanya kalimat itu yang selalu ingin dia tanyakan. " PELAMPIASAN " Hanya kata itu yang menggambarkan dirinya. " TINGGALKAN " Hanya tindakan itu yang harusnya dia lakukan. Berawal dari sebuah perjanjian yang mereka sepakati, maka ber...